CHAPTER 22

1.5K 117 9
                                    

"God, i'm so nervous." Kepalaku menghadap ke arah Taylor Hill lalu tersenyum kecil.

Entah mengapa sedari tadi aku sangat gugup, jantungku seperti berdetak lebih cepat dari biasanya. Aku tahu ini bukanlah walk pertamaku jadi seharusnya aku tak segugup ini, tetapi ini adalah walk impianku, maksudku, tak banyak yang bisa berada diposisiku dan aku merasa sangat dianugerahi. Menjadi cover di majalah lokal pun, hatiku tidak se-hype ini.

"Hold your head high, gorgeous-es!" Laura (pihak Chanel yang mengcasting para model) berteriak penuh semangat membuat kami semua ikut tertawa.

Satu persatu model mulai berjalan secara bergiliran dengan anggun dan penuh kehati-hatian. Fashion Show kali ini mengambil tema fashion wanita Dunia pada dua dekade setelah perang dunia kedua yang telah dimodernkan. Jadi setiap model mengenakan gaun berwarna pastel pudar setumit, aku sangat menyukai gaunnya.

Tidak hanya pakain yang diperagakan, tetapi model rambut, make up, bahkan hingga nail art menjadi detail untuk trend yang akan diciptakan di musim depan.

"Oh god, here it is." Bisikku dalam hati saat giliranku untuk walk.

.

Setelah Fashion Show berakhir, seluruh model dikumpulkan lalu diberi pidato kecil berisi pujian tentang hasil kerja kami, banyak senyum yang bertebaran lalu hinggap di setiap bibir baik para model maupun crew. Setelah semua itu berakhir sebenarnya ada After Party setelah acara ini, semua orang yang memiliki relasi terhadap keberlangsungan acara ini boleh datang sesuka hati, tetapi tidak dengan aku, aku cukup lelah kali ini jadi aku memutuskan untuk mencari keberadaan Justin.

Aku mengganti pakaianku menjadi bodycon dress berwarna hitam pekat dengan thin straps heels yang berwarna senada, memang aku tadi tidak ingin mengikuti after party ini, tetapi setidaknya aku wajib menggunakan pakaian yang layak, look, isnt savage if i walks around with bumper and baggy pants in this Chanel mother fucking After Party ? My face is gonna be in headline news's cover tomorrow morning, believe me no one is going to give me a job. 

Setelah berganti pakaian, aku mengambil ponsel yang berada di clutch dan segera mengirim pesan kepada Justin.

To : Justin
Where r u ? x

Sambil menunggu balasan justin aku berjalan ke arah bar untuk mengambil segelas wine, tenggorokanku sangat kering sedari tadi. Lalu ponselku bergetar memperlihatkan tanda panggilan masuk dari justin. Segera aku mengangkatnya.

"Hi." Sapaku.

"Babe, im in ballroom." Suara justin terdengar jelas tetapi dengan volume yang kecil. Aku tersenyum kecil mendengar panggilan babe darinya, aku masih tak menyangka justin kini menjadi kekasihku.

"Okay, im gonna gotcha, wait." Saranku. Aku ingin segera menemui justin lalu memintanya untuk pulang, ugh! Aku sangat ingin makan pizza dan tenggelam dalam selimut hangat lalu menonton netflix.

"No, babe. Where are ya? Im gonna get you. Stay still." Tegasnya, aku sangat menyukai sisi lain dari justin yang protektif seperti ini.

"Okay, im in bar trying to get a shots." Candaku seraya meminum segelas wine berbentuk V yang ada di genggamanku.

"Well, dont drink too much. I want you to meet someone." Katanya dengan napas seperti sedang berjalan.

Seketika kedua alisku terangkat menebak-nebak siapa yang ingin menemuiku. "Wh-" belum saja aku menyelesaikan kalimatku sepasang lengan memelukku dari belakang.

Aku tahu ini adalah justin, wangi cologne nya adalah favoritku. Justin langsung memutar badanku dan bibirnya langsung bertemu dengan bibirku, bibir kami saling menyapa selama beberapa detik dengan sinkronisasi yang sempura juga terdengar dentuman musik yang tak terlalu kencang dari after party ini sebagai background nya, tetapi seketika aku ingat bahwa aku dan justin berada di tempat umum.

DAMAGEDМесто, где живут истории. Откройте их для себя