"Persepsi masyarakat pada seorang arkeolog bukanlah hal itu, Tuan Han—" ucap Profesor muda bernama Jungkook yang kini masih memegang erat alat untuk memindahkan slide demi slide pada power pointnya—Ia menatap ke arah para mahasiswanya yang kini memperhatikan dengan baik dan berharap pikirannya tetap berada di tempat tidak pergi kemana pun.

"Masyarakat melihat arkeolog adalah seseorang yang mencari harta karun—Kita menemukan sesuatu benda yang begitu berharga dan kemudian di jadikan sejarah—Itu adalah harta yang penting" ucap Jungkook yang kini menumpu tubuhnya pada meja dengan laptop yang terbuka di sana—Mahasiswanya tampak mengangguk.

Itu adalah hal yang mudah—Namum, tak pernah dipikirkan. Pandangan orang lain selalu diabaikan oleh mahasiswa nya, seperti ini. Mereka masuk jurusan arkeologi tanpa mengenai persepsi masyarakat sama sekali bahkan setelah semester pertengahan seperti ini. Sangat menjengkelkan untuknya.

"Kau pikir—Bagaimana di temukan nya sejarah dinasti yang tertinggal? Mengenai Dinasti Ming yang masuk ke Korea Selatan? Para ahli mencarinya—" ucap Jungkook yang kemudian menghela nafasnya dan dirinya kembali melirik kearah pergelangan tangannya dengan waktu yang menunjukkan jika 15 menit lagi kelasnya akan selesai—Ia akan menyelesaikannya lebih cepat.

"Untuk Tuan Han—Jangan khawatir, aku hanya mempermainkan mental mu tadi—" ucap Jungkook yang kini merekahkan senyumannya, mematikan infocus hingga lampu didalam ruangan itu menyala—Beberapa orang tertawa kecil dan mahasiswa yang terlambat itu menghembuskan nafasnya begitu ringah dengan senyum yang merekah.

"Oh ya— Aku akan membatalkan kelasku untuk dua minggu kedepan—" ucap Jungkook yang kini kembali menatap mahasiswanya itu sambil merapikan laptop yang ia gunakan untuk mengajar—menatap beberapa orang yang kini tamapk menahan senyumnya begitu bahagia membuat Jungkook tertawa kecil dan menggelengkan kepalanya.

"Tertawa lah—Aku yakin kalian bahagia" ucap Jungkook seolah mengerti membuat seluruh mahasiswanya tertawa dan menganggukkan kepalanya—Jam mata kuliah, di pagi hari itu memang petaka dan Jungkook mengerti hal itu—Jeon Jungkook pernah menjadi mahasiswa dan pernah merasakannya.

"Prof Jeon? Anda akan pergi kemana?"

Jungkook melirik dengan iris hitam yang membulat itu membuat beberapa mahasiswa nya sedikit menjerit karena gemas—Entahlah, Profesor berusia 30 tahun itu begitu menggemaskan dan baik hati walaupun terkadang jahil dengan mempermainkan mahasiswanya dengan tatapan tajam—Namun, tak pernah tidak ada yang tidak lulus dan itu menyenangkan.

"Aku? Ada apa? Kalian tidak akan meminta bingkisan kan?" Tanya Jungkook yang kini tertawa kecil dan menunggu jawaban dan mahasiswanya itu dengan mata yang semakin membulat seolah menggoda, namun membuat para mahasiswanya itu tertawa kecil dan menggelengkan kepalanya pelan.

"Aku akan pergi ke tempat panas nanti—Sangat panas" ucap Jungkook yang kini menggunakan tas ransel yang lebih kecil dari punggungnya, bersiap untuk meninggalkan kelas namun masih menunggu mahasiswanya jika masih ada yang ingin bertanya—Bicara seperti ini dengan mahasiswa itu cukup menyenangkan.

"Apa itu? Gurun?" ucap salah satu mahasiswanya yang tadi terlambat membuat Jungkook menunjuk pelan dengan tatapan takjub—Membuat beberapa mahasiswa nya melirik kearah pria bermarga Han yang menjadi objek kejahilan dosennya itu.

"Bagaimana kau tahu? Kau menguntit dosenmu sekarang?" Tanya Jungkook membuat mahasiswanya kembali tertawa kecil dan Jungkook juga melakukan hal yang sama sambil melangkahkan kakinya keluar—Ia melambaikan tangannya dan tersenyum begitu hangat seperti biasa.

"Aku akan membawakan pasir untuk kalian—Jangan harapkan hal lain"

Jungkook tertawa kecil dengan kakinya yang melewati pintu dan mendengar gerutuan kecewa dari mahasiswa nya itu—Biasanya, Jungkook membawakan beberapa coklat atau makanan manis lainnya.

Namun kali ini, apa yang mereka harapkan dari gurun terbesar di muka bumi itu membuat Jungkook bertanya- tanya—Sepertinya ia melakukan kesalahan dengan menerima tawaran kali ini.

Jungkook melangkahkan kakinya keluar dari gedung universitas itu hingga sinar mentari itu menyorotnya begitu hangat diantara udara yang masih terasa cukup dingin walaupun ini adalah pertengahan musim semi—Jungkook memejamkan matanya sejenak, lingkungan kampus terasa cukup sepi hari ini, mungkin karena waktu mengajar yang sama.

Helaan nafas pun terdengar dengan kakinya yang kembali melangkah kearah halte di dekat gedung itu karena dirinya tidak membawa mobil—Seseorang mengatakan akan menjemputnya dan Jungkook berharap jika itu bukanlah bualan semata karena Jungkook benar- benar tidak membawa mobil.

Jungkook menunggu dengan irisnya yang kini terarah pada ponsel berwarna putih, memperlihatkan beberapa hasil penelitian yang dilakukan oleh para arkeolog mengenai hal yang akan di kunjunginya kali ini—Cukup menarik dan membuat hatinya bergetar hanya dengan membawa penelitiannya. Begitu misterius dan Jungkook ingin melihatnya secara langsung.

Hanya saja—Ada salah satu tempat yang membuatnya lebih tertarik dengan iris nya yang kini berkerut singkat.

"Eyes of Sahara—" gumamnya yang kini menganggukkan kepala—Membca satu persatu paragraf disana sebelum irisnya kembali teralih ketika angin yang berhembus begitu kencang menerpa tubuhnya—Begitu sejuk dan Jungkook ingin menyerap udara ini lebih lama sebelum mengunjungi udara panas di Afrika itu.

"Tumbukan benda angkasa kah—" gumam Jungkook yang kini mengerutkan keningnya dan menghela nafas—Ia kembali memejamkan mata sebelum irisnya kembali menatap kearah ponsel yang memperlihatkan gambar sahara disana—Manusia tidak dapat hidup disana dan tim arkelog akan dikirimkan kesana membuat Jungkook ingin tertawa—

"Terkikisnya gunung—" gumam Jungkook yang membaca penelitian mengenai ahli geologi disana, membuat keningnya berkerut dan menghela nafasnya begitu panjang karena penelitian mengenai keahliannya tidak masuk akal kali ini—Ia ingin tertawa sangat kencang.

"Atlantis—Ini gila—"

Jungkook sedikit marah karena para arkeolog nya akan meneliti mengenai benda yang mungkin tertinggal disana, mencari sebuah penemuan yang mungkin berhubungan dengan Atlantis—Sebuah negeri yang hilang dan sebuah legenda atau mungkin mitos yang Plato ciptakan.

Pening, itulah yang Jungkook rasakan karena dirinya bahkan tidak mempercayai kota yang hilang dan diceritakan dalam cerita anak- anak.

Hanya saja—Jungkook merasa sedikit penasaran ketika bentuk kikisan itu terlihat sepertu kota yang diceritakan oleh Plato. Atau mungkin, itu memang benar kota yang hancur karena badai karena membentuk lingkaran layaknya kota besar.

"Jungkook?!"

Jungkook berjengit ketika mendengar suara teriakan membuat iris hitam yang membulat itu mengedar dan menemukan mobil hitam yang berhenti dihadapannya—Jungkook pun tertawa kecil dan melangkahkan kakinya masuk.

"Aku memanggilmu ribuan kali—" ucap pria berambut coklat yang kini sedikit menggerutu dan masuk ke dalam mobilnya membuat Jungkook turut menggerutu dan menatap Hoseok yang kini tampaknya telah siap ke bandara.

"Hoseok hyung? Aku memikirkan mengenai Eyes Of Sahara yang kau katakan itu—" ucap Jungkook yang kini memasangkan sabuk pengamannya dengan Hoseok yang melirik sambil melajukan mobil kearah apartemen Prof muda disampingnya itu sebelum menuju bandara.

"Kenapa? Kau merasa tertarik jika mata sahara itu adalah kota Atlantis yang hilang seperti yang aku katakan?" ucap Hoseok membuat Jungkook mempoutkan bibirnya dan kembali menatap ponsel yang masih memperlihatkan bentuk mata sahara yang begitu megah bahkan jika dilihat dari satelit—Kening nya kembali berkerut dan Jungkook tak bisa mengelak.

"Memang mirip, haruskan kita datang? Sekedar melihat?" ucap Jungkook membuat Hoseok memundurkan tubug dengan kening yang berkerut seolah tidak percaya dengan apa yang pemuda itu ucapkan—Jungkook tidak pernah mempercayai filsuf Yunani itu membuatnya hanya mengangkat bahu.

"Bentuk ini—Sangat mirip dengan Atlantis atau mungkin yang lain—"

TBC

The Ring Solar Eclipse [TAEKOOK]Where stories live. Discover now