She's Back

22 3 3
                                    

Ethan tidak langsung menuju mobilnya yang terparkir tak jauh dari kafe Christa. Kedua matanya tak sengaja melihat sebuah butik kecil saat baru saja keluar dari kafe tadi, dan di sinilah dia sekarang.

Butik yang diberi nama Spring Breeze ini menyediakan beragam koleksi pakaian wanita. Di antara pengunjung yang didominasi kaum hawa, hanya Ethan satu-satunya lelaki yang tampak khidmat melihat-lihat koleksi blus di rak new arrival. Kehadirannya yang cukup mencolok, menarik perhatian beberapa pasang mata yang lebih memilih memandangi sosok Ethan yang tinggi dan tampan, dibanding koleksi pakaian yang ingin mereka beli. Tak terkecuali sepasang mata yang langsung mengenali laki-laki itu bahkan saat sosoknya masih berdiri di depan etalase butik.

Ethan yang segera menyadari dirinya menjadi pusat perhatian, berniat segera keluar dari butik karena bukan itu tujuannya kemari. Namun, sepasang mata milik seorang perempuan berparas cantik yang sedari tadi memperhatikannya, menghadang jalan Ethan hingga membuat laki-laki itu nyaris menabraknya.

"Maaf, saya sedang terburu-buru sampai tidak lihat---" ucap Ethan, yang langsung dipotong perempuan itu.

"Ethan? Apa kabar?"

Ethan mengernyitkan keningnya saat perempuan itu menyapanya seolah mereka adalah kenalan lama.

"Siapa...?"

"Serius kamu lupa sama aku? Aku Manda."

Butuh sekian detik bagi Ethan untuk mengenali paras cantik Manda yang tampak asing di matanya. Rambut hitamnya diikat asal membentuk bun, dan sepasang anting panjang bermotif bunga kamboja bertengger di kedua daun telinganya, menjadikannya daya tarik tersendiri bagi siapapun yang melihat. Meski hanya bermodalkan riasan wajah sederhana, kecantikan perempuan itu mampu menyihir siapapun, baik laki-laki maupun perempuan, untuk setidaknya memperhatikan setiap detail wajah Manda.

Kecuali Ethan, yang akhirnya telah berhasil mengenali sosok Manda, dia justru tertegun dan membisu.

Ingatannya terlempar ke kenangan dua tahun lalu yang masih belum bisa dilupakannya.

***

Dua tahun yang lalu

"Ethan, tunggu!"

Ethan tak memedulikan Manda yang terus menerus memintanya berhenti. Dia tetap berjalan menjauh dari kerumunan yang baru saja menyaksikan aksinya menghajar seorang laki-laki. Dia bahkan sempat menabrak penjual balon yang sedang melayani seorang anak kecil. Dengan pikiran yang berkecamuk dia meminta maaf kepada penjual itu, dan segera berlalu pergi sebelum Manda dapat menyusulnya.

Sayangnya, Manda lebih cepat dari perkiraannya. Perempuan itu berhasil meraih lengan Ethan, lalu menahan langkah laki-laki itu.

"Ethan, aku bisa jelasin," ucapnya dengan napas terengah.

"Mau jelasin apa lagi? Jelasin kalau kamu selingkuh sama sahabat aku sendiri?!"

"Kamu salah paham, Than," sahut Manda dengan nada terluka.

"Salah paham apanya? Jelas-jelas aku lihat tadi kamu ngerangkul Putra, di depan umum pula! Oh, pantesan dulu kamu sering tanya-tanya tentang Putra, udah ada niat selingkuh rupanya!"

"Bukan gitu, aku cuma---"

"Udah ya. Aku sadar diri aku emang nggak ada apa-apanya dibanding Putra. Kalau kamu milih sama dia, silakan. Kita sampai sini aja."

Tanpa menunggu tanggapan dari Manda, Ethan segera berlalu pergi sebelum dia memaki-maki perempuan sialan itu. Sudah cukup tadi dia menjadi pusat perhatian banyak orang saat menonjok muka Putra. Ethan tidak mau kembali menjadi pusat perhatian karena mengumpat di depan perempuan.

***

Ingatan Ethan kembali ke masa kini saat Manda melambaikan sebelah tangannya di depan wajahnya.

"Hey, kok malah ngelamun? Kamu serius nggak ngenalin aku, Ethan?"

"Ngapain kamu ke sini?" tanya Ethan dingin.

Meski respon Ethan jauh dari harapannya, Manda tetap merasa lega karena setidaknya Ethan masih mengingatnya.

"Aku lagi cari baju buat ke nikahan tante aku besok. Kamu sendiri?"

"Oh."

Ethan sama sekali tidak berniat untuk mengobrol dengan perempuan yang telah mematahkan hatinya itu. Namun, dia juga merasa tidak sopan jika berlalu pergi begitu saja. Manda tampak masih ingin membicarakan sesuatu dengan Ethan.

"Nomor kamu ganti, ya? Aku hubungin kok nggak bisa terus?"

"HP lamaku rusak kena air laut."

Manda masih tidak menyerah, meski Ethan tampak benar-benar jengah berada di dekatnya.

"Oh, begitu. Ah, aku harus segera pergi sekarang, sayangnya. Kapan-kapan kalau aku ngajak ngopi bareng, bisa kan? Ada hal yang mau aku omongin ke kamu."

Ethan kembali mengernyitkan keningnya.

"Ngomong..? Apa?"

"Tentang kesalahpahaman kita dulu."

Ethan menghembuskan napas kasar. "Tentang itu, aku rasa nggak ada yang perlu dibahas lagi, Man."

Jawaban terpanjang Ethan untuk Manda hari ini, dan hal itu cukup membuat Manda tersenyum kecil.

"Dari nada bicara kamu, kamu kayaknya masih marah sama aku. Aku tahu aku salah. Makanya aku perlu bicara empat mata sama kamu. Untuk---"

"Katanya kamu harus pergi?"

Manda terkesiap karena Ethan memotong ucapannya. Dia lalu tersenyum kecut, memahami kekesalan Ethan.

"Kamu benar. Baiklah. Aku pergi sekarang. Kabari aku ya, kalau udah siap ketemu aku lagi."

Manda menyodorkan kartu namanya kepada Ethan, lebih tepatnya menyorongkan kartu itu ke dalam genggaman laki-laki itu. Lalu dia segera berbalik pergi sebelum buliran air mata membasahi pipinya.

Ethan meremas kartu nama Manda yang tak pernah diinginkannya. Dua tahun usahanya untuk melupakan perempuan itu, runtuh seketika saat melihat Manda menahan air mata gara-gara sikap dinginnya. Entah mengapa Ethan merasa bersalah, meskipun sebenarnya dia berhak untuk marah.

 Entah mengapa Ethan merasa bersalah, meskipun sebenarnya dia berhak untuk marah

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

illustration by vviochan

Brand New DayWhere stories live. Discover now