Decima

1.1K 197 61
                                    

}÷{

Hujan baru saja mampir, baunya masih menyengat hidung begitupun airnya masih menggenang di jalan. Remaja yang selalu merasa bahwa dirinya itu beruntung itu menghirup bau hujan kuat-kuat, lantas tersenyum penuh kepuasan. Tas di punggung ia eratkan, sedangkan payung yang semula di buka lebar kini ia tutup kembali. Lantas digantungkan di pergelangan tangannya.

Semenjak ia diberi kebebasan untuk tidak pergi ke sekolah, Changbin selalu mengunjungi sekolahnya sesuka hati. Entah itu pagi atau siang hari, tidak akan ada yang memprotes. Lagaknya sudah seperti anak pemilik sekolah, ia selalu mendongakkan kepala ketika berjalan di antara teman-temannya yang lain.

Bisa dikatakan Changbin itu mudah jemawa, namun caranya lebih konyol makanya jarang ada yang iri pada anak itu.

"Eh?"

Langkahnya terhenti kala netra tak sengaja mendapati sosok pria yang tidak asing, juga tidak familiar dengannya. Mereka hanya pernah bertemu sekali, itupun Changbin hanya ingat wajah tanpa nama.

Namun bukan Changbin namanya jika ia tidak akan bersikap seolah kenal lama dengan orang asing. Senyumnya melebar sebelum melakukan aksi yang kadang menurut orang normal lain sangat memalukan atau lebih tepatnya tidak tahu malu.

"Paman kedua!!"

Tangannya di lambaikan ke udara kala pria yang dimaksud menolehkan kepala setelah memeriksa arloji mahalnya, si remaja berlari mendekat tanpa peduli bahwa kini sosok yang ia tuju tengah mengerutkan keningnya heran.

"Hai paman kedua!" Sapa Changbin sekali lagi.

"Kamu...?"

"Changbin, paman!" Sahutnya begitu bersemangat, membuat si 'paman kedua' sedikit tersentak dengan suara keras yang anak itu teriakkan.

Paman kedua; Sehun mengernyit kan dahi mencoba mengingat sosok bocah yang menyebut dirinya dengan panggilan aneh, dan sesaat kemudian ia mengingat siapa si remaja dihadapannya tersebut.

"Simpanannya Suho?"

Changbin mendelik, "simpanan apaan, paman kira saya uang receh."

Sehun memutar bola matanya jengah, pria itu memasukkan kedua tangannya di dalam saku celana lantas menghirup napas pelan.

"Ada keperluan apa sama saya?"

"Gak ada, cuma mau nyapa paman doang. Paman mau kemana, terus darimana?" Changbin menggeleng sekaligus mengajukan pertanyaan lain. Yang bagi Sehun hanya sebuah pertanyaan basa-basi yang tak harus di tanggapi.

"Bukan urusan kamu."

"Dih kok gitu, gak boleh jahat sama anak kecil."

Sehun enggan meladeni Changbin, pria itu memilih pergi dari sana daripada harus di ganggu dengan bocah aneh seperti Changbin.

"Kamu gak usah ikut campur urusan saya!" Serunya sinis sekali lagi sebelum benar-benar pergi dari hadapan Changbin, melewati anak itu begitu saja dengan lirikan dingin.

"Tapi pam--"

Brughh!!!

"Aduhh!!!"

Baru saja Changbin hendak menahan Sehun agar mau bercakap dengannya lebih lama, lelaki bertubuh jangkung itu malah jatuh terpeleset genangan air bekas hujan. Sehun terlungkup berhantaman dengan semen trotoar. Changbin yang menyaksikan itu mengerjapkan mata, entah harus tertawa atau prihatin ketika melihat bokong Sehun menungging di hadapannya.

"Hahahaha!! Jatuhnya jelek banget, ya ampun, hahahaha!"

Pada akhirnya remaja tengil itu tertawa terbahak-bahak, memegangi perutnya yang kaku karena tertawa terlalu keras tanpa peduli orang lalu lalang yang memandangnya aneh.  Sedangkan Sehun berusaha bangkit dari jatuh tidak elegannya tersebut, sambil mendesis sakit.

[23]Sagum ( 커튼) | K. Suho x S. Changbin [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang