[26] Titik Terang

Start from the beginning
                                    

"Kak Uno, mandi dulu sana. Bau." Eunwoo hanya membalas Zeeva dengan menampilkan wajah bodoamatnya. Zeeva berdecak melihat kelakuan kakaknya itu.

Zahra bingung melihat dua laki-laki yang kini duduk di sofa kamar Zeeva. "Adiknya Dery kan?" tanya laki-laki berhoodie hitam.

"Siapa?" tanya Zahra menatap Zeeva.

"Iwan yang suka ambil mangga rumah gue."

"Heh! Sopan dong sama yang lebih tua," sahut laki-laki bernama Jaehwan itu.

"To the point, Wan," sela Eunwoo. Sepertinya laki-laki itu capek melihat pertengkaran dua orang di depannya yang sudah lama tidak bertemu. Eunwoo yakin keduanya saling merindukan tapi egois yang mereka berdua miliki mengalahkan itu semua.

"Iye, sewot lo ... Jadi gini Ra ... "

"Sokap lo, Wan," sinis Zeeva yang kembali memakan camilannya di balkon kamar yang ia buka.

"Bocil diem!" emosi Jaehwan.

"Oke, Jadi gue diminta sama Ja ... Eh sorry bro, lupa," ucap Jaehwan diiringi gumaman di akhir kalimatnya. Ketiga orang di depannya itu menatap Jaehwan bingung. Pasalnya laki-laki itu seperti sedang berbicara dengan orang lain di seberang sana.

"Lo ngomong sama sapa?" tanya Eunwoo.

"Biasa Pak Bos." Eunwoo mengangguk dan paham siapa 'Pak Bos' yang dimaksud Jaehwan.

"Jadi ngomong gak?" tanya Zahra.

"Gak jadi deh. Gak boleh sama Pak Bos. Yaudah lah gue kenalan aja sama lo. Gue Jaehwan, orang ganteng. Masih jomblo." Ucapan Jaehwan membuat Eunwoo langsung berdiri dan melangkah keluar kamar.

"Woi kemana lo?" panggil Jaehwan saat melihat Eunwoo yang berbelok ke arah kamarnya.

"Mandi. Daripada denger bacotan lo."

"Lo ninggalin gue sama dua cewek. Takut khilaf ini."

"Keluar lo, Wan. Otak lo kotor." Zeeva mendorong Jaehwan hingga keluar dari kamarnya dan menutupnya kembali.

"Siapa tuh?" Zeeva yang baru akan membuka laptopnya menatap kembali Zahra di depannya.

"Temennya kak Eunwoo. Dia sering main sih kesini dulu sama kak Doyoung sama Jaehyun."

"Seumuran kak Doy?"

"Dibawahnya."

Sudah 3 jam mereka menonton drama Korea yang Zeeva nyalakan di laptopnya. Membuat Zahra merasa bosan. Ia lalu mengajak Zeeva untuk berjalan-jalan di sekitar perumahannnya. Hanya ingin mencari angin di luar sana.

"Saran gue, lo jauhin Jeno. Jangan nurut sama dia, Ra. Percuma, dia gak bakal sadar yang ada lo yang sakit fisik terus terusan. Lo juga cerita sama Renjun dan abang lo."

Zahra menatap ke depan sana dengan kaki yang melangkah seirama dengan gadis di sampingnya.

"Kak Dery udah tahu soal ini, tapi gue udah minta ke dia supaya jangan ikut. Bukan karena apa, tapi gue takut kalau dia ikut campur dan papa tau, gue yang bakalan kena amarah papa. Papa lebih sayang ke kak Dery."

Zeeva menatap iba ke arah teman perempuannya itu. Kenapa sangat sulit kehidupan gadis itu.

"Gue yakin, gak ada orang tua yang rela anaknya di sakiti sama orang lain. Percaya sama gue, cerita ke mereka dan masalah lo bakal clear. Gue bakal selalu ada di samping lo."

Zahra tersenyum ke arah Zeeva dan kembali menunduk.

"Thanks. Gak buruk juga punya temen cewek."

"Alay dih kalian berdua." Celetukan orang yang berada di belakang mereka membuat keduanya menghentikan langkahnya secara tiba-tiba hingga umpatan kecil terdengar kembali dari suara yang sama.

"Kok ngerem mendadak sih!"

"Lo ngapain sih ada disini?" tanya Zeeva dengan wajah kesalnya.

"Bosen gue main sama Uno. Masa' dia cuma ngajakin gue main surgery di hapenya."

"Kak Jaehwan denger obrolan kita?" Pertanyaan Zahra sukses membuat Jaehwan salah tingkah dan senyuman lebar terbit di bibir laki-laki itu.

"Maaf. Gak sengaja."

"Oh, okey."

"Oh ya, gue cuma mau bilang. Sebenernya Hendery sayang banget sama lo. Dia rela ngelakuin apapun supaya adiknya ini bisa bahagia. Papa lo sebenarnya sayang juga, cuma cara dia ungkapinnya salah. Lo gak tahu kan selama ini kalau mereka berdua rela bayar banyak orang buat bisa lindungi lo. Sayangnya orang yang mereka bayar selalu aja bisa dibodohi sama bocah sakit jiwa itu."

Zahra mengerutkan keningnya. Bocah tengil? Siapa?

"Jeno kan," ungkap Zeeva tenang.

"Maksudnya gimana? Jadi papa gue udah tahu soal ini?"

Jaehwan mengangguk menyetujui.

"Bisa lo ceritain detail, kak?" pinta Zahra.

"Bi ... Iya iya bos, gak gakan gue kasih tahu. Santay dong, jangan di ambil Yorin gue." Lagi-lagi Jaehwan bergumam.

"Kak."

"Ha? Sorry nih ciwi ciwi. Gue ada urusan mendadak. Zeeva ntar bilangin Uno gue balik duluan mau ngehajar Pak Bos. Duluan ya Zahra."

Jaehwan berjalan dengan cepat meninggalkan keduanya.

"Iwan. Emang lo berani ngehajar dia?" teriak Zeeva membuat Jaehwan berbalik dan mengacungkan jari tengahnya.

"Cupu lo!"


"Cupu lo!"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Mask | Jeno ✔️Where stories live. Discover now