Sextus

1.8K 244 111
                                    


}÷{

Setelah dua hari berturut-turut hujan lebat disertai angin kencang di pergantian musim panas, cuaca kali ini lebih bersahabat dari sebelumnya. Tak begitu terik, namun juga tidak terlalu berangin. Benar-benar suhu yang pas untuk menikmatinya sembari merubuhkan diri diatas ranjang empuk. Itu berlaku orang-orang yang tidak terlalu menyukai kegiatan yang menggunakan banyak tenaga, pastinya.

Namun sepertinya secerah apapun cuacanya, itu tak dapat menenggelamkan suram yang mengapung di dalam ruangan privasi sebuah restoran Jepang yang dipesan secara khusus.

Bahkan sushi dengan daging ikan segar yang di sajikan belum terjamah sedikit pun, membiarkan angin yang menikmati nikmatnya.

Lebih peduli dengan dua pasang obisidian yang saling beradu kelam, berbeda perasaan yang membuat keduanya hampir enggan menahan geraman.

"Kamu kelihatan baik-baik aja."

Akhirnya salah satu dari dua kepala itu berbicara memecah hening. Senyum miring tercetak setelahnya, barangkali puas akan apa yang ia tuturkan barusan.

"Kamu jauh lebih kelihatan baik-baik aja, padahal dia kakakmu," balas yang lain sembari mengambil sumpit yang sedari tadi di abaikan.

"Kakak tiri lebih tepatnya. Mungkin seharusnya aku sedih, tapi buang-buang waktu."

Kunyahan di dalam mulutnya terhenti, nafsu makan yang berkurang kini benar-benar menghilang hanya karena mendengar itu. Ia melengos.

"Sekalipun istri saya meninggal, bukan berarti kamu bisa ambil alih apa yang sudah dia bangun dari nol," ujarnya.

Sekali lagi ungkapannya itu di hadiahi kekeh remeh, kedua tangannya di unjuk dengan percaya diri.

"Sekalipun kamu mantan suami kakak saya, bukan berarti bekas pengantar ayam kayak kamu bisa ambil alih perusahaan besar milik keluarga kami."

Kim Suho tahu dan sadar bahwa seorang Oh Sehun memang begitu brengsek bahkan dari caranya bernapas saja.

}÷{

Remaja yang dalam beberapa bulan akan lulus dari bangku menengah atas itu berjalan riang dengan senyum merekah. Mulutnya sibuk mengunyah telur rebus yang tadi ia beli di 7 Eleven di dekat sekolah, sedang tangan kirinya menyodorkan susu coklat yang segera beradu dengan rasa telur rebus.

Perpaduan yang aneh, namun baginya rasa yang dihasilkan itu berasal dari surga. Berlebihan memang, tapi siapa yang diperkenankan untuk protes?

Langkahnya membelok ke sebuah salon rambut sederhana tepat di sebelah sebuah restoran Jepang super besar yang membuat keberadaan salon tersebut bak semut di sudut rumah. Tak terlihat.

Membuka pintu transparan salon tersebut, dengan kilatan gembira di netranya ia segera duduk di salah satu kursi pelanggan berhadapan dengan cermin besar.

"Tolong rapihkan rambut saya ya, jangan terlalu pendek jangan terlalu panjang. Yang pas pokoknya."

Teriakan remaja itu jelas menyita perhatian pemilik tempat yang sedang beristirahat, bertukar pandang dengan dua karyawannya dengan alis bertaut. Lantas kemudian memutuskan untuk menyudahi rehat, dan memilih untuk menghampiri si remaja yang masih mengagumi perpaduan rasa antara susu cokelat dan telur rebus.

"Cepet gak pake lama, saya selesai makan rambutnya juga udah selesai--"

Plakk!!

"Ngapain kamu disini? Bolos lagi??"

Hampir saja telur di dalam mulutnya menyembur keluar akibat dari sebuah pukulan di kepala, lantas memicing sebal melalui pantulan cermin di hadapan yang di arahkan pada seorang wanita paruh baya di sampingnya.

[23]Sagum ( 커튼) | K. Suho x S. Changbin [✓]Onde histórias criam vida. Descubra agora