Part 1

1.8K 80 5
                                    

"Hidup itu santai aja. Kalo udah biasa simple kenapa gak milih  ribet."
Realdi Tengga Felixiantra

******

"REALDI TENGGARA FELIXIANTRA! PULANG ATAU KURATAKAN SELURUH PERUSAHAANMU!"

Seorang pria paruh baya berteriak saat telfone nya tersambung pada sang tersangka.

Setelah berteriak yang diyakini seseorang diseberang sana akan masuk THT, pria itu langaung berlari menuju lantai 2 sebelah dikediaman rumahnya. Suara tangisan balita terdengar cukup membuat semuanya meringis karena merasa kasihan.

"Bagaimana, Ma? Tantra udah tenang?" Seorang wanita paruh baya menatap sang suami dengan kadar emosi yang tinggi.

"Matamu buta, heh? Ini bocah masih nangis." Sang suami meringis melihat respon istrinya.

Tak butuh waktu lama, seorang pria gagah langsung menyerobot menarik tubuh balita dari gendongan wanita paruh baya tadi.

"Jadi papa harus ngancem kamu dulu biar kamu turun tangan ngurusi anakmu?" Pria itu menatap kedua orang tuannya dengan kesal. Tuan Nico dan nyonya Ella  sungguh membuat putra sulungnya kesal.

"Saya kerja, Pa. Kalo saya gak kerja bagaimana nanti masa depan anakku," jawabnya menimang-nimang putranya agar tenang.

Segera ia keluar dari kamar orang tuanya dan menuju kelantai dua sebelah kanan. Rumahnya itu sederhana, hanya terdiri 2 lantai, itu pulan lantai 2 dipisah antara sebelah kanan dan kiri membedakan jika disana tidak hanya memiki 1 keluarga. Tapi 2.

Ia, Realdi Tenggara Felixiantra yang biasa dipanggil dengan Gara adalah seorang duda beranak satu. Ia bercerai dengan sang istri saat sang putra berumur 5 bulan, jodohnya bukan istrinya, seperti sinetron.

Ia menuju sebuah pintu bercat putih dengan bagian depan yang tergantung sebuah papan nama 'Afrigiantra Zavin Felixiantra'.

Gara dengan pelan memasukki putranya dan mulai merebahkan dirinya dikasur queen size berwarna biru.

"Anak daddy kenapa menangis, hm? Udah jam 3 sore mau bobok atau mandi?" tanya Aldi melihat putranya yang berusia 1,5 tahun itu malah menepuk-nepuk tangan seolah ia berhasil memberantakkan perkerjaan daddy nya yang terlalu workholic.

"Mam, Dad, mamam," ucap Giant menepuk bibir daddy nya dengan bahasa alien yang sedikit bisa dimengerti Gara.

"Baby Giant mau makan? Mandi dulu ya, Sayang, setelah itu kau boleh memakan 1 bungkus biskuitmu," ucap Gara membuat Giant tertawa mendengar penawaran daddy nya yang sangat istimewa. Karena selama ini Gara lebih mendominan Giant dengan sayur dan menjadikan biskuit sebagai sampingan.

"Kita mandi, Baby. Tetap diatas kasurmu sampai daddy selesai menyiapkan air mandimu," ucap Gara meletakkan Giant berada ditengah-tengah kasur lalu meletakkan bantal dan guling disisi Giant agar aman, tak lupa mainan dinosaurus yang menjadi korban gigitan Giant karena pertumbuhan giginya.

*****

Disebuah appartement yang cukup besar untuk dihuni seorang diri membuat gadis berusia 23 tahun harus banyak-banyak menghibur diri. Ia mengelus seekor kucing yang memiliki berat lebih dari 3 kilogram dengan nyaman.

"Izuel tadi udah makan belum?" tanyanya menatap kucing berwarna abu-abu  dipangkuannya yang tertidur.

Merasa bahwa pemiliknya bertanya tentang makanan, kucing yang diberi nama Izuel langsung duduk dipangkuan pemiliknya dengan tegap dan langsung menjilat jari-jarinya tanda ia siap untuk makan.

"Bawa Momo dan Alpha kemari, aku akan memberikan makan." Seolah mengerti akan ucapan pemiliknya, Izuel langsung melompat pergi menemui teman-temannya.

Lea tersenyum melihat tingkah kucibg manjanya. Diantara 3 kucing besar yang ia miliki, hanya Izuel lah kucing yang manja dan penurut, sedangkan Momo lebih kesifat seorang psychopath yang akan langsung menerkam siapapun yang berbaya diantara mereka, sedangkan Alpha lebih dominan kebar-bar.

Ia menuju kelemari samping tv tempat penyimpanan makanan para kucingnya.

"Eh? Kemaren Alpha udah mandi belum ya? Kan kemaren dia sakit gak aku mandiin seminggu," monolognya saat melihat 3 kucing kesayangannya sudah menduduki tempat makan masing-masing.

"Alpha udah mandi belum kemarin?" tanyanya saat mengisi tempat makan Alpha.

Alpha yang memang terlahir sebagai kucing bar-bar dan paling benci dengan mandi langsung mengerang bak bertemu dengan musuh dalam perang.

"Alpha jangan bar-bar dong, kamu cewek lho, terus kamu jangan suka tidur sama Izuel! Kamu itu pasangannya Momo! Kamu juga Momo! Jangan datar kek tembok! Wajahmu tuh udah nyeremin tau gak!" Lea mengomeli kucingnya sambil menunjuk-nunjuk sang tersangka.

Seolah mengerti jika pemiliknya sedang mengomeli mereka, dengan langkah sigap semangat 45 Izuel dan Alpha langsung berlari menuju kamar yang berada dibawah tangga dan memberi peringatan dengan mencakar pintunya.

Sedangkan Momo, ia dengan santai melanjutkan makannya lalu minum dan menatap Lea dengan tatapan datarnya.

"Wajahmu, Nak! Aku mau mandi, udah malem, mau makan juga. Kamu disana aja," ucap Lea menunjuk sofa didepan tv. Momo hanya mengeong 2 kali tanda ia menolak lalu pergi kekamar dimana para temannya berada. Lea hanya menatap kamar dibawah tangga dengan kesal. Punya kucing gada yang bener.

"Besok beli makan kucing abis kerja, terus belanja disupermarket, setelah itu baru beli   makeup kalo sisa uangnya," ucap Lea berjalan menaiki tangga menuju kamarnya yang berada dilantai 2.

Appartemennya memiliki 2 lantai. Lantai dasar yang hanya terdiri dari ruang tamu, ruang tv, dapur, meja makan, mini bar, dan 1 kamar serta kamar mandi yang terpisah. Sedangkan dilantai 2, hanya ada 1 kamar tidur dan ruangan terbuka untuk bersantai atau sekedar berkumpul dengan teman-temannya.

Drrrttt....

1 pesan masuk, ia lihat tetnyata dari sahabatnya.

Melani gesrek

-Lo diterima jadi sekretaris, Le.
Tapi denger-denger CEO nya
bakal ganti. You know lah!

Really? Lani gak bohong kan?
Jadi besok Lea harus beresin
Barang-barang Lea dong:(

Gak sudi gue bohong sama
Bocah kek lo, besom gue bantuin
Beres2 nya. Terus siapain diri
Buat CEO baru.

Siap 86 Melani.
Ya udah Lea mau mandi.

Read


Lea langsung melempar ponselnya diatas ranjang dan berlari kecil menuju kamar mandi, akhirnya cita-citanya terwujud. Menjadi sekretaris CEO adalah impiannya sejak kecil. Karena dulu ia bermimpi menjadi CEO tapi harus ia pendam karena ia bukan tipe workholic, jadi ia bercita-cita jadi sekretaris saja.

Lagian menjadi seorang sekretaris juga menyenangkan, berurusan dengan dunia sastra dan literasi yang dari dulu ia tekuni. Ya, bisa dibilang ia seorang author, tapi hanya ya begitulah. You know.


####

Done✌yang gak puas bisa bilang biar Ay puasin dichapter berikutnya🤗

See u...
🤗🤗🤗

Baby GiantWhere stories live. Discover now