Ada mama dan papa disini

690 89 15
                                    

Wendy tengah berdiri di depan pintu kamar putranya. Lama dia berdiri disana, ragu untuk masuk ke dalam. Semenjak pulang dari rumah sakit putranya itu lebih banyak diam. Wendy menyadari jika putranya masih belum bisa menerima kenyataan kalau dia cedera dan divonis tidak bisa menari lagi. Apalagi karena cedera itu grup dancenya gagal menjadi juara. Makin bertambahlah rasa bersalah Jisung.

Wendy mengetuk pintu kamar Jisung, namun tidak ada balasan. Dia mencoba mengetuk lagi tapi tetap putranya tak mau membukakan pintu. Wendy berjalan turun pasrah, lagi-lagi putranya tak mau keluar dari kamar.

Di dapur, dia duduk terdiam menatap makanan Jisung yang tadi dia bawa. Matanya berair jika mengingat putranya yang marah dan menangis saat di rumah sakit.

Jae yang baru saja keluar dari kamar mandi menatap istrinya yang tengah terdiam membisu. Dia berjalan mendekat ke arahnya dan memeluknya dari belakang

"Kenapa sayaang?"

Wendy segera menghapus air matanya saat suara suaminya mengejutkannya.

"Gapapa, kamu mau aku buatin apa?" Tanya Wendy berusaha mengalihkan pertanyaan Jae.

Jae bisa melihat kesedihan di mata istrinya. dia melihat istrinya tadi menyeka air matanya. Jae tidak bisa membiarkannya, dia tidak ingin rumahnya dipenuhi kesedihan.

Jae kini berada di samping istrinya sambil menggegam tangannya.

"Mikirin kakak?" Wendy mengangguk

"Aku sedih, Kakak udah dua hari ini ngurung diri di kamar. Dia belum makan sama sekali pulang dari rumah sakit"

"Kakak pasti sedih"

"Sayang, aku gak bisa lihat Jisung gini. Hati aku sakit. Kalau inget di Rumah sakit dia emosi marah-marah sambil nangis setelah denger dokter bilang dia gak bisa ngedance lagi aku jadi sedih" Wendy menangis sambil memeluk suaminya

"Kasih kakak waktu buat sendiri yaa.. dia masih belum bisa terima kenyataan"

"Dia pasti marah dan kecewa. Rasa bersalah dia juga karena dia pikir karena dirinya grup dance mereka kalah"

"Sudah kamu jangan nangis, nanti biar aku usaha bisa ngomong sama kakak"

Adegan tangisan suami istri itu terhenti kala mereka mendengar teriakan seseorang dari depan kamar Jisung

"HUHU KAKAK! MAU SAMPAI KAPAN DI KAMAR HAH?" mereka terkejut karena mendengar suara Lami yang tengah teriak sambil menangis di depan kamar Jisung

"DUA HARI KAKAK GAK KELUAR KAMAR. JANGAN BIKIN MAMA SAMA PAPA KHAWATIR"

"HUHU HIKS.. AKU BERASA JADI ANNA YANG NGAJAK MAEN ELSA TAU GAK?"

Lami masih sempetnya banyol sambil nangis begitu

"KAKAK KELUAR!! JANGAN GINI KAK, KASIAN MAMA PAPA"

suara Lami semakin melemah dia duduk bersimpuh di depan kamar Jisung

"Kak, maafin Lami kak. Jangan gini, Lami takut"

Wendy dan Jae naik ke kamar Jisung da melihat Lami yang tengah duduk di depan kamar Jisung sambil menangis dan memeluk kakinya.

Wendy segera menghampiri putrinya yang sedang menangis seperti itu. Hatinya sakit, anak-anaknya sedang bersedih. Dia mencoba kuat menjadi seorang ibu tapi apa daya dia berakhir ikut menangis bersama Lami.

Jae segera menghampiri dua perempuan kesayangannya itu. Sungguh, rumahnya tak seperti biasanya. Hanya ada tangisan tiap harinya. Dia merasa beginilah keluarganya, ada satu anggota keluarganya yang bersedih maka satu keluarga ikut jatuh bersamanya.

FAMILY ENAM HARIHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin