CHAPTER 16

2.5K 130 2
                                    

(Please read Author's note in the end)
Enjoy!

.

Aku sudah terbangun sesaat setelah sinar matahari pagi menembus jendela kaca melewati gorden dan berakhir diwajahku. Pikiranku sudah berlarian sedari tadi tetapi aku belum mau membuka kedua kelopak mataku, ingatan pun melayang mengingat kejadian semalam; memberikan virginityku kepada orang yang mulai aku cintai dan orang yang sangat mencintaiku. Kejadian semalampun terulang dalam benakku yang sukses membuat aku tersenyum dengan mata yang tertutup; kuharap Justin tak melihat tingkah anehku. I'm such a weird.

Berbicara tentang Justin, pun seketika tanganku bergeser meraba tempat dimana semalam Justin tertidur dengan lelap disampingku. Aku meraba halus tempat tidurku dengan keadaan mata yang masih tertutup.

Akhirnya aku membuka mataku sesaat setelah menyadari bahwa Justin sudah tak berada disampingku, tangannya yang possesif sudah tidak lagi memeluk pinggangku.

Where's he?

Berjuta kalimat itulah yang mengelilingi otakku saat ini. Dia pergi, ya dia sudah pergi. Baru saja sekitar semenit yang lalu batinku berteriak sambil menari-nari mengingat betapa manisnya, betapa dia menginginkanku dan betapa aku mempercaiyainya. Aku menyerahkan setiap inchi tubuhku padanya dan kini dia sudah tak ada disampingku, celana pantai dan boxer miliknya yang semalam bergeletak dilantai sudah tak ada lagi. Apa ini tujuan utamanya? Merasakan dirinya didalamku lalu menghilang setelah ia mendapatkannya? Apa dia hanya memanfaatkanku? Apa semua yang belakangan ini ia katakan tak ada artinya untuk Justin? Pun batinku mulai gelisah, airmataku yang sudah terbendung tetapi tak ku biarkan terjatuh. He doesn't worth it.

Tetapi aku mecoba agar berjuta pertanyaan itu tidak memakan pikiranku, aku mengatur napas agar seluruh pikiranku menjadi lebih tenang.

Mungkin saja Justin sedang dikamar mandi, Becca. Just calm down. Batinku berbisik.

Tentu saja tidak, gadis bodoh! Apa kau mendengar suara percikan air?. Batin burukku berbisik.

Bagimana jika Justin sedang berendam dibathtub? Jadi tidak terdengar suara percikan air. Tenanglah sayang, dia tak akan pergi. Dia mencintaimu, sangat. Batin baikku berbisik kembali.

Jika dia mencintaimu mana mungkin dia tak ada disampingmu saat kau terbangun? Batin burukku tertawa sarkastik.

Aku mengedipkan mataku beberapa kali, ruangan ini sepertinya bergoyang dan kepalaku terasa berdenyut. Beribu suara seakan berbisik di telingaku, suara batinku yang saling bersahutan. Sama sekali tidak ada poinnya. Aku tak boleh terlalu berlebihan, bisikku dalam hati.

Telapak tangan kiriku memeras seprai tempat tidur dan telapak tangan kananku memijat mijat kepalaku.

"Arghhhhhhh" teriakku sekuat mungkin seakan beban yang berada didalam paru paruku hilang dan berhamburan keluar melalui jendela. Setelah berteriak kepalaku tidak terasa berat lagi pun pikiranku mulai tenang.

Menyadari bahwa tubuhku tidak ditutupi sehelai benang, mataku tertuju pada t-shirt milik Justin dan segera memakainya. Terlalu memakan waktu jika aku mengambil pakaian di lemari pakaian karena aku harus segera menemukan pil sakit kepala di laci kamar mandi. Menjatuhkan kaki dari tempat tidur, kakiku seperti menginjak sesuatu.

Shit.

Kedua alisku mengkerut melihat benda yang aku injak. Pun aku mengambilnya dan seketika bibirku tersenyum membaca note yang ada dalam bunga itu.

Follow the rose petals, babygirl.

I do love you, Justin xx

Seketika gadis dalam batinku melompat lompat melihat kelopak mawar merah yang berserakan di lantai membentuk jalan kecil. Semua keraguan yang sedari tadi berputar dalam pikiranku kini benar benar hilang. Bibirku tidak berhenti tersenyum pun tanganku menggenggam erat buket bunga dari Justin. Aku langkahkan kaki mengikuti alur dari kelopak mawar itu, betapa bodohnya aku tidak menyadari bahwa ada kelopak mawar yang berserakan di lantai saat terbangun. Mungkin aku terlalu sibuk berkutat dengan pikiranku.

DAMAGEDWhere stories live. Discover now