Dua Puluh Satu

4.5K 646 28
                                    

Malam, hujan deras. Waktu paling tepat untuk bergelung manja dengan seperangkat tempat tidur yang nyaman.

Tapi Jungkook tak bisa melakukan kenikmatan itu hari ini, matanya masih saja dipaksa melek oleh cowok setinggi tiang net volly itu.

Jungkook sudah menguap beberapa kali, memberi kode pada adiknya agar dia diperbolehkan untuk tidur duluan. Namun baru saja Jungkook menggeliat pelan menuju sofa empuk di sampingnya, Soobin sudah terlebih dulu menarik cowok yang tiga tahun lebih tua darinya itu.

"Gue udah ngantuk, Bin. Sumpah!"

"Ah elah, bentar lagi bang. Bantuin adek lo napa, dikit lagi kok." bujuk Soobin.

"Dari tadi lu bilang dikit lagi, dikit lagi, tapi kagak beres-beres itu laporan lu!" protes Jungkook. Ini sudah lewat tengah malam, dan dirinya harus begadang membantu adiknya yang menjabat sebagai ketua OSIS di sekolahnya itu.

Soobin yang diprotes itu hanya diam tak menanggapi, dia menyusun kertas-kertas yang sudah berserakan di lantai itu tanpa kata. Kalau ia menimpali protesan abangnya, ia yakin kalau dirinya pasti akan ditinggalkan detik itu juga.

"Lagian kan besok libur, bisa diberesin besok

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Lagian kan besok libur, bisa diberesin besok. Napa mesti sekarang sih-"

"Besok gue mau full day buat rebahan, biar cape nya cuma sekali." potong cowok yang memiliki wajah kelinci yang tak kalah menggemaskannya dari sang kakak itu.

"Niat lu bagus, tapi gak pake nyusahin abang lu juga kali, Bin-"

Kali ini kalimatnya terpotong oleh deringan dari ponselnya, menampakkan nomor yang tak dikenali. Dan haram hukumnya bagi seorang Jeon Jungkook untuk mengangkat telepon dari nomor yang tidak dia kenali-sekalipun itu mungkin saja dari orang penting.

Soobin yang mengetahui kebiasaan abangnya itu membuka suara, "Angkat aja atuh bang, sapa tau penting."

"Lebih penting juga jadwal tidur gue, kampret."

Ting!

Ting!

Ting!

Oke. Sekarang muncul spam pesan teks dari nomor tadi.

Jarinya bergerak hendak memblok nomor baru itu, namun isi pesan terakhirnya membuat Jungkook langsung menekan tombol 'panggil' yang langsung terhubung dengan cewek di seberang sana.

"Kenapa?"

"Maaf gue ganggu, tapi gue bakal langsung ke intinya.
Bisa gue minta tolong lo supaya dateng ke lokasi photoshoot Lili gak?
Gue bukannya gak mau, tapi jarak dari rumah gue ke sana jauh banget. Lili mesti nunggu se jam. Kalo dari rumah lo, gue yakin gak makan waktu setengah jam kalo lo agak ngebut ke sana. "

.

.

Tana. Jungkook tau kalau cewek itu pasti mengetahui informasi tentang dirinya dari Reza. Walaupun Reza tak pernah bercerita padanya, tapi Jungkook sudah lebih dulu tau kalau kakak kelasnya itu memacari anak dari anggota dewan yang selalu menjadi incaran para lelaki mata duitan.

Lili Closet Film ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang