34. So Badly

119K 13.3K 980
                                    

Nih kan, nggak ngaret wkwks.
Jadi ... ini adalah part terakhir menuju ending--yang bakal dipublis entah kapan, kalau bisa secepetnya. Yah, meski agak ga rela melepaskan keuwuan mereka.

Jangan lupa juga nanti baca ceritaku yang lain, bakal aku lanjutin setelah GamNay tamat. Kita ketemu lagi di sana, bareng Rayen si playboy dan Kanya si sadgirl tapi gamau dibilang sadgirl huhu.

 Kita ketemu lagi di sana, bareng Rayen si playboy dan Kanya si sadgirl tapi gamau dibilang sadgirl huhu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gais, pollow kek akunku. Kesian amet itu ga nambah nambah :( ku rayu pake potonya Gam-Nay deh.

 Kesian amet itu ga nambah nambah :( ku rayu pake potonya Gam-Nay deh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

...

Dahi Naya sesekali berkerut, bahkan alisnya sampai bertaut saking seriusnya membuat latte art yang sedang banjir pembeli akhir-akhir ini. Dan Naya sangat bersyukur akan hal itu.

Lima bulan sudah berlalu, dan Naya semakin tekun mengurus kafenya--yang makin hari makin banyak pelanggannya. Terlebih, sekarang Naya turun tangan sendiri, dan banyak sekali pemuda yang ingin bertemu dengannya--bukan bermaksud sombong, tetapi kenyataannya memang seperti itu. Mereka sendiri yang bilang, dan Naya menanggapinya dengan tidak berlebihan. Lumayan juga punya paras good looking ternyata.

"Mbak, aku yang lope-lope aja deh. Biar kayak hatiku kalo ketemu Mbak Naya." Salah satu pembeli yang mendapat giliran itu menggoda Naya. Dirinya sampai paham betul, karena nyaris setiap hari lelaki muda itu datang ke IYA CAFE hanya untuk secangkir latte. God. Apa tidak bosan?

Let's Be Together (selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang