Prolog: I Hate Myself

46 6 0
                                    

ᴶⁱᵏᵃ ᵃᵏᵘ ᵇᵉʳʰᵉⁿᵗⁱ ˢᵉᵏᵃʳᵃⁿᵍ ᵈᵃⁿ ᵐᵉⁿᵍᵃᵏʰⁱʳⁱⁿʸᵃ
ᴬᵏᵃⁿᵏᵃʰ ˢᵉᵐᵘᵃⁿʸᵃ ᵃᵏᵃⁿ ʲᵃᵈⁱ ˡᵉᵇⁱʰ ᵇᵃⁱᵏ?
ᴬᵏᵘ ᵇᵃⁱᵏ⁻ᵇᵃⁱᵏ ˢᵃʲᵃ ᵗᵃᵖⁱ ˢᵉᵖᵉʳᵗⁱⁿʸᵃ ᵗⁱᵈᵃᵏ
ᴷᵘᵏᵃᵗᵃᵏᵃⁿ ᵖᵃᵈᵃ ᵈⁱʳⁱ ˢᵉⁿᵈⁱʳⁱ ᵇᵃʰʷᵃ ᵃᵏᵘ ˢᵘᵈᵃʰ ᵗᵉʳᵇⁱᵃˢᵃ
ᵀᵃᵖⁱ ʳᵃˢᵃ ˢᵃᵏⁱᵗⁿʸᵃ ᵐᵃˢⁱʰ ˢᵃᵐᵃ ˢᵉᵖᵉʳᵗⁱ ᵖᵉʳᵗᵃᵐᵃ ᵏᵃˡⁱ

ᴶᵃᵐᵃⁱˢ ⱽᵘ ᵇʸ ᴶⁱⁿ, ᴶ⁻ᴴᵒᵖᵉ, ᴶᴷ

.

.

𝕜ꪖ𝕥ꪖꪀꪗꪖ, hidup kita yang sekarang sangat dipengaruhi oleh perbuatan kita di kehidupan-kehidupan sebelumnya. Adalah karma yang kita bawa sampai kita bisa menebus itu semua.
Itulah yang dikatakan kepercayaanku.

Tapi aku pernah membaca di suatu tempat, ada suatu teori menarik yang mengatakan bahwa sebelum kita terlahir ke dunia ini, sebelumnya kita telah membuat perjanjian kepada Tuhan.

Kita sudah diberitahu keseluruhan cerita yang akan kita jalani sampai kita mati nanti. Dari mulai kesulitan-kesulitan yang akan kita hadapi, di tempat seperti apa kita akan hidup, jodoh, sampai bagaimana kita akan mati kelak. Jika kita menyanggupi dan merasa mampu, kita akan terlahir ke dunia ini dengan selamat dan menjalani itu semua sampai takdir kematian menjemput. Jika kita merasa tidak mampu menjalankannya dan menolak, maka kita tidak akan sempat terlahir ke dunia ini.

Lalu jika itu benar, aku penasaran, mengapa aku memilih untuk menerima kehidupan yang sulit ini, ya?

Huh.

Bagaimana bisa orang-orang menerima diri mereka sendiri?

Bagaimana bisa mereka dapat mencintai diri mereka sendiri?

Masalahku hanya satu sesungguhnya.

Ini antara aku dan diriku.

Ya. Itu adalah diriku sendiri. Diriku yang bermasalah.

Namaku Park Jimin. Dan aku membenci diriku sendiri.

Hingga detik ini, aku tidak dapat mencintai diriku sendiri.

Hingga detik ini, orang yang paling kubenci masihlah tetap diriku sendiri.

Meski ada beberapa orang yang tidak menyukaiku, membenciku, dan menyakitiku. Aku tidak pernah membenci mereka... sama seperti aku membenci diriku sendiri.

Karena aku tau benar seberapa buruknya diriku. Aku tau diriku ini memang pantas mengundang rasa benci. Pantas saja mereka memperlakukanku dengan buruk. Wajar untuk mereka tidak menyukaiku--karena aku sendiri merasa demikian.

Orangtuaku saja meninggalkanku.

"Mengapa kau terus membuat kesalahan yang sama? Mengapa kau melakukan hal itu? Mengapa kau terlahir dengan rupa seperti itu?"

Aku terus mempertanyakan segalanya.

Walau begitu, aku masih mencoba untuk memperbaiki diriku, yang terus-terusan saja membuatku kecewa.

"Mengapa kau begitu?"

Tapi aku tidak bisa berhenti mengkritik jika diriku membuat kesalahan. Sekecil apapun itu.

Apakah aku terlalu keras pada diriku sendiri?

"Ini adalah hukumanmu. Kau pantas mendapatkannya!"

Kataku ketika mereka mencoba memukuliku, menendangku--menghancurkanku.

Kataku sambil terus menggoreskan benda tajam itu ke tanganku--dan seluruh tubuhku.

"Kenapa kau masih saja bertahan sampai sekarang? Mengapa kau tidak mati saja?!"

Teriakku pada cermin di hadapanku. Cermin yang menampilkan sosok menyedihkan yang penuh luka, jelek, dan gemuk. Sosok yang tidak berharga sama sekali.

Aku muak dengan segalanya.

Aku lelah... Dengan diriku sendiri.

Itu juga alasan mengapa aku berada di sini.

.

.

.

Tanganku masih berpegang erat pada pagar pembatas, yang menghalangiku dengan sungai di depanku. Menunduk, aku melihat aliran air yang mengalir deras di bawah sana.

Mencintai diri sendiri, eh? Bagaimana caranya itu?

.

.

Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.

.

ᴵ ʷᵃⁿᵗ ᵗᵒ ʳᵉᵐᵃⁱⁿ

ᴵ ʷᵃⁿᵗ ᵗᵒ ᵈʳᵉᵃᵐ ᵐᵒʳᵉ

ᴱᵛᵉⁿ ˢᵒ, ʷʰᵃᵗ ᴵ'ᵐ ˢᵃʸⁱⁿᵍ ⁱˢ

ᵀʰᵃᵗ ⁱᵗ'ˢ ᵗⁱᵐᵉ ᵗᵒ ˡᵉᵃᵛᵉ

.

𝙋𝙧𝙤𝙡𝙤𝙜 𝙀𝙉𝘿

[BTS FF] How to Love Myself (Family!AU)Onde histórias criam vida. Descubra agora