"Gila lu! Pede gile!" Gwen memutar kedua bola matanya malas.

Baru saja tadi mereka berdua kompak saat latihan, tapi kini mulai berdebat lagi.

Revan masih menatap Gwen dengan tatapan mengintimidasi. Gwen pun balas menatapnya dengan tatapan sengit sesekali ia melotot. Sampai akhirnya Revan sadar ada Keira di belakang Gwen. Ia beralih menatap Keira.

"Kei, tolong bilangin adek lo, ya. Adek gue datengnya malem," ucap Revan. Ia merubah mimik wajahnya menjadi lebih bersahabat.

Keira terkesiap lalu berkata, "Ah, iya-iya. Entar gue bilangin." Keira tersenyum tipis, hatinya berdesir.

"Udahlah, lagi males gue debat sama lo." Revan melenggang melewati Gwen dan Keira. Disusul Alveno yang sejak tadi hanya diam menyimak.

"Gue juga ogah, kalii!" balas Gwen tak santai.

"Apa lo patung berjalan?!" tandas Gwen ketika Alveno melewatinya sambil melirik tajam ke Gwen. Ya, memang pada dasarnya mata Alveno tajam, menusuk lawan bicaranya.

Di satu tempat Zacky masih di lapangan setelah berbincang sedikit dengan Sora. Ia memperhatikan perdebatan kecil itu di koridor.

"Dasar Singa betina! Cepet tua baru tau rasa dah lo. Marah-marah mulu," gumam Zacky lalu memutuskan untuk segera pulang.


🍀🍀🍀


Sekolah sudah sepi karena memang ini sudah lewat jam pulang sekolah. Verissa melangkah di sepanjang koridor kelas Bahasa sendirian. Angin sore seakan meniup tengkuknya.

Ia berhenti sejenak lalu melongok ke bawah, di lapangan benar-benar sepi. Kelas Bahasa yang bertepatan di lantai 3 membuat Verissa kadang mengeluh. Harus berjalan sendirian ketika ia pulang telat untuk menyusun pengumuman di mading karena ia ikut ekskul Jurnalistik.

Langkahnya pelan sambil membawa beberapa map yang ia peluk sebagai penghangat agar ia tidak takut.

Sepatu pantofel yang ia kenakan berbunyi nyaring setiap ia melangkah.

"Aduh gue males banget, deh, keadaan kayak gini," gumam Verissa.

Namun, tiba-tiba Verissa merasakan ada seseorang yang mengikutinya. Ia berhenti sejenak untuk menarik napas lalu mengembuskannya. Ia berbalik badan lalu dengan cepat mengangkat map itu untuk memukul sesuatu yang ada di belakangnya.

"Aduh-aduh!" Cowok itu meringis.

Verissa memukul kepala cowok itu tanpa ampun karena Verissa takut ada yang macam-macam dengannya.

Gerakannya terhenti saat tangannya dicekal oleh cowok itu. Mata mereka bertemu sedetik tapi membuat hati Verissa tergelitik. Verissa meringis saat tatapan itu ternyata tatapan tajam bak elang yang siap menerkam mangsanya.

"Setan cogan? Eh, si temennya Kak Revan maksudnya, hehe," ucap Verissa salah tingkah karena merasa bersalah sudah memukul Alveno dengan map.

Alveno melepaskan tangan Verissa. Ia melangkah meninggalkan Verissa sendirian.

"Eh, maaf, Kak Veno!" teriak Verissa membuat Alveno berhenti.

"Ok," ucapnya singkat tanpa berbalik badan, lalu melangkah lagi memasuki ruang musik.

Verissa mendesis kesal karena hanya dijawab singkat.

"Bwahaha, emang enak lo dicuekin!" ucap Revan tiba-tiba muncul di samping Verissa.

"Eh, Kak Revan! Kok lo tiba-tiba ada di sini?" tanya Verissa.

"Gue sama Veno habis dari rooftop. Terus dia turun duluan. Ya udah, deh, gue ngikutin di belakangnya," jawab Revan sambil melipat seragamnya di bagian tangan.

"Huft ... Gue kira di sekolah udah nggak ada orang sama sekali."

"BTW, lo habis ngerokok yah di rooftop?" lanjut Verissa.

"Ya kagak lah! Gue cari angin," jawab Revan.

Verissa memicingkan matanya sedikit curiga.

"Tante Seli ... Nih, Kak Revan macem-macem di sekolah!" teriak Verissa dengan suaranya yang cempreng dan keras bak toa.

"Woi, nggak usah teriak-teriak juga kali! Emang ini rumah gue?"

"Gue memberi contoh! Nanti gue bakal ngomong gitu, ah." Verissa melenggang pergi sambil cekikikan melihat wajah Revan yang kesal.

"Wah, lo mulai songong ketularan temen lo itu, ya! Orang gue nggak ngapa-ngapain juga!"

Verissa berbalik badan lalu menjulurkan lidahnya meledek Revan. Memang sudah biasa Revan menjadi bahan ejekan Verissa ketika di rumah karena, ya, namanya juga tetanggaan.


🍀🍀🍀


Gwen dengan santai menaikkan satu kakinya ke atas bangku yang berada di teras rumah Keira. Gwen sedang ingin menginap di rumah Keira. Mumpung besok hari Sabtu. Libur.

Dengan mulut yang mengunyah snack, alisnya bertaut saat melihat Zacky, Revan, dan adiknya Revan turun dari mobil tepat di depan gerbang rumah Keira.

"Itu Si Curut ngapain ke sini?" gumam Gwen. Ia bangkit dari duduknya lalu menghadang 3 orang itu.

"Ngapain lo, Zack, ke sini?"

"Ini lagi Si Kakak Kelas, ngapain lo?"

"Emang ini rumah punya lo?" ucap Zacky.

"Minggir! Adek gue mau masuk." Adiknya Revan berlari menghampiri adiknya Keira.

"Ada apa, nih, rame-rame?" tanya Keira.

Gwen melipat tangannya di depan dada, tatapannya meneliti 2 orang itu.

"Nggak usah liatin gue juga kali, Gwen," ucap Zacky.

"Idih, gue ini lagi curiga sama kalian. Terlebih lo!" Gwen menunjuk Zacky dengan telunjuknya di depan wajah cowok itu.

"Gue tadi ketemu Revan di halte. Kebetulan gue mau ke rumah sakit. Umi gue sakit," jelas Zacky dengan tenang.

"Dengerin noh! Marah-marah mulu, sih. Lagian apa urusannya sama lo, hah?!" tanya Revan. Ia jadi suka ngegas ke Gwen karena dulu Gwen menabrak Revan di koridor.

"Ya gue nanyalah! Kenyamanan gue di sini jadi terganggu gara-gara ada lo berdua tau nggak?!"

"Yang punya rumah aja tetep santuy. Kok lo yang ngegas?! Habis beli bensin apa gimana? Jadi ngegasan mulu," balas Revan menyebalkan di mata Gwen.

Beuh ... Gwen merasa seperti banyak sekali manusia-manusia yang membuatnya darah tinggi.

"Udah lah, Gwen. Mereka cuma mampir ini," ucap Keira menenangkan Gwen yang sudah merah mukanya karena menahan emosi.

"Udah sono lu pada pergi. Urus aja sono Si Sora!" usir Gwen.

"Kok jadi Sora?" tanya mereka bertiga berbarengan.

Gwen terkesiap dengan omongannya sendiri.

Eh, kok, gue jadi ngomong gitu, yah? Ada apa, sih, ini sama otak gue? batin Gwen sambil memukul pelan kepalanya.

🍀🍀🍀





"Kalau bukan otaknya yang eror, tapi hatinya yang ada sesuatu gimana?" tanya Author.

"Udah lah, Thor. Berisik! Lanjut aja lanjutttt!" ucap Gwen ngegas.

Dih, emak sendiri diomelin. Emang dah ni anak.

Penasaran?

Ya harus dong pastinya, ye kan?!

Lanjut dong, ke part selanjutnya. Swipe up!

Vote dan komennya dulu dong, yuhuu.

Salam manis,
All Authors.

SpaceWhere stories live. Discover now