Empat

30 18 2
                                    

Aika menutup pintu kamarnya dengan senyum lebar, terukir jelas di wajahnya. Dia benar-benar berharap Andre dapat membantunya.

Kamar itu cukup luas, sebuah tempat tidur bersprei dan bed cover  biru laut dengan sepasang nakas kecil dikanan dan kirinya. Lemari jati dua pintu dengan kaca yang berwarna cream, sebuah meja rias serta meja belajar. Di sisi lain sebuah pintu yang Aika duga menuju kamar mandi dalam. Jendela besar disamping meja belajarnya rupanya model bay. Jendela faforitnya.

Koper yang tadi dibawakan Om Hedi tadi, nampak tergeletak manis di atas kasurnya. Aika menghampiri dan membuka kopernya tanpa mengganti seragamnya. Saat sebuah telpon masuk, tanpa pikir panjang, di tinggalkannya kopernya, dia menjawab telpon itu, saat mengetahui siapa penelponnya.

"Halo Ben" jawab Aika dengan nada senang.

"Kayaknya ada hal baik nih."jawab Benny dengan nada menggoda.

Aika tersenyum mendengarnya, namun cepat-cepat dia mengendalikan ekspresinya, meski dia tau, Benny takkan tau ekspresinya saat itu.

Aika menghela nafas, dia berjalan perlahan ke arah jendela, membuka gorden. Menatap hamparan pohon dan bunga yang menghiasi halaman belakang rumah Zidna. Kamar Zidna dan Aika sama-sama mengarah ke arah belakang. Yang dihiasi pohon rindang, beberapa bunga dan sebuah kolam renang yang cukup besar.

"Sepertinya kita maju selangkah buat nyari dia"ucapnya dengan tatapan mata penuh cinta dan nada suara lembut.

"Good news. Ceritakan" sambut Benny dengan nada antusias. Terdengar suara gorden yang di buka disebrang sana.

"Loe ingat Ryuga? Cowok yang satu tim sama Dia dulu? Sebelum setim sama kita?"

"Samar sih. Tapi dulu emang ada kayaknya kode itu. Kenapa? Loe nemuin dia?"

"Belum. Tapi gue usahain secepatnya. Teman client gue kali ini, kemungkinan bisa bantu kita nyari dia. Gue dapet info, si Ryuga ini satu sekolah sama gue. Hembb client gue"

"Ngawasin anak sekolahan ya?" tanya Benny lembut. Ada nada penuh pengertian di ucapannya itu.

Aika bisa menebak apa yang dipikirkan Benny. Karena Benny tau, sejak dulu Aika sangat ingin sekolah. Meski hal itu mustahil, menggingat pekerjaan sebagai agen polisi.

"Iya Ben"jawab Aika tanpa menyembunyikan perasaan senangnya.

"Seru?" Tanya Benny dengan nada tertarik.

"Lumayan. Mau dengar?" tawar Aika dengan wajah senang.

Lelahnya seakan hilang, topengnya seakan terlepas saat dia bisa berbicara dengan Benny, meski hanya dari telpon.

"Record"pinta Benny.

"Wait" sahut Aika cepat. Record adalah perjanjian mereka bertiga. Untuk merekam cerita mereka yang ingin diketahui satu sama lain.

Aika membuka jendela dan duduk di jendela. Setengah badannya yang keluar dari jendela, terasa hangat saat terkena sinar matahari siang. Aika menekan tombol record.

"Gue mulai ngawal anak bungsu gubenur. You know lah mereka lagi banyak kena terror. Gue disuruh nyamar jadi kerabatnya yang seumuran gitu, kita sekelas dan sebangku. Tau gak, pas perkenalan sekelas kenal gue lho. Tersentuh aku tuh. Pas rehat juga gitu. Ada yang ngajak selfie bareng, tanda tangan, dan tau gak ada yang nanyain tanggal lahir sama makan dan barang faforitku. Istirahat jam kedua aja banyak yang nyari gue, bawa makanan" Aika mengawali cerita dengan senang.

"Trus anak yang loe kawal?"

"Ah ya, gue tadi udah bilang kan kalo kita sebangku?" tanya Aika yang dijawab gumaman oleh Benny

Come Back to MeWhere stories live. Discover now