Part 7

1K 92 14
                                    

"Jika mereka (kaum pria) memandang kami (kaum wanita) dengan paras (cantik) maka yang glowing makeup lebih terhormat dari glowing keringat karena sehat"
Zaman sekarang gak glowing gak dihargai

*****

3_7
Kepada bintang dan bulan
Kepada langit dan bumi
Salam kan rinduku pada orang tuaku
Katakan pada mereka jika anaknya merindu

Setetes air mata menemani kepergianku
Sebuah kecewa menyayat dihatiku
Akankah mereka tahu?
Bahwa putri mereka terluka tiada tara

Nama yang engkau berikan adalah do'a
Nama cantik penuh akan pengharapan
Kau berikan itu padaku sebagai rasa syukur
Terima kasih atas nama yang indah

Cantika Azalea

Selembar kertas melayang setelah dibentuk sebagai mainan pesawat, tak lupa seutas sajak yang tertulisa didalamnya.

Lea menatap seluruh bangunan didepannya dengan rasa yang tak pernah sedikitpun ia bayangkan.

Ia kini berdiri diatas gedung dan menerbangkan pesawat kertasnya dengan tenang berharap hidupnya pun tenang.

"9 bulan kau disini masih saja belum tenang?"

Lea menatap sepupunya dengan kesal.

"Tolo! Lo kira gue bakal tenang gitu? Lo goblok atau amnesia? Udah sebulan gue diteror Alford, apa sih yang dia mau dari gue? Cantik kagak goblok iya," gumam Lea kesal.

"Merendah," cibir Marcus pelan, sangat pelan.

"Bilang aja lo gak suka sama dia, dan lo udah punya pacar," usul Marcus merangkul pundah Lea.

"Pusing gue. Besok gue sama dia mau keyemuan di Restaurant dekat mall itu, lo kira gue harus apa?"

"Lo kira gue dukun? Mending lo bilang aja sama dia apa yang lo rasain selama ini. Ceritain sekuanya kedia biar dia ngerti, kalo dia tetep pada pendiriannya lo tinggalin aja, tangan kanan gue bakal ngikutin lo," ucap Marcus.

Lea mengangguk menyetujui usulan Marcus, dengan senyum tulus ia memeluk Marcus sesekali mengucapkan terima kasih.

"Janji sama gue! Lo gak akan sedih lagi," gumam Marcus yang masih bisa didengar Lea.

"Gue janji. Makasih lo selalu ads buat gue."

******

Dengan balutan dress selututwarna putih dan rajutan bunga dibagian setiap ujung membuat Lea terkesan lebih manis. Ia menggunakan dress yang dibelikan Marcus minggu lalu saat mereka akan kepesta.

"Maaf menunggu lama, Sweety," ucap seorang pria duduk didepan Lea dengan senyum andalannya.

"Alford Alejandro?"
"Yes."

"Bisakah tau tak mengganggu hidupku? Kurasa penolakkanku dengan cara kabur tidak cukup untukmu?" Lea menatap Alford dengan tajam.

"Hey, aku sudah membayar semua kebutuhan ibu matremu, dan dia juga sudah menyerahkanmu padaku," sentak Alford tajam.

"Aku tidak peduli, hidupku tidak bisa ditukar dengan uang sebesar apapun, bahkan sebesar perusahaan yang sedang kau pimpin," balas Lea tetap pada nada rendahnya.

"Hidupmu memang tidak bisa dibeli, tapi tubuhmu pasti bisa," ejek Alford menatap Lea sinis.

"Badebah," maki Lea dengan nada sisnisnya.

"Aku tetap tidak akan bersamamu sampai kapanpun, maaf aku sudah ditunggu suamiku," pamit Lea lalu menggandeng tangan kanan Marcus dan segera berbalik sehingga Alford tidak bisa melihatnya.

"Shit!"

******

"Marcus! I will kill you, huwaaa...." Lea berteriak histeris saat memasuki apartement yang ternyata sudah disulap oleh sang tersangka Marcus menjadi lautan api, eh salah! Lautan sampah tepatnya.

Lea duduk bersimpuh disamping sofa sambil mengentak-hentakkan kakinya membuat sampah-sampah makanan yang ditendangnya kesana-kesini.

"Gue gak tau berapa snack yang lo makan, tapi demi tuhan appartement gue kayak tempat sampah."

"Ya elah, gue cuma beli 10 kardus snack, noh masih 1 kardus kalo lo mau," ucap Marcus duduk disofa seperti raja dan melempar kaleng soda dengan kakinya kearah Lea.

"Bangsat banget lo!" maki Lea melempar keranjang sampah didekatnya kewajah Marcus.

"Eh? Katanya minggu depan lo udah balik ke Indo ya? Gue ikut ya."

Lea menatap Marcus sinis.
"Buat apa ikut? Mau recokin idup gue?!"
"Sepupu laknat bener lo. Gue cuma mau jagain lo, siapa tau lo lama gak balik kesana musuh lo tiba-tiba nyerang lo gitu," alibi Marcus.

"Bilang aja lo mau nyari cewek disana," cibir Lea memukul kepala belakang Marcus.

"Hehehe, tau aja lo, Le. Gue suka cewek di Indonesia karena cantiknya natural, manisnya gak ketulungan apalagi yang gue denger kalo cewek Indonesia itu pinter masak," jelas Marcus mengingat beberapa informasi tentang gadis di Indonesia.

"Nggak semua cewek kayak gitu, kalo dikira tipe lo cantik glowing mereka bukan pakai bedak baby, tapi tepung kanji. Soalnya zaman sekarang gak glowing gak dipandang, gak cantik gak dihargai, dunia ini terlalu muna," ucap Lea panjang lebar.

"Kata temen gue, anak pesantren baik-baik, cariin gue anak pesantren dong," desak Marcus mengguyangkan lengan Lea.

"Ini nih kalo dulu lo lahir bukannya lewat lewat jalankeluar tapi malah nyangkut dipangkreas." Marcus menatap Lea dengan bingung.

"Maksud lo apaan sih? Gak ngerti gue."

"Lo tolol apa goblok sih?!" Lea menatap Marcus kesal, sedangkan Marcus menatap bingung tambah bingung dan bingung.

"Begini, Tolol! Lo itu kristen dan anak pesantren 100% islam. Orang islam gak mungkin nikah sama beda agama." Lea menjelaskan dengan nada sebal.

"Lo islam, Le?" tanya Marcus.

"Iya. Gue islam," jawab Lea membuat Marcus terdiam.


####

Hay hay hello
Akhirnya update.....
Say to next😂😂

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 23, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Baby GiantTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang