Eps 1

54 15 3
                                    

Ara kecil bersembunyi di belakang sofa. Sesekali ia mengintip kedua orang tuanya yang tengah beradu argumen.

"Pokoknya aku gak mau anak kecil itu tinggal disini!" sahut seorang pria dewasa.

"Mas dia juga anak kamu, dia berhak tinggal di sini," balas wanita disampingnya.

"Anak kamu! Bukan anak aku!" Rean membantah ucapan istrinya.

"Aku gak mau tahu besok anak itu udah pergi dari rumah ini!" sambungnya lagi sambil berlalu menaiki tangga tetapi langkahnya terhenti kala istrinya kembali bersuara.

"Kalo kamu gak boleh mengizinkan Ara tinggal di sini. Aku bakal pergi sama Ara," ujar Riri menatap punggung suaminya itu.

"Lakukan aja! Berarti kamu pengen melihat anak kamu itu aku siksa!!" tunjuk Rean ke arah Ara yang tengah bersembunyi di belakang sofa.

Sontak Ara yang ketahuan Papa nya itu terkejut. Kemudian berangsut semakin bersembunyi di balik sofa. Ia takut Papa nya kembali berlaku kasar.

"Mas dia itu sama aja anak kamu! DARAH DAGING KITA!"

"Aku gak habis pikir sama kamu. Dimana hati nurani kamu mas! Kamu mau menelantarkan anak kamu sendiri!!"

"Tapi di mata saya dia bukan anak saya! " ujar Rean. Nada bicaranya terdengar rendah tapi menusuk.

Ara yang masih mendengar ucapan Papa nya itu mencoba menahan air mata yang siap luncur kapan saja.

Dia masih kecil. Tetapi, pikiran nya seperti orang dewasa. Ia akan cepat mengerti apa yang di bicarakan orang dewasa. Seperti sekarang ia mendengar ucapan Papa nya.

"Tega kamu mas! Apa kata orang
seorang pengusaha menelantarkan anak nya sendiri "

"Jangan coba-coba untuk mengajari saya! Saya tau apa yang menurut saya benar dan tidak!"

"Dan yang sekarang saya lakukan adalah benar!" lanjut Rean. 

"Menelantarkan anak sendiri kamu bilang benar?! Percuma gelar sarjana mas kalau kamu gak ada otak!" Riri mengusap air matanya.

Ara kecil sudah terisak sedari tadi. Ia sakit hati. Segitu gak mau nya kah, Papa nya mengakui ku sebagai anaknya.

Atau jangan-jangan Ara bukan anak kandung Papa?

Ara kecil mengusap air matanya dengan kasar. Kala terlintas pemikiran tersebut.

Logika saja, apa pantas anak kandung di perlakukan seperti itu?

Biasanya seorang Ayah akan sangat sayang dengan anak nya bukan? Apa lagi ini anak perempuan.

Anak perempuan akan sangat akrab dengan Ayah nya di banding dengan Ibu nya. Dan anak laki-laki akan sangat akrab dengan Ibu nya.

Tapi itu salah! Justru Ara yang selalu di sayang Ibunya. Ibu nya lebih sayang Ara di bandingkan saudaranya yang lain.

Apa salah Ara, sampai-sampai Ayahnya begitu benci.

Apa karena ia terlahir ke dunia? Hei! Tak ada salah nya seorang anak lahir ke Dunia.

Yang salah tuh perbuatan kedua orang tuanya bukan? Anak itu titipan dari Allah yang untuk kita jaga dan rawat.

Jangan malah di siksa bahkan di telantarkan bukan?

"Pokok nya aku gak mau tau, besok anak itu udah gak ada di sini!"

Sudah cukup Ara tak mau mendengarkan omong kosong yang keluar dari mulut Papa nya itu.

Ara berlari keluar rumah dengan air mata yang terus menetes. Ia berlari tak tentu arah tujuan.

AragaWhere stories live. Discover now