"Nah dia ini cueekk banget awalnya. Dan kayaknya dia agak unsos deh. Soalnya temen sekelas yang nyamperin gue, nggak ada yang nyapa dia sama sekali. Gue sih cuek. Gue coba aja ngajak ngobrol. Lumayan sih anaknya not bad. Dan dia itu punya temen yang persiss sama si Dia. Persis banget. Sampe gue diem sambil mikir, terpukau gitu"

"Trus?"

"Trus gue mikir, ini gue ngimpi nggak sih? Ini dia ato orang lain? Kok cuman diem nggak mau ngomong sama gue? Apa dia amnesia gegara ledakan itu ya? Sumpah gue mikir itu dia. Sampe gue tau cowok itu temen masa kecilnya Zidna, jadi ya gak mungkin kan ya."

"Loe udah parah. Butuh psikiater kayaknya"canda Benny disebrang disertai tawa renyah Benny.

"Gila aja. Gue masih waras, loe pasti juga gitu kalo ketemu cowok itu"

"Hahaha iya dehh terserah loe. Meski gue pikir, gue gak bakal selebay loe.  Trus ada apa lagi?"

"Ah iya, mereka sudah bergerak. Ternyata yang menerror keluarga gubenur mereka"

"PYARR!" Terdengar sebuah gelas yang pecah di sebrang. Aika nampak kaget. Dia merasa menyesali kebodohannya yang tak bisa menahan informasinya itu.

"Ben, are you okay?" Tanya Aika hati-hati

"Fine.... I'am fine" jawab Benny terbata-bata.

"Eghmm"Benny berdehem sekali. "Udah dulu ya. Gue mau lanjutin tugas gue. Kita sambung lagi nanti ato besok ya. Main ke rumah kalo lagi senggang"

"Oke, take care Ben. Bye"jawab Aika dengan perasaan bersalah.

"Astagaa! Loe dan mulut besar loe"sesal Aika sambil menatap ponselnya lalu menghela nafas.

Aika melupakan, salah satu sosok yang kini menjadi lawannya. Sosok wanita yang sangat Benny sayangi sejak dulu. Sosok yang harus berada di kubu yang berlawanan dengan Benny.

Dari reaksi Benny, sepertinya dia masih belum bisa move on, dari kenyataan diantara mereka.

Dia menatap ponselnya. Nampak foto mereka bertiga dahulu, saat mereka hendak keluar dari tempat penelitian itu.  Andaikan bisa, Aika ingin menyatukan mereka.

Aika memandang keluar, menatap langit biru, tanpa awan putih menghiasi. Samar dia melihat sesosok wajah tersenyum, yang sangat dia rindukan.

"Kaa, pulang. Gue kangen sama loe. Loe tega banget ninggalin gue sama Benny kayak gini. Kaa pulang Kaa"ujapnya dengan nada rindu.

Andaikan bisa, Aika ingin kembali ke masa lalu, masa itu, saat kenekatannya menyebabkan kebakaran itu. Andai saat itu dia bisa menunggu dia, andai saat itu dia mau bersabar. Ledakkan itu takkan memisahkan mereka.

Aika menghela nafas, dibukanya kontak nomer Andre. Jemarinya nampak sedikit ragu menekan tanda pesan. Online. Kebetulan Andre sedang online.

'Andre?'

'Siapa?'

'Gw Savira, gw minta no loe dr Zidna. Boleh gw minta tolong?'

'Ok. Sebisa gw tapi'

'Bisa gw minta tolong, cariin data anak pejabat di sekolah kita yang pernah home schooling?

'Cewek apa Cowok?'

'Cewek cowok'

'Oke, i try'

'Thanks'

______

Aika menghela nafas lega. Beruntung Andre menyetujuinya tanpa menanyakan macam - macam kepadanya. Karna Aika tidak yakin harus mengatakan alasannya yang sebenarnya bila Andre menanyakannya.

Come Back to MeWhere stories live. Discover now