Taktik Tarik Ulur

34 4 0
                                    

Aktsan heran dengan sikap Argi yang uring-uringan di kelas, ia sampai tak bisa mendengarkan perkatan Dosen sedikitpun karena Argi yang sibuk mencoret-coret kertas sambil bergeming entah apa yang sedang dilakukannya.

"Ngapain sih nyet berisik banget." Kata Harly yang ternyata menyadarinya, ia segera menegur setelah dosen keluar ruangan. Argi hanya menatap ponselnya dan mematikannya menyalakan lagi mematikan lagi. "Lo kalau bosen mending mabar sama gue" Kata Harly lagi.

"San, ini udah seminggu lho gue nggak hubungin dia nggak ketemu dia dan dia juga nggak hubungin gue." Gerutu Argi menatap Aktsan sementara Harly cemberut karena merasa tidak digubris.

"Baru lima hari gi. Tahan dua hari lagi" katanya santai sambil membereskan buku-bukunya.

"Nggak kuat gue pengen nemuin dia." Argi bergegas keluar kelas.

"Wah lo gagal berarti, padahal Zahra kemarin nanyain lo tuh." Kata Aktsan membuat Argi mundur lagi.

"Hah seriusan, berarti bener dong dia masih punya perasaan sama gue berarti dia kangen dong sama gue?" kata Argi girang.

"Belum tentu juga, soalnya kan baru sekali nanyain lo kan wajar soalnya biasanya kita bertiga dan kemarin Cuma berdua." Kata Aktsan dan Argi jadi lesu kembali. "Tapi kalau sampai dia nanyain lagi berarti dia masih peduli sama lo. Makanya tungguin sampai dua hari lagi." Kata Aktsan tersenyum dan Argi hanya mengangguk.

***

Argi berjalan menuju parkiran dan dilihatnya seseorang yang beberapa hari ini ia hindari sedang berjalan keluar kampus, Argi bersiap menghindarinya karena Zahra hampir melihatnya. Ia berpura-pura mengikat tali sepatu. Seorang lelaki datang memanggil nama Zahra, kemudian Zahra menengok dan mereka asyik membicarakan sesuatu.

"Argh...masa bodo dengan tarik ulur." Kata Argi lalu berjalan cepat menuju dua orang yang sedang ngobrol. Mereka cukup terkejut dengan kehadiran Argi yang tiba-tiba entah tak suka atau memang hanya terkejut Argi tak mau mengartikannya.

"Dio, gue pinjem Zahra bentar ya." Katanya lalu menarik tangan Zahra tanpa menunggu jawaban dari Dio. Zahra menatap Dio seolah meminta waktu dan Dio hanya tersenyum mengerti. Mereka menuju parkiran meski masih bingung namun Zahra percaya kalau Argi tak akan berbuat aneh-aneh padanya, makanya ia hanya menurut dan menunggu penjelasan Argi. Argi memberikan helm pada perempuan itu namun ia hanya mendapat tatapan heran.

"Mau kemana sih?" tanya Zahra minta kejelasan.

"Udah ikut aja, bentaran doang." Katanya lalu Zahra baru menerima helm tersebut meski dalam hatinya masih bertanya-tanya. Sementara Argi sendiri sebenarnya tak tahu mau pergi kemana, yang terpenting sekarang mereka pergi naik motor berdua.

"Pegangan ya, gue mau ngebut biar cepet nyampe." Katanya lalu Zahra hanya menurut, ia memegang ujung jaket Argi, namun Argi segera melingkarkan tangan Zahra ke perutnya. "Biar nggak jatoh." Katanya.

Mereka mulai melewati beberapa jalan dan melewati taman kota lalu jembatan dan flyover, Zahra merasa ada yang aneh. "Gi, kita mau kemana sih? Perasaan dari tadi muter-muter aja. katanya lo mau ngebut ini lambat banget. Gue udah pegel nih dari tadi." Kata Zahra mengeluh. Argi sebenarnya tak punya tujuan ia bingung harus membawa Zahra kemana hingga ia menemukan cara lain.

"Bawel, nih gue ngebut sekarang" katanya lalu mulai ngebut menuju supermarket.

"Hah, kesini? Bukannya tadi udah dilewatin yak kok mesti muter jauh banget sih." Kata Zahra kesal.

"Iya sorry nggak keliatan soalnya, ya udah temenin yuk." Kata Argi dan Zahra hanya mengangkat dagu dengan sebal, "belanja lah ada keperluan yang disuruh beli dan gue nggak ngerti." Dan Zahra hanya bisa pasrah dengan sikap Argi.

Love Is Delicious [END]Where stories live. Discover now