CHAPTER 5

2.7K 139 2
                                    


Dentuman musik klasik rock dari gramophone menemani pagi cerahku. Bangun dengan maskara yang masih melekat agaknya sedikit mengganggu, aku begitu lelah untuk menghapus make up tipisku kemarin malam. Ku biarkan benda pemercantik wajah itu melekat menemani tidur malamku.

Aku sudah melupakan kejadian bodoh malam tadi. How weird was that?

Menuang cairan putih berprotein tinggi ke dalam mangkuk ditambah sereal pagi, mengaduknya perlahan dan membawa ke meja makan. Menyantap sereal pagi sendiri dan ditemani musik klasik rock sedikit menambah semangat pagi ku. Sepertinya ada ketukan di pintu apartemen ku.

Menghentikan aktivitas sarapan pagi dan berjalan enggan ke arah pintu, membukanya perlahan

Ouh.. This lil bitch!

Sepersekian detik setelah aku membuka pintu terlihatlah sosok gadis berambut pendek sebahu dengan blue hair extensions nya. Yep, Who's need another shit when its already Spece? Melihatku, Spece langsung melompat dalam pelukanku, segera aku mengajaknya masuk sebelum ia melakukan hal-hal diluar nalar.

"Rebecca Fucking Simpson!I miss you so damn hard." Teriak Spece yang amat melengking membuat telingaku terkejut. I already told you guys!

"Miss you too, bitch!" jawabku seraya menggiringnya ke meja makan.

Oh aku hampir lupa, bagaimana keadaan Austin setelah pertandingan kemarin. Bahkan aku tak menanyakan kabarnya, what kind of human i am?

"I'm super excited with your Maybelline, Its gonna be BOAM!" katanya seru.

"Oh my little bitch excited, huh? I hope that so. Oh, how's Austin? Is he ok, isn't he? I'm sorry" tanyaku sambil mengaduk aduk serealku.

"Easy bitch, Austin's perfect. You know he's boxer don't worry him too much. I knew you were busy with Nash, right?"  Spece mengerdikkan bahunya dengan gerakan cepat dan merubah ekspresinya menjadi seolah olah tatapan menyelidik.

"Shut up bitch!"  aku meraup wajahnya dan tertawa perlahan yang dibarengi dengan Spece.

"You know what? Aku beberapa kali menelan ludahku melihat serealmu, apakah kau tak mau menawariku atau semacamnya?" tanya Spece seraya menyeruput susu ku yang berada di dalam gelas.

"Oh, i'm scared you hungry bitch Lakukan apapun yang kau mau Spece Rudolph anggap saja seperti rumah sendiri. Aku tau kau bisa mengambilnya sendiri, so do it right with your nasty hands!"  aku berteriak penuh penekanan disetiap kalimatku, menyadari kenyataan bahwa Spece sudah berlalu ke pantry mengambil sesuatu untuk dimakannya pagi ini. 

"That's sound great Lady" teriakannya menggema sambil menuang sereal ke mangkuk tanpa mengalihkan perhatiannya dari mangkuk. Aku melihatnya hanya sedikit terkekeh.

Bersahabat selama tiga per empat dari umurku dengan Spece bukanlah hal yang mudah. Background ku yang rumit dan begitu pula dengannya, membuat kami saling melengkapi puzzle hidup satu sama lain. Hanya saja lebih menakjubkan jika kita bisa tinggal bersama, tetapi terbentur kanyataan bahwa Spece harus tinggal bersama Austin yang notabene adalah kakak lelakinya.

Its fine, you know? There's so freaking much way to keep me meet her whenever we want.

Setelah mengambil sesuatu dari pantry Spece segera mendaratkan bokongnya di kursi meja makan tepat berhadapan denganku. Aku bercerita ringan dengannya sambil sedikit tertawa. Spece made my morning!

Melanjutkannya dengan movie marathon menonton serial Teenwolf yang berepisode-episode. Menghabiskan waktu melakukan apapun yang kita mau termasuk menjahili Nyonya Richie (perawan tua tetangga apartementku) mengetuk pintu miliknya dan berlalu secepat mungkin agar tak dilihat olehnya, mengetuknya lagi lagi dan lagi hingga membuatnya kesal karena bolak balik membuka pintu yang dia pikir kedatangan tamu.

DAMAGEDWhere stories live. Discover now