CHAPTER 1

8K 231 3
                                    

So before you guys start to read my book, please understand that every part have different mood.

All writes by mood and posts by love. enjoy✨

<edited>

.

"Come on Bec, 20 menit lagi pertandingan dimulai!" Gemuruh yang berasal dari gedoran pintu dan suara tinggi yang tak merdu milik Spece berhasil membawaku kembali ke bumi dari surga tidur siang.

Damn!

Aku hampir melupakan janjiku kepada Spece, sore ini dia mengajakku datang ke pertarungan tinju Austin. Sebenarnya aku tak terlalu menyukai tempat semacam itu, tempat yang penuh dengan hirup pikuk. But for that best bitch i've ever meet in the whole world, everything i'll do. She's hoe, queen and priest in the same time, she's my best-motherfucker-friend.

Pun secepat kilat aku beranjak dari ranjang dan mengganti pijama yang ku kenakan dengan outfit yang sesuai dengan tempat yang akan kudatangi. Melalui pertengkaran singkat yang terjadi didalam otakku untuk memilih outfit yang tepat, pilihanku jatuh pada  crop top hitam, boyfriend jeans dengan sentuhan terakhir dari leather jaket serta angkle boots. Perfect!

Tak butuh waktu lama untuk melakukan semua itu, bergegas aku membuka knop pintu apartemen dan menemukan seorang gadis berwajah kesal dengan mulut mengerucut. Yes! Spece Rudolph ladies and gentleman.

"What the hell Bec! kau lama sekali, menunggumu membuatku lapar." kata Spece dengan tatapan yang seratus persen dapat ku tebak.

"Hungry bitch." jawabku sambil memutar kedua bola mata.

"Don't blame me, food is everything Rebecca Simpson." kata Spece seraya menepuk pundakku.

Oh this kid!

"I still don't understand why i can be your bestfriend!" tanganku berhambur ke udara memberi gimik yang terkesan dramatis sambil menatap wajah Spece.

Spece tertawa kecil dengan tingkahku "Overacting slut." kata Spece.

Aku melebarkan kedua bola mataku yang mengahadap wajahnya, memberi tatapan yang kalian berikan saat salah satu sahabat kalian tertangkap basah berciuman dengan kekasih kalian.

What a dramatic!

Aku dan Spece akhirnya berjalan beriringan setelah argumen kecil yang membumbui persahabatan kami, melewati elevator dan tiba dilantai bawah. Kami berangkat dengan Range Rover milikku.

So let me tell you about that bitch as known as Spece Rudolph, God i love her so damn much. Gadis itu adalah sahabat pertama yang aku miliki saat kakiku mulai melangkah di koridor primary school, saat aku terlalu gugup untuk mengangkat kepala melihat teman-teman baruku, seperti yang telah ku katakan aku tak menyukai keramaian dan mulai masuk sekolah adalah mimpi buruk untukku. Hari buruk itu sangat terukir jelas dalam ingatanku melangkah seorang diri di koridor sekolah, bahkan Tuhan pun tau tak ada yang mau menyapaku apalagi menggenggam telapak tanganku untuk berjalan bersama. Aku tak tahu alasan pasti dibalik itu.

Tetapi awan kelam dihari itu seketika berubah menjadi sinar matahari yang hangat saat seorang gadis Mexico dengan senyum yang amat lebar memperlihatkan gigi-gigi kecilnya yang berbaris rapi berlapis behel tersenyum padaku sambil menggenggam erat tanganku, aku percaya itu adalah akhir dari kesunyian dan permulaan yang klasik.

Dia gadis manis yang cerewet. Sama halnya denganku, kedua orang tuanya tidak tinggal di Las Vegas, mereka berasal dari Mexico dan hidup disana. Setelah lulus high school, aku dan Spece sepakat untuk pergi ke Las Vegas untuk menjemput mimpi masa remaja kami.

DAMAGEDWhere stories live. Discover now