Eps 6

18 5 0
                                    

*Sebelumnya*

"Makasih, yuk jalan, gue buru-buru,"ucap Ara sambil memalingkan mukanya.

"Ok," balas Rega lalu menjalankan motornya keluar dari halaman sekolah.

"Igh-kok Rega malah pilih cewek songong itu sih,"ucap Raya kesal.

Raihan menatap jijik Raya. "Mangkanya jadi cewek jangan menor-menor! Bukan selera Rega banget!"

"Enak aja lo bilang gue menor, cewek emang gini kali!" balas Raya kesal sambil mengaca melihat mukanya di kamera ponselnya

"serah situ lah! Bye gua mau pulang!"ucap Raihan sambil menaiki motornya dan langsung bergegas pulang.

"Cih! Awas lo Ra!! Gue gak akan tinggal diam!!" tukas Raya sembari mengalungkan kedua lengannya didadanya, lalu berlekas pergi.

~~~

Raya PoV

"Apapun caranya, gue harus narik perhatian Rega," batinku sambil membereskan buku-buku kembali ke tas. Sudah waktunya pulang lagi.

Sudah beberapa hari sejak Rega mengajak pulang Ara, gue belum sempat deketin Rega lagi. Udah ratusan hari gue nyoba deketin Rega, eh tuh cewek cuma modal cuek bisa narik perhatian Rega. Apa gue harus cuek juga ya?

TAK!

Dari belakang, seseorang nepuk pundak gue. Lagi-lagi ekspektasinya pupus. Bukan Rega ataupun Raga yang nepuk, tapi malah si Raihan yang suka petakilan. Senyumnya yang meringis membuatku kesal.

"Apaan sih ngagetin ae lo!?" sahut gue, sambil menyingkir dari tangannya.

Bukannya minta maaf, Raihan justru ngomong, "Wah wah, mak lampir udah mulai marah-marah nih."

Tanpa basa-basi, gue ambil kerah bajunya dan berkata, "Lo bisa gak sih gak gangguin gue seharii aja? Bikin gue bete tahu gak."

Tanpa menjawab, Raihan segera mengangguk dan mengkode pada gue. Melirik ke kerumunan yang menatap kami.

"Ck- Sudahlah! Gue mau pulang!!" balas gue sembari melepas kerahnya dan berlalu.

"Eh-tung-"

"Gak usah main tunggu-tungguan. Kalau lo ada yang pengin diomongin, omongin aja sekarang. Sambil jalan aja," tambah gue.

"Ya udah deh, sekalian ke warung itu dulu ya?" tawar Raihan sambil menunjuk warung Nasi Padang didekat gerbang sekolah.

"Cus aja gue mah, mendadak laper juga," tukas gue.

Beberapa saat kemudian,

SLURRPP...

GRAWRGG!!! gema suara gelegekkan Raihan dengan keras.

"Iewh!! Kalau sendawa ditutup dong mulutnya! Jijik tau gak!!" kata gue sambil menutup hidung. Astagaa, baunya _naudzubillah min dzalik_. Bisa muntah gue lama-lama nyium bau mulut si bolot Raihan ini.

"Lagian kenapa sih!? Tiba-tiba malah minta traktir, nyebelin tahu gak!?" tambah gue kesal karena ternyata Raihan gak bawa duit.

"Gue ada cara biar lo bisa deketin Rega," kata Raihan dengan santainya.

"Hah!? Beneran?" tanyaku tertegun.

"Anggep aja ini modal buat gue kasih tahu caranya. Tapi lo kudu ngikutin dan dengerin rencana gue dengan jelas, Ok?" kata Raihan sambil mengedipkan matanya.

Seketika ni badan menggigil tujuh turunan. Mending ditolak ama Rega daripada digoda ama ni bolot. Eh amit-amit cabang bayi, jangan sampai ditolak Rega.

AragaWhere stories live. Discover now