TAR~18

83 32 72
                                    

Kita harusnya bersyukur. Sebab, kita ditakdirkan hidup menjadi manusia. Makhluk yang paling sempurna. Jadi, tidak seharusnya kita ikut peran untuk menilai apalagi mencatat apa yang dilakukan orang lain. Karena itu hanyalah tugas dari malaikat. Bukan aku ataupun kamu. Apalagi mereka.
____________________________________


Bonne lecture😘💐


Dan Rama?

Ia juga memiliki fans karena ketampanannya. Banyak yang ingin lebih kenal dekat dengan Rama. Namun mereka tidak mampu mencairkan si es kutub utara ini. Beberapa siswa juga menilai bahwa Rama itu sangat arrogant. Karena hanya mau berteman dengan beberapa siswa saja. Padahal Rama begitu karena ia tidak pintar basa-basi dengan orang yang tidak ia kenal. Jangankan itu. Bagi temannya seperti Aji saja sudah sulit untuk mengajaknya berbasa-basi. Apalagi yang belum mengenalnya?

" Kita ngapain kesini kak? " tanya Deva polos.

" Ngubur lo! " jawab Aji asal.

" Ish! Au ah gue cebel! " tangan Deva beralih kedepan dadanya bersedekap pura-pura marah tak lupa ia juga memanyunkan bibirnya.

" Ih lucunya dedekku ini. Gemoy deeh!! " Aji mencubit pipi Deva yang memang chubby.

Deva makin kesal dengan perlakuan sahabat-sahabat rumahnya ini.

Memang diantara sahabat somplak telunya. Dialah yang paling muda usianya. Jadi sering dijadiin bahan bullyan dengan mengejeknya seperti bayi.

" Ini yang mau pesenin siapa? " ujar Aji. Karena mereka sudah duduk-duduk manja dikantin lumayan lama. Namun belum ada yang mau memesan minum ataupun makanan.

" Gue aja deh. Tapi traktir ya kakak-kakakku yang ganteng! " seketika Deva memasang wajah semanis mungkin untuk merayu Aji dan Rama.

" Rama tuh lagi banyak duitnya! " bisik Aji, sedangkan Rama hanya menggelengkan kepalanya sambil mengeluarkan 1 lembar uang berwarna biru dari sakunya.

Deva beranjak dari kursinya dan menuju Bu Supri untuk memesan makanan dan minumannya.

Rama menatap Deva tanpa berkedip. Memicingkan kedua matanya, mencoba menajamkan penglihatannya ketika tiba-tiba ada cowok yang merangkul Deva dari samping.

Tanpa sengaja Rama mengepalkam tangan kanannya. Berusaha menahan gejolak didalam hatinya.

" Lo cemburu bro? " tanya Aji ketika mengikuti arah pandang Rama. " Kalo suka ungkapin secepatnya. lo banyak saingan noh. Ntar kalo lo kalah start! Yang ada lo bakal menyesal karena belom sempet mencoba! " lanjut Aji sambil mengarahkan dagunya kearah dimana Deva sedang bercanda sama seorang siswa.

" Lebih baik mencoba meskipun gagal. Daripada enggak sama sekali. Lo pastinya tau dong. Tentang pepatah itu " Aji melirik Rama.

Rama hanya mendengarkan ucapan Aji. Benar yang dikatakan Aji. Rama juga melihat tatapan siswa yang bersama Deva sekarang, bukanlah tatapan biasa. Itu tatapan yang sama ketika Rama menatap Deva.

Pandangan matanya hanya tertuju kearah Deva bersama seorang siswa. Pandangan itu seperti elang yang siap menerkam mangsanya.

Disisi lain,

" Woi, beli apaan lo? " tanya Nazril sambil merangkul pundak Deva.

" Ih apaan sih Naz? Lepasin ah! " Nazril pun menurut dan melepaskan rangkulannya.

" Kok sendiri? Liyan mana? "

" Gue sama Kak Aji dan Kak Rama " sambil menunjuk tempat dimana ia tempati tadi.

Te Amo Ramaحيث تعيش القصص. اكتشف الآن