Chapter 3

1.1K 125 6
                                    

Menghargai perasaaan orang lain itu penting.

oOo

Saat ini, Iqbaal sedang duduk di depan meja makan milik (Namakamu). Ia memperhatikan kekasihnya itu yang sedang membuat menu sarapan untuk mereka. Tak jarang Iqbaal yang membuatkan sarapan untuk mereka. Namun hari ini, Iqbaal tidak ingin mengalihkan pandangan dari kekasihnya itu barang sedetikpun.

"Mau makan di sini atau di sekolah?" tanya gadis itu tanpa melihat ke arah Iqbaal. Tangan lentiknya sedang membuka oven dan mengaturnya.

"Di mobil."

"Tapi ini harus pake sendok, Baal. Gimana kamu makannya? Kan lagi nyetir. Jangan aneh-aneh deh." (Namakamu) membuka celemek dan menggantungnya di gantungan yang telah disediakan di dapur.

"Ya disuapin," jawab Iqbaal yang matanya masih memperhatikan (Namakamu) yang sedang duduk.

"Lagian tumben banget minta dimasakin itu sama aku. Biasanya juga masak sendiri."

"Lagi pengen."

"Apaan sih? Sok ganteng banget lo jawabnya singkat-singkat."

Iqbaal tertawa, tangannya ingin meraih jemari gadis itu, namun tidak bisa karena oven berdenting, dan membuat (Namakamu) langsung berdiri.

"Emang ganteng kan." Iqbaal membangkitkan dirinya dan langsung menghampiri (Namakamu).

(Namakamu) memutar kedua bolamatanya kesal. Gadis itu merasakan ada yang memeluknya dari belakang. Lengan kekar itu melingkar di pinggangnya. "Awas dong Iqbaal udah tau ribet."

"Nggak

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Nggak."

"Aku belum mandi."

"Bodo."

"Aku mau mandi."

"Tinggal mandi."

"Gila kali ya. Awas ah," ujar (Namakamu) seraya melepaskan lingkaran tangan Iqbaal.

Laki-laki itu sudah rapi dengan seragam putih abu-abu yang melekat pada tubuhnya. Berbeda dengan (Namakamu) yang masih menggunakan piyama.

Tadi, Iqbaal membangunkannya untuk minta di buatkan sarapan yang ia mau.

Kentang yang tidak di kupas, namun dibelah dua dengan sisi satunya lebih banyak, dan isinya di keruk sedikit. Lalu dimasukan daging asap, keju, telur. Di tambahkan lada dan garam secukupnya. Lalu di oven.

(Namakamu) membuatnya agak banyak karena laki-laki itu yang meminta.

Iqbaal memasukannya di tempat bekal seraya menunggu (Namakamu) yang sedang mandi.

Lalu setelah selesai, kakinya melangkah kek kamar gadis itu untuk merebahkan dirinya serta menontin siaran televisi. Sesekali tangannya bergerak di atas layar ponselnya untuk membalas pesan dari teman-temannya.

Good Enough (Completed)Where stories live. Discover now