51. HOSPITAL & BAD NEWS

Beginne am Anfang
                                    

"Lo bohong, Rey."

Saat itu ia jelas tidak mengerti apa maksud perkataan Renald. Tapi setelah diingat-ingat kembali, ia akhirnya paham. Laki-laki itu benar-benar marah dan tidak bisa mempercayai apapun lagi. Bahwa kepercayaan laki-laki itu padanya, sudah lenyap terbawa oleh bayangan dua orang yang saling menyalurkan kekuatan.

"Lo kok jadi nggak tau malu gini? Kenapa? Kenapa nggak terima lo dibilang jalang sama Fina? Emang lo jalang yang nggak tau diri, kok! Masih mau ngebela diri?"

"Argghh—" gadis itu mengerang kesakitan ketika kepalanya seperti akan pecah. Ia meringkuk di atas aspal hitam yang penuh dengan genangan darah yang menguarkan bau anyir masuk ke indera penciuman.

Rambut yang basah karena darah, diremas kuat untuk menghilangkan sakit yang semakin mendera, seperti tertusuk banyak jarum dengan ujung yang begitu runcing.

"Gue boleh minta sesuatu sama lo?"

Gadis itu meringis kesakitan sembari terus menjambak rambutnya. Darah di bawah tubuh gadis itu semakin menggenang, membuat gaun berwarna putih itu berubah menjadi merah.

"Gue mau lo balik sama gue."

Ingatan-ingatan itu kembali muncul lagi. Tentang Renald yang merasa menyesal karena semua yang terjadi. Tentang dia yang juga masih mencintai laki-laki labil itu.

"Gue nyesel, Rey."

Rintihan kesakitan dari gadis itu semakin meraung-raung. Bahkan ketika seseorang melewati jalan itu, ia dibiarkan begitu saja di atas aspal yang basah karena banyak darah. Mereka seperti tidak melihatnya, dan menganggapnya tidak ada sama sekali.

"Malam ini aja, Rey, lo dengerin ucapan gue."

Saat dimana Renald benar-benar melarangnya dengan nada penuh kesedihan, kala laki-laki itu benar-benar mempunyai firasat yang tidak enak, namun ia tidak memperdulikannya.

"Cuman malem ini, Rey. Lo bisa, kan?"

Nada putus asa milik Renald benar-benar merubah keinginannya. Tetapi ia tidak bisa begitu saja mundur dari tantangan yang sudah ia terima sebelumnya.

"Besok gue nggak akan minta macem-macem dan ngatur lo banyak hal."

Dan saat Renald dan semuanya melarang gadis itu, keinginannya malah semakin bertambah besar. Seakan-akan ia tidak bisa mengiyakan permintaan mereka dengan berbagai alasan apapun.

Udara di sana berubah semakin dingin, darah yang tadinya hangat sekarang berubah dingin dan mulai membeku. Napasnya terengah, tubuhnya mulai melemas. Samar-samar ia mendengar bunyi layar monitor yang begitu melengking. Hingga kesadarannya perlahan hilang.

****

Langkah Renald begitu terburu-buru, disusul gerombolan Bara yang tampak sangat gusar. Laki-laki itu berjalan menuju resepsionis dan segera menanyakan sesuatu.

"Sus, korban kecelakaan sekitar tiga puluh menit lalu, sekarang di mana, ya?"

Seorang suster yang tengah berjaga di sana tampak mencari sesuatu di komputernya. "Korban atas nama Reysa Alfaresha sekarang berada di ruang operasi."

Renald sudah kalang kabut, tanpa menunggu waktu lagi, laki-laki itu beranjak dari sana menuju ruang operasi. Renald terus berlari mencari ruangan yang dicari. Mengabaikan semburan kasar dari orang-orang yang tak sengaja ia senggol.

Laki-laki itu memelankan langkah ketika melihat sebuah ruangan yang perlahan terbuka. Menampilkan seorang gadis dengan wajah pucat dan juga banyak alat medis yang terpasang. Dengan langkah ragu, Renald mendekati brankar itu, namun dicegah oleh beberapa perawat dan meminta laki-laki itu untuk menemui gadis itu di ruang ICU.

DISPARAÎTRE [END]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt