31. Holiday

116K 11K 337
                                    

Niatnya pengin up sekalian pamer cerita baru, tapi ternyata nggak bisa karena masih belum sreg sama ide ceritanya. Oke, sekian.

...

Naya tersenyum sok manis demi mendapatkan Aro--lelaki yang sudah lama sekali tidak ia temui--mengizinkannya ikut, padahal lelaki itu sudah berkali-kali menolaknya. Aro masih bersikukuh ingin pergi sendiri dan menikmati quality time-nya setelah pekerjaan yang tiada henti.

"Lo dari dulu juga selalu ngasih gue ikut, kenapa sekarang pelit banget, sih?!"

"Ya karena sekarang beda, Nay! Gue pengin eksplor suatu tempat sendirian bareng tour guide pribadi, dan nggak perlu jagain cewek. Udah sana turun dari mobil gue, woi. Gue mau jalan, nih!"

"Tour guide-nya cowok? Lo takut gue tau lo belok?"

"Sialan! Gue normal, Nay!" Aro yang sedari tadi sudah galak, kini semakin galak. "Ini tuh gue mau eksplor Pulau Nusakambangan yang katanya angker itu."

"Wh-what? Serius? Nusakambangan yang di Cilacap itu? Gila, gila. Udah banyak banget kan, pejabat yang mati di sana? Wah, gue jadi penasaran. Seberapa angker dan sepinya itu tempat."

Si Aro malah berdecak. Padahal dirinya sudah siap dengan ponsel untuk mencari info tentang pulau itu. "Gue ngasih tau tujuan itu biar lo takut, tapi kenapa malah jadi ikutan excited gini, sih?"

"Ya abisnya lo malah ngasih tau. Kan gue juga penasaran. Lo kenapa sih, nggak ngasih gue izin ikutan?" Naya merengut. Dirinya sedang tidak ingin ditolak.

Aro yang sedang mengutak-atik ponsel pun menoleh. "Pertama, karena itu medan berbahaya. Gue tahu lo nggak suka naik perahu apa lagi snorkling. Lo juga lebih suka ke tempat-tempat bagus tapi nyaman dari pada ke tempat yang bakal gue datangi. Dan yang paling penting, gue bakal sekalian datang ke rumah saudara gue yang memang tinggal di Cilacap. Lo pengin gue dikira bawa pasangan, ha?" Ia menunjukan layar ponselnya. "Kayaknya Agam bakal nanya lo lagi di mana, dan bentar lagi lo dijemput. Turun, Nay."

Naya mengurut dadanya mencoba bersabar. Aro yang keras kepala memang lebih bebal dari apa pun di dunia ini. Dirinya ingat betul, dulu sewaktu mereka pergi ke Bali bertiga bersama Reya, lelaki itu ngotot ingin snorkling, tetapi Naya juga mengatakan tidak. God, membayangkan dirinya terombang-ambing di lautan tentu bukan hal yang bagus. Dan karena dirinya menolak mentah-mentah, akhirnya Aro pergi bersama Reya diam-diam dan membiarkan Naya sendirian di pinggiran pantai.

Namun, untuk kali ini, dirinya sungguh-sungguh akan mengikuti kemauan lelaki itu. Terlebih ini adalah refreshing paling mendadak yang ia lakukan. Refleks, karena melihat Aro yang baru saja membeli beberapa barang di toko seberang IYA CAFE--dan kebetulan Naya juga baru sampai di parkiran setelah mengemudi keliling Jakarta hingga malam.

Kemudian, Naya berlari sekencangnya lalu duduk manis di dalam mobil. Membiarkan Aro yang masih sangat terkejut.

"Gue ngalah deh, Ro. Gue bakal ikut ke manapun lo pergi. Please ya, Ro, lo tega ngebiarin gue stres bentaran lagi?"

Aro berdecak lagi. "Sejak kapan lo jadi kayak gini? Biasanya keras kepala banget. Ya udah lah, ngikut aja. Tapi jangan ngeluh kalau waktu istirahat elo sedikit banget nanti. Besok malem mungkin kita udah di Jakarta lagi. Serius lo nggak papa?"

"Gue malah jadi penasaran siapa yang bakal nyetir ke sana. Serius lo kuat nyetir tanpa istirahat gitu?"

"Ya nanti kan pulangnya saudara gue bakal ngikut. Gue suruh nyetir lah. Eh, tadi gue ngechat laki lo, bilang kalau lo lagi rese. Kayaknya bakal--"

"Astaga, Ro! Gue lagi mau lost kontak dulu sama dia, dudul. Lo mah, gitu aja langsung bilang. Nyebelin." Naya mencari kontak Agam sembari mengomel. Lelaki itu tidak boleh tahu kalau dirinya akan pergi bersama Aro. Bisa-bisa Agam bakal ikut dan rencananya berpikir jernih akan gagal. Ia langsung menyentuh kontak Agam dan memanggilnya. Pokoknya, kali ini Naya harus ikut Aro bagaimanapun caranya.

Let's Be Together (selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang