ENAM

14.6K 568 10
                                    

Hillary POV

"A..aku mohon jangan sakiti aku." Kataku masih meringkuk memeluk kedua kakiku. Sosok itu berjongkok di hadapanku dan mengulurkan tangannya mengelus rambutku. Kami terdiam sesaat. Wait. Aku mengenal bau ini. Aku mencoba mengangkat wajahku dan melihatnya takut-takut. Sosok itu bangkit dan menghidupkan lampu tidur yang terletak di samping tempat tidurku. Aku melihat punggungnya yang lebar memunggungiku. Dirinya mengenakan tuxedo dipadukan celana hitam dengan warna senada. Tubuhnya sangat tinggi, rambutnya tersisir rapi kebelakang.

"Bangkitlah." Perintahnya dengan suara bariton masih membelakangiku. Kedua tangannya memasuki kedua kantung celana kainnya. Aku masih terus meringkuk, justru mendengar suara dinginnya aku semakin ketakutan setengah mati. Air mataku kembali mengalir. Adegan buruk nyaris di perkosa yang menimpaku beberapa waktu lalu semakin membuatku bergetar trauma. Aku menutup mataku erat saat sosok itu kembali menghampiriku. Aku tidak siap jika disakiti lagi. Di luar dugaan, tubuhku terangkat dan digendong bridal style. Aku membuka mataku dan menatap terkejut. Elijah Jonathan.

"A...anda?"

Elijah meletakkanku di atas tempat tidur dan duduk di sebelahku sangat dekat. Kedua lengan atletisnya mengurung tubuhku yang terduduk. "Aku menyediakanmu tempat tidur nyaman, kenapa kamu memilih duduk di sudut dan menggigil? Seluruh tubuhmu dingin." terangnya. Suaranya seakan menghipnotisku. Suara berat nan seksi. Aku menggigil bukan karena dingin tetapi takut dengannya. Mata isengku tak bisa berhenti menatap wajahnya yang terpahat sempurna. Aku menjilat bibir bawahku sebelum berbicara.

"A..aku takut anda akan menyakitiku."

"Kenapa aku harus menyakiti calon istriku?"

Istri? Huh? Ah ya, istri. ISTRI? Wajahku memutih syok. Neuron di otakku seakan baru tersambung sempurna. "Ist...istri?"

Elijah mengangguk pelan, matanya tak lepas menatap bibirku yang basah. Aku bisa melihat bagaimana tatapan napsu itu menghujamku. "Pernikahan akan di adakan dalam dua hari ini. Tidurlah, menjelang siang kita akan mencari cincin pertunangan dan gaun pernikahan untukmu."

"Wa..wait." Aku bergerak secara naluriah akan memprotes statementnya, ketika wajah kami justru semakin mendekat. Aku bisa mencium aroma mint dari napasnya yang hangat. Elijah semakin mencondongkan wajahnya sehingga bibir kami bersentuhan secara lembut. Aku terpaku. Meski ini tidak bisa di kategorikan ciuman, namun tubuhku seakan terhipnotis oleh pesonanya.

Matanya yang tajam tak pernah gagal membuatku terintimidasi. Tangan kanannya mulai mengelus rambutku dan pipi kiriku. Tangannya sungguh lembut untuk seukuran pria seperti dirinya. Aku berpikir justru tangannya akan terasa kasar. Bibirnya mulai menyapu bibirku semakin berani, lidahnya yang hangat menjilati bibir bawahku. Entah apa yang merasuki diriku. Aku menutup mata menikmatinya. Ciuman pertamaku hilang sudah. Aku menyerahkannya kepada pria yang telah membeliku lunas ini.

"Buka mulutmu." Perintahnya.

Aku membuka kikuk mulutku, dengan segera lidah tebal nan lembut itu mengeksplore keseluruhan isi mulutku lapar. Mataku membulat terkejut, aku tidak menyangka ciuman pertamaku akan semanis ini. Elijah pandai memainkan lidahnya. Bibir kami terpisah setelah sekian lama, wajahku memerah dan panas karena malu. Aku menatap Elijah yang semakin melihatku bagai buruan berharga. Matanya memancarkan birahi yang kuat. "My.. first kiss." Kataku dan menyentuh bibirku pelan. Aku bisa merasakan pipiku yang semakin merona. Elijah tersenyum kecil dan mengecup keningku lembut.

"Jika kita melanjutkannya, aku tak akan mampu mengontrol diriku sendiri. Tidurlah." Elijah mulai membuat jarak denganku. Hangat tubuhnya perlahan meninggalkanku. Aku merasa sedih, 'ada apa denganku? Ingat dia orang asing yang membelimu.'

Girl In White Lingerie (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang