[29] Childhood

Mulai dari awal
                                    

Pintu balkon kamar samping terlihat terbuka menampilkan sesosok laki-laki dengan kaos hitam dan jeans hitam. Rambutnya yang berantakan dan juga wajah sayunya menandakan ia baru bangun tidur.

"Dek, lo ganggu gue tidur aja. Baru aja gue pulang dari lembur, banyak pasien di rumah sakit, lo buat suara bising dari tadi," omelnya seraya menyamankan posisi duduknya di lantai dan menyandarkan tubuhnya pada pembatas balkon mereka.

"Jaehyun deketin Zahra." Zeeva ikut duduk di lantai dan menyandarkan tubuhnya di pagar pembatas sama seperti kakaknya.

"Terus?" Helaan napas lirih Zeeva yang terdengar frustasi membuat Eunwoo tertawa kecil.

"Kenapa harus Zahra. Kenapa gak yang lain aja."

"Lo ... Cemburu?"

"Bukan gitu kak ... "

"Gue anggap lo cemburu."

Decakan terdengar dari mulut gadis itu, "Gue gak suka sama dia semenjak tahu sifat aslinya."

"Jaehyun baik, dek. Dia mapan, pintar, jenius, bahkan dia sukses. Dia juga sopan. Apa yang buat lo gak suka sama cowok sesempurna dia?"

Berdiri dengan kepala tangan erat berada di samping tubuhnya, Zeeva menatap kakaknya yang masih memejamkan mata di bawah sana.

"Dia bukan cowok baik baik. Dia ..."

Senyum tipis dan mata yang perlahan terbuka menatap tepat ke netra Zeeva. Laki-laki itu menegakkan tubuhnya, "Jangan karena lo liat dia mukul Doy terus lo anggap dia jahat, asal lo tahu dek ... Jaehyun ngelakuin itu supaya bisa lindungi lo dari Doy yang mau mainin lo," sela Eunwoo.

"Kak Doy gak pernah suka sama gue. Gue juga udah gak mempermasalahkan Jaehyun yang mukul Doy dua tahun yang lalu. Tapi ... Setelah dia pulang dari markas waktu itu ..."

"Mungkin lo salah lihat," sela Eunwoo.

Helaan napas kasar dan masuknya Zeeva ke dalam kamar membuat pembicaraan mereka terhenti dengan Eunwoo yang kembali berdiri dari posisinya.

"Sebaiknya lo selesaiin kesalahpahaman lo sama adek gue Jae."

Dilain tempat. Di ruangan penuh akan poster laki-laki tampan bertuliskan 'Bangtan Boys'. Seorang gadis yang memandang langit-langit kamar menghembuskan napasnya kasar.


Flashback on

Suara tawa tiga anak kecil memenuhi indera pendengaran orang sekitar. Tidak ada yang terganggu, malah membuat orang disekitarnya memandang gemas kepada mereka.

"Yoyo, Jeje. Vava mau itu." Tangan gadis kecil itu menunjuk ke arah seorang pria paruh baya yang sedang duduk dengan permen kapas yang berada di sepedanya.

"Jangan, kamu nanti ompong kalau banyak makan pelmen."

Merenggut kecil, gadis itu menatap laki-laki disampingnya dan memasang wajah ingin menangis.

"Bener kata Yoyo, nanti kamu sakit gigi. Gak boleh." Pipi chubby gadis itu menggembung dengan matanya yang memandang ujung sandal berwarna merah mudanya.

"Jangan nangis, Va. Kamu kayak anak kecil aja," ujar laki-laki yang memiliki mata seperti kucing itu. Sangatlah imut.

"'Kan emang kita masih kecil," sahut Jeje dengan lesung pipi yang membuatnya semakin manis.

"Kata Uno gak boleh ngegas!" tegas Yoyo yang tidak diperdulikan oleh laki-laki didepannya.

Suara tangis dari gadis kecil di samping mereka membuat atensi kedua laki-laki itu terfokuskan kepadanya. Mereka bingung harus berbuat bagaimana agar ia berhenti menangis.

"Gimana Je? Vava nangis, nanti Uno marah. Sepeda aku nanti dibocorin sama dia."

Laki-laki bernama Jeje itupun melangkah menuju pria paruh baya dan menyerahkan selembar uang berwarna ungu setelah dirinya mendapatkan sebatang permen kapas.

"Nih, jangan nangis lagi. Kamu jelek kalau nangis."

Suara tangisan itu perlahan berhenti. Dua tangan yang awalnya menutup wajahnya perlahan terbuka dan matanya memandang uluran tangan beserta permen kapas berwarna merah muda di hadapannya.

Senyuman menghiasi wajahnya, membuat wajah gadis itu menjadi lebih cantik.

"Makasih Jeje ganteng."

"Sama-sama."

"Aku juga ganteng!"

Vava hanya melengos dan pergi dengan tangannya yang meraih permen kapas itu dan juga menggenggam tangan Jeje. Meninggalkan Yoyo sendirian yang memajukan bibir kesal.

Flashback off



Senyuman terukir di wajah Zeeva. Ia membalikkan tubuhnya hingga terbaring menyamping menatap pigura berisikan foto tiga anak kecil yang tersenyum bahagia.

"Kangen sama kalian ... Terutama lo Jae, gue kangen berat sama lo."


"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Mask | Jeno ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang