7. Play Button

301 47 6
                                    

Karena market day makin dekat, Aaron yang secara naluri sudah jadi ketua kelompok bilang akan langsung eksekusi tugas kelompok hari ini juga karena tidak mau keteteran, apalagi mereka belum diskusi nama dan desain produk.

Meski grogi, Riani setuju-setuju saja. Harusnya tidak ada lagi yang mesti dipusingkan sore itu setidaknya sampai Riani teringat dua hal.

Yang pertama, Riani masih kabur dan belum pulang, belum memastikan apakah rumahnya 'aman' untuk. Kalau papi di rumah, Riani terpaksa harus membatalkan acara tugas kelompok itu dan mengarang alasan. Makanya, Riani panik dan langsung nge-chat mbak Nirna sore itu. Apapun yang terjadi, dia dan teman-temannya tidak boleh bertemu dengan papi.



Riani: mbak nirna

Riani: papi ada di rumah?

Mbak Nirna: dek riani dimana???

Mbak Nirna: kenapa masih belum pulang???

Riani: aku ceritain nanti aja mbak

Riani: tapi papi gimana? masih di rumah nggak?

Mbak Nirna: bapak kemaren cuma duduk sejam ngobrol sama mas reihan, abis itu pergi lagi

Mbak Nirna: dek riani emangnya kemana sih kemaren? sampe nggak pulang

Mbak Nirna: mbak udah panik mau nyariin tapi ditahan sama mas reihan

Riani: ditahan?

Mbak Nirna: iya, katanya gausah, dek riani katanya udah aman

Mbak Nirna: mas reihan juga ngomong gitu ke bapak, makanya bapak tadi tuh mau nyusulin riani tapi nggak jadi



Cewek itu menghela nafas lega. Kalau begitu, masalah pertama selesai dan Riani tidak perlu bikin mereka kecewa karena membatalkannya begitu saja

Tapi masalah keduanya adalah, Aaron bilang mereka semua harus ke rumah Lisia dulu. Permasalahan Riani dengan Lisia harus diluruskan. Karena bagaimana pun juga, ini tugas kelompok dan Lisia tidak mungkin selamanya absen.

Riani panik lagi. Ketemu Lisia setelah kejadian kemaren? Gue harus gimana ngadepin dia? Kata-kata apa yang harus gue keluarin?

Mendadak, percakapan Riani dengan Jasper sebelum ke sekolah tadi hanya jadi sekedar percakapan. Riani mungkin merasa bakal berani tadinya, tapi begitu berhadapan langsung, ujung-ujungnya dia tetap merasa takut

"Lo tenang aja, gue yang atur kok," begitu kata Aaron. "Lo pergi duluan aja bareng yang lain, biar gue yang jemput Lisia."

"Anu—Ron, gini," Riani menggigit bibir, cari alasan biar Aaron tidak perlu menjemput Lisia, demi apapun dia masih belum siap. "Bukannya lo tadi pagi bilang Lisia sakit?"

"Oh, itu—" Aaron menggaruk belakang kepalanya entah untuk apa. "Udah mendingan."

"Tau dari mana?"

"Gue udah chat tadi."

Riani hanya bisa manggut-manggut, meski kemudian merutuk. "Gue harus kayak gimana ntar kalau Lisia beneran dateng???"

Namun utuk sesaat, rasa gelisah Riani terdistraksi oleh kedatangan Jasper. Seperti biasa, nawarin nebeng, karena mendapati cewek itu berada di depan kelas, sepertinya sedang menunggu seseorang.

May The Flowers BloomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang