Rama sangat mengagumi sifat sederhana yang dimiliki oleh Deva. Sifat apa adanya yang melekat dengan sempurna pada diri Deva itulah yang membuat Rama kagum dan semakin menyukainya.

Ketika Rama mengajak Deva jalan pun, Deva hanya mengenakan pakaian biasa yang tidak berlebihan seperti cewek - cewek lain yang selalu mengutamakan fashion mereka didepan pasangannya. Sedangkan Deva hanya acuh pada hal itu.

Baginya ini adalah salah satu bentuk bumbu kasih yang harus ia jaga tanpa harus mengurangi kadar kemantepannya.

Dan Rama tidak pernah sekali pun menyesali karena telah mencintai Deva.

Ia tidak salah memilih perempuan untuk ia jadikan kekasih.

Namun saat ini sepertinya Rama harus kecewa. Karena di hari ini bertepatan dengan hari ulang tahunnya dan Deva tak berada disampingnya. Deva sedang berada diluar kota bersama dengan keluarganya untuk mengunjungi rumah neneknya.

Sudah satu minggu Deva keluar kota. Deva akan kembali tiga hari lagi. Rama dan Deva pun jarang berkomunikasi walau hanya sekedar bertukar kabar lewat pesan singkat. Dan Rama memaklumi hal itu.

Rama merayakan ulang tahunnya bersama somplak telu. Karena ia sudah terlanjur janji pada sepupunya Vika untuk mentraktir mereka.

" Wajah lo kecut banget Ram, lagi mikirin Deva ya? " tanya Mimin dengan tengilnya, karena memang sedari tadi ia mengamati wajah Rama.

Rama hanya memberikan senyum terpaksanya kepada Mimin.

" Udahlah! Tiga hari lagi juga bakal balik dia " kata Mimin mencoba menenangkan Rama.

" Iya " jawab Rama datar.

'Gue kenapa kayak ABG labil gini, baru aja ditinggal seminggu, udah seperti yang mau ditinggal selamanya aja' ujarnya membatin.

Bukan karena apa. Saat ini Rama hanya ingin selalu berada di dekat Deva. Ia selalu merindukan gadis mungilnya itu. Hingga pernah ia kepikiran untuk melamar dan menikahi Deva, supaya mereka bisa tinggal satu rumah dan bertemu setiap waktu. Ahh, memang konyol cara berfikir otaknya itu

Sedangkan di tempat lain, tepatnya arah toilet dalam cafe itu tengah terjadi percekcokan antara Aji dan Nara.

" Lo kan cowok Ji! Mending lo aja deh yang ngomong sama Rama " ucap Nara dengan wajah melasnya.

" Tapi lo tau sendiri kan gimana rasa sayang gue ke Deva. Lo aja deh " kata Aji tak mau kalah.

" Ish lo mah, gue juga engga mau bikin mereka ribut kali " ucap Nara sambil bersedekap dada. " Ini juga sama-sama cinta pertama bagi mereka berdua, masa iya harus menjadi kisah cinta yang menyedihkan juga " sambungnya lagi.

Nara kembali menerawang, mengingat ucapan kalimat demi kalimat yang pernah Vika katakan padanya. Betapa besarnya Rama menyayangi Deva.Walau mereka bersama baru hitungan bulan.Tapi perasaan cowok itu sudah sangat terlihat nyata dan sedalam itu memang perasaannya.

Sangat tidak ada malunya bila Nara harus ada ditengah-tengah hubungan itu. Tapi kalau tidak melakukan hal ini apalagi yang akan ia lakukan? Hanya itu cara yang saat ini terlintas dalam fikirannya.

Di sisi lain,
Aji mengusap wajahnya kasar seraya menatap tajam kearah Nara " Heh ntah cinta pertama kek, kedua ketiga gue gak peduli! Yang gue peduliin adalah perasaan Deva, buat gue itu yang lebih penting! " tegas Aji membuat Nara menciutkan nyalinya. Ia lebih takut kemarahan Aji saat ini.

Nara yang ditatap dengan tatapan membunuh pun bergidik ngeri. Akhirnya ia pun meng-iyakan permintaan Aji.

" Oke-oke gue yang bilang. Puas lo " ucap Nara seraya mengangkat kedua tangannya keudara, pertanda ia nyerah dan kalah dalam perdebatan kali ini dengan Aji.

Ketika Nara hendak melangkahkan kakinya menuju meja dimana teman-temannya sedang menunggu pesanan. Nyali Nara kembali menciut ketika melihat Rama yang menatap kosong ke arah ponselnya.

Nara berbalik menghadap kearah Aji " Eh gue kasian deh Ji, liat tuh si Rama murung banget. Lagian ini juga hari ulang tahunnya, harus ya kita kasih tau sekarang? " tanya Nara dengan wajah sedih karena melihat Rama yang sedang murung.

Tanpa mendengarkan keluhan Nara, Aji menjawab dengan entengnya " Lebih cepat lebih baik " lalu meninggalkan Nara.

" Bener-bener ya tuh cowo gak ber-perikemanusiaan banget. Pantes aja jomblo kekal! " gumam Nara seraya mengikuti Aji dibelakangnya.

" Heh! Gue masih bisa dengar ya " ujar Aji membalikkan tubuhnya menghadap kebelakang dimana Nara berada.

" Hehe peace boskuuh " ucap Nara sambil cengengesan.

Setelah mendaratkan pantatnya, Nara menatap Aji seolah bertanya 'harus ya ngomong sekarang?'

Aji yang mengerti dengan sorot mata yang diberikan Nara pun memberikan kode supaya Nara segera bicara.

Denga ragu Nara memulai pembicaraan yang telah ia bicarakan sebelumnya bersama Aji.

Nara berdehem untuk mentralkan perasaannya.

" Ram gue mau ngomong sesuatu yang penting sama lo "

Kira-kira hal apasih yang dirahasiain Deva?

Ada yang kepo nggak sih?
Atau mungkin sudah ada yang bisa nebak ini ceritanya gimana?
Ada nggak? Ada nggak?

Jangan lupa tinggalin jejaknya yaa❤

-Salam sayang dari Wulanda❤❤

Te Amo RamaWhere stories live. Discover now