Taktik Tarik Ulur

Start from the beginning
                                    

Mereka akhirnya berada di supermarket, Zahra menatap ponselnya seolah mengirim pesan pada seseorang. "Siapa sih?" tanya Argi penasaran.

"Dio, nanyain." Jawab Zahra singkat lalu kembali fokus pada rak yang ada di dekatnya.

"Ra, lo pacaran sama Dio ya?" tanya Argi.

"Nggak" jawab Zahra sambil melihat ke arah rak body lotion, ia ingat miliknya sudah hampir sedikit. Sementara Argi merasa senang dengan jawaban itu sampai seorang wanita paruh baya menyapanya.

"Nak, tahu tempat sayuran dan buah dimana?" tanyanya.

"Itu bu di paling belakang." Katanya sambil menunjuk arah yang dimaksud.

"makasih ya, kamu lagi nemenin pacarnya belanja ya?" katanya.

"Ah, i-iya bu. Eh belum sih doain bu." Kata Argi tersenyum malu dan Ibu itu hanya tersenyum mengangguk sambil menepuk punggung Argi.

"Siapa ibu itu?" tanya Zahra setelah kembali dari memilih bodylotion.

"Hem,Cuma nanyain tempat sayuran."

"Oh..." katanya mengangguk. "Eh, ini jadinya mau beli apalagi daritadi muter-muter doang."

"Apa ya, detergen, minyak goreng, bahan kue, sayuran juga." Katanya sambil melihat arah tempat bahan bahan tersebut.

"Kan tadi udah dilewatin semua kok nggak bilang sih."

"Maaf, gue lupa hehe..." katanya sambil nyengir merasa bersalah sementara Zahra hanya mendengus sebal. Namun Argi tersenyum setelahnya, mereka kembali berbelanja tanpa sadar Argi belanja cukup banyak beruntung uangnya cukup kalau tidak ini akan jadi hal yang memalukan.

"Laper ra gue." Kata Argi dan Zahra hanya menatapnya. "seriusan gue belum makan dari tadi dan capek ini."

"Yaudah ayo makan, abis ini kita balik ya gue mesti kerja." Kata Zahra tentu saja Argi senang dengan hal itu mereka bisa makan bersama. Kini mereka duduk di sebuah tempat makan dengan pemandangan luar yang terlihat.

"Yah hujan." Kata Zahra melihat keluar lalu melihat kearah jam tangannya.

"Ya udah santai aja masih hujan nunggu reda aja dulu, pesenan juga belum sampai." Kata Argi mencoba menenangkan Zahra yang terlihat gelisah.

"Bukan gitu, gue ada janji." Kata Zahra menatap Argi.

"Sama siapa? Dio? Danish?" tanya Argi mencoba tak terpancing.

"Sama dosen, ada nilai gue yang belum keluar jadi gue mesti nanyain itu dan beliau minta ketemu setelah dia ngajar." Kata Zahra menjelaskan.

"heuh lega gue."

"Hah, kok lo lega nilai gue belum keluar?"

"Bukan, bukan itu maksudnya. Ya udah makan dulu deh udah dateng nih, nanti gue anterin ke tempat dosennya." Kata Argi mencoba mengalihkan berharap Zahra tak salah paham dengan sikapnya. Zahra mulai makan sambil melihat hujan yang masih deras, sementara Argi justru menatap Zahra sambil tersenyum. Menyadari itu Zahra menepuk tangan Argi.

"Heh, katanya laper malah bengong." Sentaknya membuat Argi gelagapan.

"Ah iya." Sahutnya lalu mulai makan.

"gue heran deh, lo belanja sebanyak itu buat nyokap? Baru tahu kalau lo orangnya mau disuruh belanja" tanya Zahra menatap plastik belanjaan yang cukup banyak. Dan Argi hanya mengangguk.

"Ra, selama lima hari ini lo nggak kangen gitu sama gue?" tanya Argi tiba-tiba membuat Zahra terkejut dan tersedak hingga batuk Argi segera memberikan minum. "emang salah ya pertanyaan gue?" tanya Argi setelah Zahra mulai berhenti.

"lagian lo kenapa tiba-tiba nanya itu, ya gue kaget lah." Katanya kesal.

"ya gue penasaran aja, gue kan ngilang dari hadapan lo dan nggak hubungin lo selama lima hari masa lo nggak kangen gitu sama gue?" tanya Argi lagi.

"bukannya beberapa hari yang lalu lo chat gue ya nanyain Dinda di rumah gue apa nggak, aneh lo nanya begitu." Jawab Zahra, Argi baru ingat dua hari yang lalu ia mengirimi pesan ke Zahra menanyakan Dinda yang sebenarnya Dinda sudah izin untuk pergi bersama Aulia, ia hanya beralasan menanyakan Dinda padahal ia ingin tahu keadaan Zahra.

Ia baru menyadari taktik tarik ulur itu sudah gagal dari beberapa hari yang lalu. Seperti hari ini ia juga tak bisa menahanya melihat Zahra berjalan bersama Dio dengan santai dan bercengkerama. Entah membahas apa yang membuat Zahra tertawa. Awalnya ia tak tahu mau mengajak Zahra kemana karena itu hanya alasan agar Zahra tak terlalu dekat dengan Dio. namun kini mereka berakhir disini.

"Mungkin lo nggak kangen sama gue tapi gue kangen banget sama lo bahkan sehari nggak liat lo aja gue rasanya nggak karuan." Kata Argi terus terang. "entah lo sadar atau nggak lo disini sama gue sekarang gue mau bilang makasih banget udah mau gue repotin Cuma karena gue kangen sama lo." Katanya dan Zahra cukup terkejut. Ia mengira Argi sudah tak memiliki perasaan padanya karena Argi terlihat biasa saja saat bertemu atau malah cuek tapi sekarang malah bersikap aneh seperti ini. Hal ini membuat Zahra tak bisa berpikir secara logis.

Zahra mencoba bersikap biasa saja setelah mendengar pernyatan Argi tadi dan mencoba untuk tidak canggung. Begitu juga Argi ia akan memenuhi janjinya untuk mengantar Zahra menemui dosennya.

***

Setelah selesai bertemu dosennya Zahra segera keluar ruangan, dan beruntung masalahnya tidak terlalu panjang. Ia merasa lega sekarang dan bisa kembali kerumah dengan tenang. Saat berjalan keluar ia mendapati sosok yang tak asing sedang berdiri di depan gedung.

"Hai..." sapanya senang.

"Argi, ngapain masih di sini?" tanya Zahra cukup terkejut.

"Oh, gue kebetulan balikin buku dan ketemu lo." Katanya namun Zahra menatapnya tak percaya dengan alasan aneh itu. "hem,,, oke gue nungguin lo karena gue pikir hari udah malam dan lo bakal pulang sendirian. Jadi...ayo gue anter." Jelasnya dan tersenyum sementara Zahra hanya menghembuskan nafas pasrah, rasanya ingin menolak tapi menunggunya sampai malam begini pasti melelahkan.

Mereka pulang bersama dan Argi sesekali mengajaknya bercerita agar tidak terlalu canggung dan Zahra merasa Argi yang sekarang seperti berbeda sekali dengan dulu. Mereka saling membagi cerita tentang masa SMA dan tentang awal masuk perkuliahan dan banyak hal.

*** 
Pict by : pinterest

Terimakasih sudah mampir ke ceritaku semoga kalian suka.  Ditunggu vote dan komennya.. 

Love Is Delicious [END]Where stories live. Discover now