CHAPTER 7

2.5K 144 5
                                    


Menyapu setiap titik pemandangan di gedung latihan ini, menatap apa saja yang bisa ku tatap. Tak ramai memang tetapi aku merasa asing. Ku gerakkan jari-jari kecilku mengambil ponsel yang berada di kantung jeans ku. Lumayan benda ini bisa mengobati rasa jenuhku.

Hey, kau tau di mana justin? Apa dia ganti pakaian di Eropa? Bocah lelet.

Menekan halus aplikasi bergambar permen dan mulai memainkannya. Yap, the one and only Candy Crush! Aku sungguh payah dalam game ini, entah aku yang bodoh atau game ini yang bodoh. Aku tak perduli. Asik dengan apa yang telah kulakukan, sampai-sampai melupakan sekitar.

"Hei" suara serak yang tak asing lagi bagiku tiba-tiba mengejutkanku. Ya, siapa lagi jika bukan Justin Fucking Bieber.

Mengerlingkan mataku perlahan menatap Justin "Lama sekali kau mengganti pakaian."

Dia kini hanya shirtless dan memakai celana boxing . Sialan, ternyata tatto-tatto nya sangat indah. Favoritku adalah tattoo salib yang diapit oleh dada bidangnya, dia umat yang setia.

"Kau merindukanku?" Dia menggerakkan tangannya diatas kepalaku mengacak rambutku perlahan sambil mengambil posisi disampingku untuk duduk.

"Kau bercanda." Terkekeh perlahan seraya melemparkan senyumanku.

"Aku harus berlatih, tetap disini love." Dia meninggalkanku dengan berlari kecil. Pangilannya sempat menerbangkanku dan membuat beberapa kupu-kupu berterbangan di perutku.

Lagi-lagi aku duduk sendiri disini, meletakkan salah satu telapak tanganku di dagu dan melipatnya malas. Memandangi ring-ring tinju yang sudah terisi penuh oleh pria-pria berkeringat. Tapi kurasa aku melihat seorang yang tak asing di mataku.

Oh itu Austin, ya Austin!

Dan seorang perempuan.

Mereka berjalan sambil berpegangan tangan dengan mesra melewati pintu masuk. Disapa oleh beberapa orang. Oh great!

Mengapa seperti ada belasan panah yang menusuk tepat dijantungku. Entahlah hanya perasaan bodoh. Aku tak berniat memanggil mereka lebih tepatnya tak mau menggangu kegiatan mereka.

Mataku tetap mengamati pergerakan mereka, sama halnya dengan yang aku dan Justin lakukan. Mereka berjalan beriringan layaknya sepasang kekasih ralat memang kekasih. Si wanita Latin itu menunggu dan terdiam layaknya orang tolol sedangkan Austin beranjak pergi mungkin mengganti pakaian. Entahlah.

Tiba-tiba ponsel yang berada ditanganku bergetar halus pertanda sebuah pesan masuk. Kutekan tombol aktif di ponselku dan melihat siapa yang mengirim pesan kepadaku.

Hey Becca, how're you? Can we meet? -Zoe

Oh ada angin apa ini? Bisa-bisanya Zoe mengajakku pergi bersama. Ku balas dengan sigap pesan dari Zoe dan menekan tanda send.

Dia mengajakku makan siang hari ini, meskipun ini masih terlalu dini untuk makan siang karena masih pukul 11 siang. Siapa peduli? Tak akan aku sia-siakan kesempatan makan siang bersama dengan orang yang tak sembarangan.

Setelah mendapat pesan yang dikirim Zoe sebagai petunjuk alamat tempat makan siang, aku langsung terbangun dari dudukku dan berjalan sangat hati-hati. Aku tak mau Austin melihatku dan parahnya dia mengadu kepada Spece jikalau aku datang bersama pria lain, bisa-bisa Spece mengadu kepada Nash. Ah, itu terlalu rumit.

Dengan perasaan tak bersalah aku meninggalkan Justin tanpa sebuah pesan apapun. Mengurai rambutku lebar-lebar menutupi setengah wajahku, aku berjalan dengan menutup sedikit wajahku.

Sampailah aku di jalanan kota Las Vegas, berpikir sebentar untuk mencari taksi dan akhirnya dapat.

Mendorong lembut pintu restoran yang berakhir dengan suara lonceng pertanda seorang tamu baru saja masuk. Ke dalam dengan wajah kebingungan, pun aku menyapu pandanganku ke seluruh penjuru arah. Sepertinya nihil, mungkin Zoe belum datang. Otomatis aku berjalan memilih tempat duduk di ujung dekat jendela, berhubung siang kali ini tak terlalu menyengat.

DAMAGEDWhere stories live. Discover now