[31] Difficult Choice

Start from the beginning
                                    

"Kalau optimis pasti bisa ketemu. Ayo semangat Zahra." Setelah mengucapkan kalimat singkat itu, Zahra memutuskan untuk turun dan berpamitan ke mamanya yang sepertinya ada di dapur.

Belum sempat sampai di tangga terakhir, Zahra dikejutkan oleh kedua orang tuanya yang duduk di sofa dan sibuk bercengkrama dengan seorang laki-laki bermarga Lee.

Pandangan mata Zahra bertemu dengan manik mata tajam itu. Membuat langkahnya terhenti. Muncul pertanyaan di benak Zahra, apa tujuan laki-laki itu datang ke rumahnya.

"Zahra, sini nak. Udah di tunggu Jeno dari tadi." Panggilan Tuan Aldercy membuyarkan lamunan gadis itu. Menghela napas pelan, kakinya mulai melangkah mendekat ke arah sang mama.

"Ma, aku pamit ke kampus dulu. Assalamu'alaikum." Mengecup punggung tangan ke dua orang tuanya dan menghindari tatapan dengan Jeno membuat papanya geram. Pria paruh baya itu berdiri dan menatap Zahra tegas.

"Zahra!" ucapan tegas Tuan Aldercy menghentikan langkah Zahra. Ia berbalik menatap papanya dengan pandangan bertanya.

"Jeno ada disini, di sapa dulu. Jangan gak sopan gitu," ujar Tuan Aldercy.

Melirik sejenak lai-laki yang kini duduk dengan pandangan yang fokus pada lantai membuat Zahra mau tidak mau menyapa Jeno. "Jen, gue ke kampus dulu ya. Sorry, gue takut terlambat soalnya."

"Gue antar aja, Ra ... " Jeno berdiri dan meraih kunci mobilnya di atas meja sofa. "Om, Tante. Saya izin antar Zahra ke kampus dulu ya."

Senyuman terbit di bibir sepasang suami-istri itu. Inilah moment yang paling Zahra benci. Jeno bersikap bak malaikat di depan orang tuanya. Selepas menyalami kedua orang tua Zahra. Jeno melengkah menuju pintu utama. "Ayo, Ra," ajaknya.

Mengikuti langkah Jeno, Zahra dibuat bingung dengan sikap Jeno yang sedikit berbeda. Laki-laki itu membukakan pintu mobil untuk Zahra dan tersenyum sangat manis ke arahnya.

Selama perjalanan tidak ada yang memulai percakapan. Jeno yang seringkali terlihat mencuri pandang dengan Zahra. Sedangkan, Zahra yang menatap jalanan di depan sana.

"Ra," panggil Jeno.

Menatap Jeno yang ada di sampingnya, Zahra menaikkan alisnya. "Mmmm ... Gue minta m-maaf."

"Hah?" ucap Zahra cepat. Gadis itu terkejut dengan ungkapan Jeno barusan. Laki-laki itu baru saja terantuk benda apa? Sampai bisa mengucapkan kata maaf secara tiba-tiba seperti ini.

"Gak jadi," sahut Jeno cepat. Mobil Jeno berbelok ke arah kiri dan berhenti tepat di sebuah kafe.

"Gue mau ke kampus. Kenapa belok ke sini?" tanya Zahra.

"Gue belum makan. Temenin gue makan dulu."

Zahra segera turun dari mobil meninggalkan Jeno yang kini mengeratkan pegangannya di kemudi seraya menutup mata. "Rileks, Jen."

Menemukan gadis yang kini sibuk dengan ponselnya di ujung kafe. Jeno mendekatinya, mendudukkan dirinya di depan Zahra.

"Mau pesan apa, Ra?" tanyanya.

"Lo pesan sendiri aja, gue udah makan tadi."

"O-oh oke."

Tangan Jeno terangkat untuk memanggil pelayan kafe tersebut. Seseorang wanita berkemeja tosca mendekat dengan sebuah note kecil dan bolpoin putih di tangan kanannya.

"Selamat pagi, kak. Mau pesan apa?" Jeno membuka buku menu memperhatikan berbagai macam makanan dan minuman yang tertera di dalam buku itu.

Setelah selesai memesan. Jeno meraih ponselnya. Mengarahkan kamera ke arah Zahra. Suara tangkap foto yang terdengar di telinga Zahra membuatnya mendongak mendapati Jeno yang fokus dengan ponselnya.

"Lo ngefoto gue?" tanya gadis itu.

"Cantik." Ponselnya ia balikkan hingga menghadap Zahra, menampilkan foto dirinya yang sibuk dengan ponsel.

"Hapus gak? Jelek tau." Jeno tertawa dan menarik kembali tangannya segera mengetuk ikon unggah pada bagian pojok kanan atas layar ponselnya.

"Cantik, Ra. Buat kenangan sekali-kali."

Suara notifikasi dari ponselnya membuat atensi Zahra terfokus pada benda persegi panjang di tangannya. Sebuah pesan masuk dari Jaemin tertera di sana. Gadis itu segera menjawabnya dan mengacuhkan Jeno yang kini memperhatikannya.

Jaemin : Lo sama Jeno?
Zahra : Kok lo tahu?
Jaemin : Dia update ig
Zahra : Renjun tau?

"Kenapa?" tanya Jeno saat menyadari perubahan ekspresi Zahra yang ketara.

Jaemin : Jangan pernah hubungi OneDreams lagi.
Zahra : Jaemin lo kenapa?

Tanda centang satu abu-abu terlihat di sana. Bersamaan dengan foto profil Jaemin yang hilang. Membuat Zahra terkejut dan sadar bahwa dirinya telah diblokir oleh laki-laki itu.

"Kok di blokir?"

"Kok di blokir?"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Mask | Jeno ✔️Where stories live. Discover now