3| Real?

533 70 17
                                    

Riku dan Tenn menggelengkan kepalanya saat memutar vidio yang Hajime kirim.

Jangan pernah buat Sakura murka.

Ingatkan mereka akan hal itu.

•••

Di kediaman Nanase.

Ada beberapa orang di sana. Mereka berada di sebuah ruangan dengan banyak sekali buku dan barang barang yang sulit di deskripsikan, di pojok kanannya ada sebuah meja dan juga kursi lengkap dengan komputer dan kertas kertas yang menumpuk, lalu satu set sofa di pojok kiri.

Manusia berambut putih itu ada di sana. Tertali erat di kursi kerja, di depannya seorang gadis berambut baby pink pudar tengah memberikan pria yang disinyalir merupakan Shun itu pelajaran hidup.

Sementara beberapa orang tampak berada di sofa sambil menatap Shun prihatin. Berharap semoga Shun dapat bertaubat segera, batin orang orang itu.

Shun sendiri malah menatap Hajime dengan sesekali mengedipkan mata membuat Sakura yang berada di depannya harus menampar wajah Shun agar Shun melihatnya

Sakura memulai siraman rohaninya lagi.

Begitu terus hingga satu jam terlewatkan.

•••

Tenn dan Riku diam memperhatikan apa yang adik mereka kerjakan. Mulai dari bercaramah, menampar, hingga menjambak rambut Shun. Anehnya Shun hanya tersenyum tidak jelas.

Merasa sudah cukup Tenn mengakhiri vidio live yang diberikan oleh Hajime padanya. Memasukkan ponsel pintarnya pada saku celana dan menatap adik kembarnya.

Wajah Riku yang masih pucat membuatnya sedikit khawatir pada keadaan saudara kembarnya itu. Sementara Riku sendiri hanya tertawa pelan melihat vidio yang tadi Tenn perlihatkan. Berdoa supaya Shun bisa tenang dan tidak menimbulkan masalah lagi.

"Istirahatlah Riku."

Riku menggeleng pelan, ia memainkan jemari Tenn yang berada di genggamannya. "Aku sudah sehat tahu." Ia berucap dengan bibir yang sedikit dimajukan.

"Tidak. Riku harus istirahat." Ia berkata tegas, menarik tangannya yang dijadikan mainan dadakan oleh Riku dan mendorong bahu Riku pelan agar kembali ke posisi berbaring. "Jika kau tidak tidur, akan kupastikan kau tidak ikut dalam kasus yang akan apollo jalani nanti." Ia memberi ancaman dengan tatapan tajamnya.

Riku langsung panik, ia menatap Tenn memelas. "Jangan... aku mau ikut. Jangan ya." Ia mengeluarkan jurus handalannya. Pupy eyes.

Tenn tetap menatap tajam. Sepertinya jurus Riku tidak mempan saat ini. Riku pasrah, ia mencoba menutup matanya, membuka mata untuk melihat Tenn, begitu terus sampai Gaku ga jomblo.

Tenn yang melihat itu hanya menghela nafas, ia mengelus rambut merah Riku lembut. Mulutnya mengumamkan nada nada indah.

Good night, Canary
Good night, Canary
Good bye, Canary
Wave at me, smile for me now

Riku memejamkan matanya, menikmati suara indah milik Tenn yang selalu mempesona di matanya.

Good night, Canary
You've been hard day, you should sleep
Starlight in the sky, singing to you lullaby
Cherish your dream

Shall we come to tomorrow
Don't cry anymore
I hold yoy through the night

Tatapan Tenn tak lepas dari Riku yang mulai tertidur, tangannya terus mengelus rambut merah itu lembut.

Smile, smile, Canary

Take your time, enjoy your life
Starlight in the sky, singing to you lullaby
Cherish your dream
Shall we come to tomorrow

Good night, Canary
I hold you through the night
Don't cry anymore
You're my sweet dream

Darling

Ia mengecup lembut kening Riku yang sudah tertidur pulas. Senyum kecil ia perlihatkan saat melihat Riku yang tertidur dengan nafas yang teratur. Setidaknya nyanyiannya dapat membuat adiknya tertidur dengan tenang.

"Oyasumi Riku."

Cklek

Suara engsel pintu yang dibuka mengalihkan perhatian Tenn, ia menoleh ke arah pintu yang terbuka, menampilkan Iori dan Tamaki yang membawa kantung keresek kecil.

"Nanase-san tertidur? Kenapa nebulizernya dicopot? Apa Nanase-san sudah bisa bernafas dengan benar?" Begitu masuk ia langsung memberikan Tenn banyak pertanyaan.

Kedua anggota termuda itu mendekati Tenn yang hanya diam. Malas menanggapi pertanyaan dari seorang Iori Izumi. Ia lebih memilih duduk diam memperhatikan wajah polos adik kembarnya yang sudah tertidur.

"Kujou-san, jawab aku."

"Tenten jawab saja atau Iorin akan mengamuk dan mulai mengoceh nantinya."

Tamaki juga bersuara, lebih tepatnya mengeluh atas sikap Izumi muda itu.

Tenn menghela nafas pelan, menatap Iori yang masih memberikan tatapan menuntut akan jawaban. Ia menatap datar, sungguh malas meladeni makhluk yang katanya membenci hal hal imut itu.

"Sudah baikan. Nafasnya sudah mulai teratur."

Jawaban singkat itu membuat pelipis Iori berdenyut seketika. Rasa kesalnya ia tumpuk dalam dalam. Melempar kantong plastik kecil yang ia bawa ke arah Tenn dan duduk di sofa yang tersedia. Memandangi Tenn dan Riku bergantian. Menggeleng pelan, ia mengeluarkan buku dari tas yang tadi ia taruh di meja dan membaca dalam diam.

Tenn menangkap kantong plastik itu, melihat isinya yang ternyata berisi sebotol air dan roti kemasan. Ia mengambil botol itu, membuka segelnya dan meminumnya pelan. "Harusnya kau membeli donat," begitu gumam sang Tenn Kujou.

"Udah untung kami belikan." Kata Iori datar.

Tenn mendengus, ia Mendesah pelan saat ia merasakan cairan dingin itu mengalir di tenggorokannya, menikmati sensasi dingin yang ia rasakan.

"Kujou-san." Panggil Iori.

Tenn ber' hmm' ria sebagai respon. Tangannya beralih membuka bungkus roti kemasan, memasukkan ke dalam mulutnya lalu mengunyahnya pelan.

"Apa kau tau negara- iie kerajaan Luciu?"

"Uhuk uhuk uhuk " ia tersedak roti yang tanpa sengaja tertelan olehnya, mengambil botol air dan meminumnya dengan rakus, membuat dua remaja yang ada di sofa terheran heran. "Kenapa kau bertanya itu?" Ia melirik tajam Iori, tangannya menyeka ujung bibirnya yang basah.

Iori menatap bingung. "Aku hanya bertanya, siapa tau kau tau sesuatu. Ah- mungkin aku hanya penasaran karna cerita Rokuya-san kemarin malam."

Tenn menatap menuntut.

Iori akhirnya bersuara "jadi.... "

To be continued

[Fanfiction] Futago no Ōji-sama Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang