Pingsan

54 4 0
                                    

Zahra benar-benar lelah hari ini, lebih tepatnya dari kemarin sejak laptopnya rusak ia harus mengerjakan sebagian tugasnya yang hilang. Beruntung tugas kelompoknya dengan Rizka dan Alina bisa di selamatkan. Dan sudah ia kumpulkan juga hari ini. Ia berjalan gontai menuju lab yang ada di fakultas TI, karena lab akuntansi nya terbakar kali ini harus menumpang di lab TI.

"Semangat dong ra, kan tugas udah kelar." Kata Rizka menyemangati.

"Iya tapi gue begadang karena tugas gue yang ketemu itu mesti gue kerjain ulang." Jawab Zahra cemberut.

"Eh, ada Argi." Kata Alina dan Zahra langsung terkesiap. Namun hanya di balas cekikikan dari kedua sahabatnya.

"Ah lo bohong." Sungut Zahra kesal.

"Maaf, abis kalau lo lagi begini kan nggak seru ra."

"Kasihan tahu Lin, dia capek." Kata Rizka tersenyum.

"Sama aja lo." Kata Zahra ketus. Tak berapa lama saat berada di lobi mereka bertemu dengan Aktsan dan teman-temannya tentu saja ada Argi di sana. Namun Zahra tak melihatnya sampai melewatinya.

"Hei, Zahra gimana laptop lo?" tanya Aktsan membuat Zahra berhenti dan menoleh, ia berbalik karena teman-temannya juga masih di belakangnya.

"Oh, udah bisa kok." Katanya tersenyum dan mengambil sesuatu di tasnya. "Ini buat lo Aktsan karena udah nunjukin tempat servis yang bagus, dan ini buat lo Argi karena udah mau benerin laptop gue." Kata Zahra sambil memberikan kue bolu masing-masing ke Aktsan dan Argi.

"Wah, lo repot-repot amat padahal Cuma gitu doang. Makasih ya." Kata Aktsan terlihat senang.

"Gue nggak bisa terima karena bukan gue yang benerin laptop lo." Berbeda dengan Argi yang menolak. Aktsan hanya terfokus pada jari Zahra yang terplester.

"Jari lo kenapa?" tanya Aktsan.

"Oh, ini Cuma kena jarum kok." Sahut Zahra tersenyum.

"Gue nggak bisa terima." Katanya lalu pergi setelah mengembalikan kotak itu ke tangan Zahra.

"Argi segitunya amat sih jadi orang, bikin gue nggak respect sama dia." Sungut Alina.

"Ya udah nggak apa-apa bagus malahan ini buat lo Lin yang udah ambil laptop gue tadi." Dan wajah Alina berubah jadi ceria seperti mendapat hadiah yang besar hal itu membuat Rizka sedikit kesal dan meminta bagian pada Alina.

"Btw Ra, lo kan sibuk buat tugas yang deadline kok malah masih sempet bikin bolu pisang sih." Celetuk Rizka.

"Hem, itu karena dia suka sama Argi. Iya kan?" ledek Alina.

"Apaan sih." Sahutnya langsung pergi meninggalkan mereka bertiga.

"Emang Zahra beneran suka sama Argi ya?" tanya Aktsan setelah Zahra pergi.

"Kayaknya sih, dia selalu seneng kalau lihat Argi dari jauh dia juga bela-belain masak ini buat Argi kan ya walapun di tolak. Emang kenapa lo nanya gitu?" tanya Alina.

"Nggak apa-apa, Cuma Argi itu rada susah orangnya. Dia kayaknya udah suka sama orang lain." Kata Aktsan

"Lo suka sama Zahra?" Tanya Alina penasaran kenapa Aktsan sangat ingin tahu perasaan Zahra pada Argi.

"Hah, kagak kok lo nanyanya kesitu sih." Aktsan sedikit terkejut karena pertanyaanya dianggap hal yang aneh sepertinya.

"Oh, nggak apa-apa nanya aja." kata Alina tersenyum, langsung mendapat tatapan curiga dari Rizka.

***

Zahra sangat lelah saat mencari buku. Ini semua karena tugasnya yang terlambat di kumpulkan dan akhirnya ia harus mengerjakan tugas lain yang lebih banyak. Kedua sahabatnya juga sudah pulang karena mereka memiliki tugas masing-masing. Ia melihat ke arah jam tangannya sudah menunjukkan pukul 7 malam. Ia masih berkutat di perpustakaan dengan laptopnya dan beberapa tumpuk buku.

Ia sangat kesal, tentang sikap Argi dan tentang tugasnya yang belum juga selesai. Ia mulai merasakan sakit di perutnya. "Ah, pasti mag gue kambuh. Gue lupa belom makan."

Ia segera menutup laptopnya dan membereskan buku-bukunya dengan menahan rasa sakit. Ia keluar dari perpustakaan dan berjalan menuju halte. Namun ia melihat seseorang yang ia kenal sedang mengobrol dengan orang lain.

"Argi..." panggilnya sambil melambaikan tangan yang dipanggil hanya menoleh dan kembali mengabaikannya.

"His, dasar gue di cuekin. Kok dia belum pulang ya." Katanya sambil berlalu ikut mengabaikan Argi. Namun tiba-tiba ia merasa pusing dan kepalanya berputar. Badannya ambruk, beberapa orang berlarian menghampiri.

"Gi, lo kenal?" tanya temannya. Argi tak menjawab hanya pergi begitu saja.

Zahra terbangun dan dirinya sudah berada di klinik di kampusnya. Dan seseorang di sampingnya.

"Oh, lo udah sadar ya." Kata orang itu.

"hem,,," kata Zahra sambil mengamati orang tersebut apakah dia mengenalnya.

"Gue Harly, temennya Aktsan lo masih inget?"

"Oh, ya inget. Kok lo bisa?"

"Hem, tadi gue kebetulan lewat.." kata Harly mencari alasan ia tak mungkin berkata kalau Argi memintanya membawa ke Klinik dan mengantarnya pulang.

"Makasih ya." Jawab Zahra sambil beranjak turun dari ranjang.

"Lo mau pulang? Biar gue anterin." Kata Zahra.

"Nggak usah nggak apa-apa kok, gue bisa sendiri." Jawab Zahra dan bersikeras untuk pulang sendiri dengan bus. Sementara Harly mengikutinya dari belakang. Sampai Zahra di rumah ia merasa ada yang mengikutinya.

"Harly, lo belum balik?" tanya Zahra bingung. Setelah mengetahui siapa yang mengikutinya.

"Eh, iya gue khawatir aja lo bakal pingsan lagi." Katanya, lalu hujan turun tiba-tiba.

"Yah, ujan lagi." Kata Zahra. "Eh, nih payung buat lo balik. Makasih ya udah nolongin gue maaf ya ngerepotin."

"Iya sama-sama." Jawabnya lalu pergi meninggalkan Zahra yang masuk rumah.

Berkali-kali Harly menggerutu kesal, ia kesal kenapa bukan Argi saja yang mengantar Zahra sendiri atau bukan dia saja yang menunggu sampai sadar. Kenapa harus menelponnya saat dia sedang main game. Dan kini dia kehujanan itu juga karena Argi, beruntung Zahra cewek yang baik dan nggak cerewet seperti cewek lain. Dan beruntung ia di pinjami payung ini. Pikiran-pikiran lain tentang Argi dan Zahra muncul di kepalanya.

***

Love Is Delicious [END]Where stories live. Discover now