Septimo Decimo

1K 172 73
                                    


}÷{



"Ngapain disini?!!"

Pertanyaan penuh rasa terkejut itu terlontar begitu saja saat melihat wajah Suho yang berdiri di ambang pintu, dengan setelan jas rapi sebagaimana biasanya. Changbin tidak bisa menyembunyikan pupilnya yang membulat sempurna.

"Kamu ketemu kamu, ngapain lagi." Suho masih berdiri di tempat yang sama sebelum di pemilik mempersilahkan.

"Paman denger saya ngomong apa tadi?"

"Kamu teriak, siapa yang nggak denger."

Remaja itu kembali menggerutu sembari menendang-nendang selimutnya, menyedot lendir ingus yang mengalir dari lubang hidungnya yang bersemu merah. Suho ditempat memandang aneh.

"Ini kamu gak kasih saya masuk. Capek berdiri terus," seru Suho lagi yang dihadiahi dengkusan dari yang lebih muda.

Mendudukkan dirinya, lalu memposisikan tubuh di pinggir ranjang. Mendesis kecil kala kakinya yang dingin bertemu dengan lantai yang tak kalah dingin.

"Yaudah, masuk sini." Suho tersenyum kecil, kakinya melangkah ringan ke dalam ruang kamar berukuran sedang itu. Changbin menepuk tempat kosong disisinya, mempersilahkan Suho untuk duduk disebelahnya.

"Ibu kamu bilang kamu sakit, kok bisa?"

Changbin menggeleng pelan, sebab kepalanya masih terasa berat akibat pening yang melanda. Ia mengeratkan selimut di tubuh, sebelum menjawab pertanyaan Suho dengan tak minat. Entahlah, dirinya hanya enggan berbicara terlalu banyak, terutama pada Suho.

"Biasa, kalo kena hujan suka gini."

Pria itu terdiam, tak tahu harus terkejut atau malah takjub akan apa yang barusan ia dengar. Ia hanya memandang Changbin lekat dalam beberapa saat, sebelum akhirnya mengalihkan perhatian, menerawang ke langit-langit ruang kamar berwarna kuning terang tersebut.

Lagi-lagi ia melihat sosok Irene pada diri Changbin. Keduanya sama persis, seperti refleksi dari cermin. Sangat mustahil jika semua ini terjadi hanya karena faktor kebetulan saja.

"Kamu ngingetin saya sama seseorang. Dia juga mudah sakit kalo kena hujan. Demamnya bisa berhari-hari, tapi masih suka bandel walaupun lagi sakit. Sering keluyuran juga. Persis kamu."

Changbin mengembus napas pelan, entah kenapa mendengar itu rasanya tidak nyaman. Ia tahu seseorang yang Suho maksud adalah mantan istrinya. Remaja itu menggeser tubuh memberi jarak antara dirinya dan yang lebih tua, dan itu menarik perhatian Suho.

"Kamu udah makan? Masih pusing gak?"

"Enggak."

Lelaki bermarga Kim itu menahan napasnya sejenak ketika mendengar Changbin menjawabnya cepat, bahkan terdengar ketus. Ia mengerutkan kening, baru menyadari bahwa anak itu menghindari tatapan mata dengannya.

Apakah ada sesuatu yang salah?

"Kamu marah--"

"Paman, saya tarik tawaran saya sebelumnya," sergah pemuda itu sebelum yang lebih tua menyelesaikan kalimatnya.

"Saya pikir saya bisa bantuin Paman, tapi ternyata enggak. Saya nggak tau batasan saya, dan saya kira saya emang gak sanggup," lanjutnya tanpa sudi menatap sang lawan bicara.

Perkataan Sehun kemarin malam kembali muncul di kepalanya, dan mengingat hal tersebut entah kenapa membuat dirinya otomatis mengigit bibir. Rasanya sakit, seperti tengah diperlakukan dengan kotor. Changbin tidak suka perasaan ini, ia tak terbiasa.

[23]Sagum ( 커튼) | K. Suho x S. Changbin [✓]Où les histoires vivent. Découvrez maintenant