Alvin's Duality

81 14 3
                                    

Pesan singkat dari Christa masuk tepat setelah Velin selesai bimbingan. Gadis itu nyaris saja berteriak di depan ruang dosen karena tak kuasa menahan perasaan gembira. Dia diterima bekerja di Feline Cafe! Padahal sebelumnya dia sudah senewen karena dosen pembimbingnya memberi banyak sekali revisi. Setelah memastikan kembali jadwal masuk kerjanya, yang akan dimulai besok sore, Velin berjalan ringan menuju pintu gerbang kampusnya.

"Tak masalah deh revisi hari ini banyak. Yang penting aku punya pemasukan tambahan sekarang," gumam Velin pelan.

Keesokan harinya, Velin datang lebih pagi ke kampus. Efek pemberitahuan dari Christa membuatnya terlampau semangat tadi malam, sehingga Velin dapat menyelesaikan revisinya dengan cepat. Gadis itu menanti dengan sabar dosen pembimbingnya di depan ruang dosen, hingga salah seorang seniornya yang juga satu bimbingan dengannya keheranan melihat Velin yang datang lebih pagi dari biasanya.

"Tumben amat Vel jam segini udah datang? Biasanya juga nyaris barengan sama jadwal masuknya Pak Zuber." Santi, senior satu tahun di atas Velin, baru saja datang dengan kantong plastik hitam di tangannya. Perempuan itu memang suka membawa jajanan setiap kali bimbingan. Biar tidak bosan menunggu dosen, katanya.

"Hehehe iya kak, lebih cepat ketemu Pak Zuber lebih baik. Soalnya nanti sore aku masuk kerja," balas Velin, gadis itu bergeser sedikit agar Santi dapat duduk di sebelahnya.

"Kerja? Bukannya hari ini kamu off ngajar?"

"Bukan yang di TK. Aku baru aja diterima part time di Feline Cafe."

Santi membulatkan kedua matanya. Selanjutnya perempuan itu memuji semangat Velin yang masih sempat mencari part time tambahan di saat dirinya masih disibukkan dengan perkara skripsi. Velin menanggapi dengan candaan bahwa dia bosan kalau harus di kosan terus, siapa tahu dia bisa bertemu pacar di tempat kerjanya.

"Wah bener banget tuh, Vel! Jangan sampai kayak aku. Terlalu sibuk kuliah sampai lupa cari pacar. Akibatnya aku jomlo sampai sekarang," Santi menyetujui alasan palsu Velin. Namun, akibat alasan yang dikarangnya itu, Velin justru teringat Alvin beserta lesung pipinya yang sempat membuatnya terpana tempo hari. Pipinya merona tanpa disadarinya.

"Bentar. Kok kamu tiba-tiba blushing? Jangan-jangan kamu udah nemu calon nih di tempat kerjamu?" goda Santi.

"Eh? Calon apa? Enggak kok, Kak. Ini ciloknya pedes banget makanya aku kepanasan. Eh, Pak Zuber udah dateng tuh! Aku duluan ya, Kak." Velin yang salah tingkah segera kabur menyusul dosennya masuk ruangan sebelum Santi menanyainya lebih lanjut.

***

Velin untungnya datang lima menit lebih cepat dari waktu yang telah ditetapkan Christa. Padahal dia sudah panik karena konsultasinya dengan Pak Zuber hari ini berjalan lebih lama dari biasanya. Lagi-lagi dosen kejam itu memberinya revisi walau tak sebanyak sebelumnya. Hal itu cukup membuat Velin merasa uring-uringan sepanjang perjalanan dari kampus ke kafe.

Setelah menyimpan barang-barangnya di loker, Velin bergegas menuju meja kasir untuk menjalankan shiftnya. Ini adalah pengalaman pertamanya bekerja di kafe. Velin kembali panik karena dia tidak tahu harus melakukan apa di hari pertamanya bekerja.

"Kamu pasti part timer baru yang direkrut Christa kemarin?"

Tiba-tiba suara seorang perempuan datang dari bawah wastafel tempat mencuci gelas dan piring. Velin terkejut bukan main saat melihat perempuan yang sepertinya adalah seniornya, sedang duduk lesehan sambil makan dari kotak makannya. Sedari tadi Velin terlalu sibuk dengan pikirannya sendiri hingga tak menyadari kehadiran manusia lain di dekatnya.

"Sini duduk dulu. Sebagai senior aku punya kewajiban untuk ngajarin kamu, kan?"

Setelah memastikan bahwa tidak ada tanda-tanda pelanggan akan datang, Velin akhirnya bergabung dengan seniornya itu.

Brand New DayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang