[ 18 ] : rapuh

6.7K 980 292
                                    

Jeongin udah sepenuhnya sadar dari koma. Sekarang dia lagi diperiksa dokter.

"Selamat Jeongin. Akhirnya kamu sadar juga. Kamu bangun lebih cepat dari yang kami kira. Dan juga kondisi kamu perlahan sudah membaik" ucap dokter bernama Moon Taeil dengan senyuman hangat.

"Terimakasih kasih dok. Eum dok, saya boleh tanya?" Tanya Jeongin hati-hati.

"Boleh dong, kamu mau tanya apa?"

"Kok gelap ya? Saya nggak bisa liat apa-apa"

Deg

Semua orang terdiam. Termasuk dokter Taeil. Keheningan itu bikin Jeongin berpikir yang enggak-enggak. Pemikiran buruk mulai menghantuinya. Apalagi semenjak ia sadar tapi ia tidak bisa melihat apa-apa. Gelap. Itu yang hanya dia lihat.

"Maaf sebelumnya Jeongin, tapi waktu kamu kecelakaan, mata kamu terkena serpihan kaca. Dan itu buat kamu, maaf terkena kebutaan. Tapi masih bisa sembuh asal ada orang baik hati mau mendonorkan"

Kini Jeongin yang terdiam. Apa ada orang yang baik hati mendonorkan matanya. Pasti tidak ada.

"A-ah gitu ya..." Lirihnya. Bikin hati Hyunjin sakit melihat Jeongin seperti ini.

"Kalau keadaan bayi saya gimana dok? Aman kan? Dia baik-baik saja kan?"

Deg part 2

Diam lagi. Keheningan yang Jeongin dapat.

"Maaf lagi Jeongin. Tapi bayi kamu tidak bisa diselamatkan" lirih dokter Taeil.

Sebenarnya tak tega dokter Taeil mengatakan demikian. Jeongin yang masih remaja buat Taeil takut mental anak itu akan terganggu.

Mendapati cobaan seberat ini diusianya yang masih belia pasti dia belum siap.

Jeongin diam. Otaknya belum bisa nerima semua ini. Kehilangan buah hati yang ia tunggu dan juga kehilangan penglihatan nya.

Jeongin mulai menggeleng ribut. "Dokter pasti bercanda kan? Nggak mungkin kan? Ayo coba bilang sama saya kalau semua ini cuma bercanda" dadanya mulai naik turun, nafas nya nggak beraturan, emosi nya seperti akan bangkit.

"Saya nggak bercanda Jeongin" lirih dokter Taeil. Apa yang Taeil takuti terjadi.

"Ayo dok bilang sama saya kalau bercanda!! Ini semua bercanda kan? Ngga—Arghhh" tiba-tiba Jeongin teriak bikin semua panik.

Dia nyengkram kasur erat, "Nggak mungkin hiks semua ini pasti m-mimpi hiks. Kak H-hyunjin dimana hiks" Jeongin raba-raba sekitar. Nyari Hyunjin.

Hyunjin langsung meluk Jeongin. Pertahanan yang ia buat runtuh. Dia nangis sejadi-jadinya dipelukan Jeongin. Jeongin pun juga nangis. Semua orang di sana nangis, readers pun nangis.

"I-ini nggak m-mimpi sayang. Semua ini n-nyata" Hyunjin ngomongnya gugup banget, mana itu ingus ikutan meler gara-gara nangis. Udah macem bocah aja.

Jeongin ngeremet baju Hyunjin kuat, "K-kak hiks" dia nggak kuat lagi. Bangun-bangun malah dapat berita yang begitu menyakitkan.

°°°

"Sayang, ayo makan. Nanti bubur nya keburu dingin" Hyunjin masih berusaha bujuk Jeongin agar mau makan.

Jeongin ngegeleng, "Aku nggak laper kak" lirihnya.

"Tapi kamu belum makan apa-apa yang. Makan ya? Terus minum obat. Biar cepet sembuh" Jeongin tetep geleng.

Hyunjin nggak tau lagi harus bujuk gimana. Dia pengin pake cara lain. Misalnya transfer dari mulut ke mulut tapi takut kena getok Jeongin.

"Kak?"

"Apa yang? Mau makan? Kalau mau nih aa" ucap Hyunjin semangat. Sambil nyodorin sendok berisi bubur di depan mulut Jeongin.

Jeongin geleng bikin Hyunjin nurunin sendok nya sedih.

"Kak, kalau misalnya aku nggak bisa sembuh gimana?" Tanyanya lirih.

"Maksud kamu? Kamu pasti sembuh yang"

"Aku yakin kalau kaki ku ini bisa sembuh. Tapi gimana sama mata ku? Apa mungkin ada orang yang mau ngasih mata buat aku?"

Benar juga. Nyari donor mata susah. Harus cocok juga. Misalnya udah cocok tapi orang nya nggak mau kan sama aja.

Nyari di orang yang meninggal pun kalau keluarga nya nggak ngizinin juga nggak bisa.

"Mata kamu pasti bisa sembuh. Nanti saya carikan orang yang mau donor buat kamu"

"Tapi kalau nggak ada gimana?"

"Nanti saya donorkan punya saya"

"Kak!" Jeongin nggak suka Hyunjin ngomong gini.

"Hehehe, enggak. Canda saya" Hyunjin terkekeh nggak berdosa. Bikin Jeongin sebel.

"Nggak lucu tau!"

"Iya-iya maaf yang. Yaudah makan ya sekarang? Dikit aja gapapa, yang penting perut kamu terisi"

Sekarang Jeongin nurut. Ia mau makan terus minum obat. Kalau gini kan Hyunjin seneng.

Selama makan otak Jeongin dipenuhi pikiran-pikiran buruk.

Salah satu nya ia takut jika suatu saat nanti Hyunjin bakalan ninggalin dia kalau nggak ada orang yang mau donorin mata.

Hyunjin pasti nggak mau punya istri buta kayak dia. Pasti bakalan ngerepotin. Tanpa sadar air mata nya ngalir.

"Lho yang kamu kenapa nangis?!" Hyunjin panik. Ia taruh mangkok berisi bubur di atas nakas. Lalu dia hapus air mata Jeongin yang ngalir pake tangannya.

"K-kak?"

"Kenapa yang?"

"Jangan pernah tinggalin aku ya?"

Hyunjin diem. Jeongin kenapa tiba-tiba ngomong gini.

Ditariknya tubuh kurus Jeongin dalam dekapannya. Dielus lembut punggungnya, ngasih ketenangan buat si muda.

"Kamu ngomong apa sih yang? Saya nggak akan ninggalin kamu"

Hati manusia nggak ada yang tau.

TBC

Mama Muda || Hyunjeong [✔]Where stories live. Discover now