✎ Withered

1.1K 96 15
                                    

Written by mtaxyzeus


Cerita ini terinspirasi dari ISAC 2020 cabang archery yang diikuti Jaemin, Jeno dan Chenle. Maaf untuk typo yang berserakan. Selamat membaca yeorobun 😁


***

Lee Jeno tengah berlatih di halaman rumahnya. Dua hari lagi ia akan mengikuti Archery Word Cup. Setiap harinya, sebanyak 2500 anak panah telah Jeno lesakkan ke papan target. Hal tersebut belum juga cukup baginya. Seperti malam ini, dia masih menarik string panah, memegang busur lalu melepaskan anak panah dengan berturut-turut.

Iris mata Jeno menajam saat ia mendapati bayangan seseorang di belakangnya. Jeno hendak menoleh, tetapi moncong revolver menempel pada kepala bagian belakang Jeno.

Jeno mendengar isakan dari dalam rumah. Suara wanita usia pertengahan itu semakin dekat. Ibunya dipaksa berjalan ke halaman rumah. Lengan kiri penyandera itu dililitkan di leher ibunya, sementara tangan kanan sosok itu menodongkan revolver pada pelipis sang ibu. Hal itu membuat perasaan Jeno berkecamuk. Di satu sisi, dia tidak boleh membuat sosok yang menyandera ibunya itu melepaskan timah panas, di sisi lain Jeno ingin melawan dengan dua anak panah yang tersisa di tangannya.

"Letakkan busurmu," ujar si sosok di belakang Jeno. Suara bariton itu sampai pada telinga Jeno. Jeno berusaha bersikap tenang. Dia menuruti perintah sosok itu, dengan hati-hati, Jeno meletakkannya pada lantai kayu teras rumah. Tepat di sampingnnya.

"Siapa kalian?" tanya Jeno. Kedua tangannya diangkat ke atas, berpura-pura menyerah.

"Kau harus membayar hutang ayahmu," tukas si penodong revolver yang ada di belakang Jeno. Moncong revolver itu ditekan lebih ke bagian kepala Jeno. Jeno merasakannya.

"Eomma ... a-apa maksudnya ini?" Jeno masih belum mengerti. Selama ini yang ia tahu ayahnya bekerja dengan baik di NN Company dan tidak pernah terjadi masalah.

Ibu Jeno tidak menjawab pertanyaan anaknya, dan justru memohon. "Lepaskan anakku, bunuh aku saja."

"Eomma¹) ... " lirih Jeno menggeleng pelan pada ibunya.

¹) Ibu

"Kau harus men--" Jeno tak melanjutkan kalimatnya setelah sepersekian detik melihat jari tengah penyandera ibunya menarik pelatuk. Jeno langsung berbalik dan melumpuhkan sosok yang ada dibelakangnya dengan cara membanting dan memelintir pergelangan tangan sosok itu. Revolver terlepas dan Jeno langsung menembakkan timah itu ke pelaku yang menyandera ibunya.

Dor!

Tepat mengenai kepala. Kemudian menodongkan balik pistol tersebut ke sosok yang ada di bawahnya.

"Jawab aku! Siapa kalian!" teriak Jeno berlinang air mata. Sudut matanya melihat sang ibu sudah bersimbah darah tergeletak di halaman rumah.

Si pelaku justru tertawa keras melihat ekspresi Jeno yang sangat marah itu.

"Bertanyalah pada ayahmu, Lee Donghae di neraka," ucap sosok itu disertai seringai sinis.

Jeno kalang kabut. Dia lalu bersiap menarik pelatuk revolver itu untuk menghabisi sosok itu.

Dor!

Jeno merasakan bahunya seperti terbakar, dan cairan kental terasa dingin itu mengalir deras.

Dor!

Lagi, Jeno kembali merasakan kulitnya terbakar dibagian punggung. Rasa perih yang sangat hebat itu semakin Jeno rasakan sampai ia tersungkur ke sosok yang gagal ia tembak.

✔️Together With Nominfessजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें