"Lama ya?"

"Nggak kok," ujar Nadhif seraya mulai menjalankan mobilnya.

"Jadi gimana BIFA?"

"Gue masuk batch 41," ujar Nadhif seraya melirik ke arah (Namakamu) sekilas.

"Hah? Itu apa?"

"Angkatan di BIFA."

"Hah? Berarti lo udah keterima?"

"Udahlah, kan udah dapet angkatan."

"Kok cepet sih?" tanya (Namakamu) tidak mengerti. "Baru seminggu kan lo di Bali?"

"Kalo daftar di Jakarta. Gue cuma tinggal belajar aja dah yang bener biar ujian lulus terus. Dia sistemnya gugur."

"Demi apa? Jadi nggak lolos ujian langsung didrop out?"

Nadhif mengangguk.

"Kan mahal, Dhif. Delapan ratus juta lebih kan? Nggak kasih kesempatan gitu?"

"Nggak tau dah. Gua aja nggak ngerti."

(Namakamu) mendelik. "Lo di sini sama siapa, Dhif? Kan jauh dari Buleleng."

"Temen gue ada yang tinggal daerah sini, terus gue nginep dulu."

(Namakamu) mengangguk mengerti. "Kita mau kemana sekarang?"

"Jalan-jalan aja. Ke mana ya? Hampir malem sih, Jimbaran mau? Sekalian dinner."

"Tapi gue pake baju casual," ujar (Namakamu) kepada Nadhif.

"Nggak ada undang-undangnya kan?"

"Iya nggak ada sih."

"Yaudah."

Setelah itu Nadhif membawa (Namakamu) jalan-jalan sekaligus makan malam. Ketika (Namakamu) menyalakan ponselnya, ia melihat notifikasi teratas dari instagramnya atas nama Iqbaal.

Iqbaal.e kamu di Bali?

Begitulah kira-kira isi pesan pribadi dari Iqbaal. (Namakamu) jadi bimbang ingin membalasnya atau tidak. Ia merindukan laki-laki itu, tapi otaknya menolak.

Iqbaal.e gimana SNM kamu?

(Namakamu) mencoba untuk tidak membalasnya. Ia memasukan ponselnya ke dalam tas. Dan melihat Nadhif yang memang fokus ke jalanan.

"Dhif, lo keterima SNM?"

"Nggak," ujar Nadhif seraya matanya melirik ke arah spion di sebelah kanannya. Ia mulai memasuki daerah pantai itu.

Setelah berhasil parkir, (Namakamu) serta Nadhif berjalan beriringan menuju restoran yang memang terletak di pinggir pantai. Inilah tempat makan di Jimbaran yang Nadhif maksud, (Namakamu) juga tahu akan tempat ini, dan ia suka, maka dari itu ia setuju untuk diajak ke sini. Ketika mereka sudah duduk dan memesan makanan. Tiba-tiba saja ada telpon masuk dari Steffi. (Namakamu) menaikan sebelah alisnya dan tetap mengangkat panggilan telpon itu.

"Ha--"

'(Namakamu)!!'

(Namakamu) terkejut dan menjauhkan ponselnya. Nadhif yang melihat itu bertanya. "Kenapa?"

Yang ditanya hanya menggelengkan kepalanya. "Nggak papa."

Nadhif tetap memperhatikan (Namakamu) yang mulai menjawab telponnya.

"Apasih?!"

'Lo harus tau!'

"Apaan?!"

'IQBAAL NGECHAT GUE!"

"Hah? Ngechat apa?"

'Jadi tuh daftar anak-anak yang dapet SNM dibuat list gitu, terus ada di grup. Bahkan ada di line today! Terus Iqbaal ngeliat lo keterima Udayana kali, terus dia nanya ke gue, sejak kapan lo milih Udayana? Ya gue jawab lo nanya (Namakamu)nya langsung aja.'

"Oh gitu doang?"

'GITU DOANG?! GUE PANIK! TAKUT SALAH NGOMONG!'

"Yaudah kan itu nggak salah ngomong." Tiba-tiba pelayan yang mengantar makanan pesanan mereka datang. "Udah ya, gue mau makan."

'Kampret!'

(Namakamu) tertawa kecil dan lansung memutuskan sambungan telponnya. Lalu ia menggerakan jari-jarinya di atas layar.

(Namakamu) Idrish: Nanti kita ke Bali bareng aja deh, pas abis prom tuh. Tanggal 1 nya gimana? Krcuali Salsha yang nyusul

Tidak berapa lama, teman-temannya itu menyetujui idenya. (Namakamu) akan mengambil beberapa barang penting yang memang masih tertinggal di sana. Semoga saja tidak ada halangan. Lalu ia meletakan ponselnya di atas meja. Lalu tangannya mengambil sendok dan garpu yang tersedia di sisi meja.

"Temen-temen lo?"

(Namakamu) menjentikkan jarinya. "Dapet seratus!" Lalu ia meneguk minumnya sedikit. "Dhif, gue disuruh ngisi acara pas prom masa."

"Yaudah nggak papa. Emang kenapa? Lo mau tampil apa?"

"Gue juga nggak tau. Cuma maksa banget si Dianty nyuruh gue ngisi acara."

Nadhif tertawa. "Nyanyi aja, nanti gue iringin deh sama temen-temen gue."

"Nyanyi apa ya? Yang lagunya slow gitu. Bisa kan?"

"Bisalah. Band gue multitalent."

"Cuih."

Nadhif tertawa disela-sela makannya. "Emang mau nyanyi apa?"

"Gue lagi suka lagunya Little mix sih yang Good Enough." (Namakamu) menyuapkan nasi ke dalam mulutnya.

Nadhif mengangguk. "Boleh, nanti gue coba. Kita latihan aja. Kapan mau balik ke Jakarta?"

"Tanggal dua puluh aja kali ya? Tiga hari lagi. Biar bisa prepare."

"Yaudah bareng aja sama gue."

"Barang-barang lo kan di Buleleng?"

"Ya tinggal ambil."

"Mau gue temenin ke Buleleng nggak?"

"Boleh kalo maksa."

"Kampret. Pergi lo sana."

"Kalo gue pergi, lo yang bayar ya?"

"Bilangnya mau traktir gue!"

"Ya gue diusir!"

"Ya usir balik!"

"Yaudah sana!"

"Tolol."

Nadhif tertawa dan mengacak-acak rambut (Namakamu) gemas. Jangan sampai perasaannya kembali lagi. Meskipun getaran ini masih ada.

-To be continue-

Gue masa sukanya sama Nadhif wkwkwkkw:( Bener-bener mau tamat. prepare buat say good bye to Good Enough guys

-Nana.

Good Enough (Completed)Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora