If We Break for the Last Time : Chapter 23. Salah Mengambil Keputusan

905 78 28
                                    

Apa pun alasanmu tinggal saat ini aku tidak mau tahu. Yang aku tahu cuma satu. Kau jadi milikku sekarang.






Atlanta mengesah panjang setelah mengirimkan pesan ke nomor Dara, bilang kalau dia akan menjemput cewek itu untuk berangkat sekolah bersama. Jujur, rasanya jadi tidak enak dengan Dara. Jika Dara tahu alasan sebenarnya Atlanta mendekatinya dia mungkin akan patah hati sebab Atlanta dekat hanya untuk memenuhi janjinya pada Melia untuk menjaga Dara. Rasa yang dimiliki Atlanta untuk Dara tidak pernah berubah, hanya sebatas nyaman sebagai teman, tidak lebih sedikit pun.

Pintu kamarnya berderit terbuka. Seseorang menyembulkan kepalanya pada celah pintu. Melihat Atlanta masih ada di sana, wanita itu masuk. "Kamu belum berangkat sekolah?" tanya Mayang mematuti penampilan Atlanta. Sudah rapi.

"Sebentar lagi, Ma. Mama mau ke mana, kok pagi-pagi udah rapi?"

"Ke pengadilan temenin Papa kamu."

"Kalian?"

"Enggak sayang." Mayang paham, Atlanta pasti mengira kalau orang tuanya akan bercerai. Terlihat sekali anak itu memasang ekspresi syok. "Tante Runa memutuskan untuk bercerai sama Papa."

Atlanta membuang napas lega sebab apa yang ada di pikirannya itu salah. Dan wanita itu,  jadi namanya Runa. Atlanta tidak pernah tahu namanya sebelumnya. "Bagus lah, Ma. Itu artinya Papa nggak akan bagi waktunya lagi sama perempuan lain."

"Ibu juga senang sayang, tapi kamu harus ingat dia pernah berjasa untuk kamu. Dia tetap bagian dari keluarga kita sekali pun dia bukan istri Papa kamu lagi."

Atlanta mengangguk, mengusap bahu malaikat baik hatinya. "Sampaikan salam aku buat Tante Runa. Maaf karena Atlanta belum sempat ketemu dia."

"Nanti Mama sampaikan. Lebih baik sekarang kamu berangkat nanti kesiangan."

Anggukan Atlanta berbarengan dengan pesan masuk dari nomor Dara. Gadis itu memberikan balasan kalau dia sudah siap dan sedang menunggu Atlanta untuk berangkat bersama.

***

"Gue nggak tahu kalau sekarang lo tinggal di apartemen Zelvin." Atlanta membuka pembicaraan di tengah perjalanan mereka menuju sekolah. Lalu lintas masih terbilang santai membuat laju kendaraan Atlanta bisa sedikit dinaikan.

"Sori, gue lupa ngasih tahu." Dara merasa bersalah karena tadi Atlanta sempat menjemputnya ke kostan. "Zelvin bilang daripada unitnya nggak dipakai, mending gue yang nempatin."

"It's okay." Atlanta tahu kalau Zelvin mempunyai jiwa loyal dan semua ini pasti tanpa dipungut biaya alias Dara tinggal di sana secara cuma-cuma. Ah, tapi bagus lah, setidaknya unitnya tidak hanya digunakan untuk menampung gadis-gadis klub yang dibawanya bermalam. Pun Dara lebih baik daripada cewek-cewek yang rela diajak bermalam demi sepeser uang. Mungkin juga, Zelvin sudah bosan jadi playboy.

"By the way, kok lo tumben sih ngajakin gue berangkat sekolah bareng?"

"Emangnya lo nggak mau?" Atlanta menoleh sekilas,  lalu kembali fokus ke jalan. Melambatkan laju mobilnya ketika seekor kucing terlihat ingin menyeberang.

"Bukan gitu maksud gue—"

"Lo udah sarapan?"

Dara menggeleng. Semakin tidak paham dengan Atlanta yang mendadak perhatian dengannya. Sejak kapan cowok itu peduli entah dia sudah makan atau belum. Biasanya pun Atlanta bodo amat. "Lo kenapa, deh, At?"

"Emangnya Zelvin nggak pesanin lo makan?"

"Dia udah nawarin tapi gue tolak takut ngerepotin dia."

If We Break for the Last Time [Completed]Where stories live. Discover now