✎ Home

1.1K 137 2
                                    

Written by mensalynx


Jeno melihatnya pada suatu malam. Di dekat sungai Han 5 tahun yang lalu. Lelaki kurus tak berekpresi, hanya dengan beralaskan sandal tipis.

Katanya, "Hari ini adalah hari ulang tahunku."

Lalu Jeno tanya mengapa dia berada di tempat itu alih-alih di rumah merayakannya bersama keluarga.

Dijawabnya, "Rumahku jauh."

Jeno yang pada dasarnya berhati lembut, memilih tinggal dan menemaninya. Mengucapkan selamat ulang tahun sederhana dan berkenalan.

Na Jaemin namanya.

Manis jika tersenyum, semakin dipandang akan membuatmu candu. Sayangnya, itu hanya "jika". Sebab Jaemin tidak tersenyum sepanjang malam itu.

"Ayo senyum, ini hari ulang tahunmu." pinta Jeno antusias.

"Aku lelah." jawabnya pendek.

Jeno pun menyerah. Takut membuat tersinggung lelaki itu, mereka baru saja berkenalan.

Di penghujung malam, Jaemin meminta berjabat tangan. Jeno terpaku dikala mereka saling menatap. Perasaan asing itu merasukinya. Menatap obsidian kosong itu, Jeno serasa dibawa menjelajah pada luasnya semesta.

"Kau menyelamatkanku malam ini. Terima kasih banyak."

Belum sempat menjawab, lelaki manis itu telah berlalu pergi. Jeno mengumpati dirinya sendiri karena tidak sempat bertukar kontak.

Mungkin memang hanya bertemu untuk saling menyapa.

***

Lalu empat tahun yang lalu, Jeno kembali melihatnya. Ucapkan terima kasih pada kenekatannya datang ke sungai Han tepat pukul 12 malam itu. Berpikir mungkin saja mereka bisa bertemu lagi.

Dan beruntung. Ia menemukannya.

Namun kali ini lebih lusuh dari setahun sebelumnya. Wajahnya pucat. Tubuhnya semakin kurus.

Jeno memperhatikannya dari belakang. Beberapa kali menatap jauh ke atas. Jeno jadi berpikir ada apakah gerangan di atas sana?

Lelaki itu menyadari keberadaannya, namun sama sekali tidak terkejut. Justru menatap lama pada Jeno.

"Sudah kuduga," katanya datar, "Apakah kau begitu penasaran?"

Jeno menggeleng cepat. "Aku hanya ingin mengucapkan selamat ulang tahun. Apakah kali ini kau sendiri lagi?"

Jaemin tertegun sesaat lalu mengalihkan wajahnya, memilih menatap air sungai yang tenang. "Rencananya aku ingin pulang malam ini. Tapi kau mengacaukannya."

"Ah, aku tidak tahu. Astaga maafkan aku." ucapnya tidak enak hati.

Kembali berbalik dengan wajah datar, Jaemin meminta Jeno mendekat dan tentu saja dituruti oleh lelaki itu.

"Siapa namamu?"

"Kau tidak ingat?"

Jaemin mengangguk.

"Lee Jeno."

"Jeno, ya?"

Kini giliran Jeno yang mengangguk.

"Jeno, apakah kau bahagia?" tanya Jaemin lirih.

"Tentu, memang apa yang tidak membahagiakan di dunia yang hebat ini." Jawabnya cepat.

"Ah, sudah kuduga. Dunia adil padamu, kau dikelilingi banyak cinta dan kasih. Jeno, apa ulang tahunmu selalu dirayakan?"

Jeno kembali mengangguk antusias, mengingat dengan jelas setiap ia diberi kejutan hangat oleh keluarganya. Jaemin melihat itu, binar bahagia yang seolah menyedot seluruh atensi semestanya.

✔️Together With NominfessDonde viven las historias. Descúbrelo ahora