4. Maaf

367 104 38
                                    

Memikirkanmu sudah menjadi kebiasaanku, memimpikanmu sudah menjadi canduku, dan mencintaimu adalah konsekuensi yang tak bisa kuhindari.
«««

Ketika Galen melihat Davin yang tidak berbicara, dia menggaruk rambutnya dan untuk sementara waktu dia tidak tahu harus berkata apa pun, dia hanya diam.

Listrik di rumah Nadine padam dan dia tidak bisa tidur.

Tiba-tiba ponsel Nadine berdering. Gizel masih marah dan notifikasi itu dari Gizel.

Gizzy
Kak Davin sombong banget sih! Dia memang cocok dengan sabutan manusia es. Dia nggak tahu cara menghormati orang sama sekali!

Nadine menatap langit-langit tanpa berkedip.

Gizzy
Yah, Nad. Kok nggak di balas sih? Lo mikirin apa?"

Nadine menghela nafas dan mengetik pada layar ponselnya.

Nadine

Gue nggak memikirkan apa pun.

Gizzy
Lo nggak berniat untuk mengejarnya lagi kan?

Nadine mengerutkan bibirnya dan tidak tahu bagaimana menjawab chat Gizel.

Gizel menunggu sebentar dan mengirimkan satu chat lagi.

Gizzy
Kalau gue jadi lo, gue pasti berhenti mengejar dia.

Nadine terdiam kemudian menghela nafas dengan lembut.

Keesokan harinya.

Dalam perjalanan ke kelas, Gizel bertanya kepada Nadine, "Kemarin lo mikirin apa?"

"Kenapa?"

"Davin Adelio Keenan, lo masih suka sama dia?"

Nadine mengerutkan bibir bawahnya tanpa mengatakan sepatah kata pun.

Melihat Nadine tidak berbicara lagi, Gizel menghela nafas, "Gue nggak tahu apa yang aneh. Lo juga menyentuhnya nggak berlebihan."

Begitu kata-kata itu lepas, Gizel melihat ke depan dan melihat wajah yang sudah dikenal.

Nadine juga melihat, "Kak ... Kak Davin nggak ke kelas?"

Davin keluar dari kelas dan memandang Nadine dengan lekat.

Nadine memandangnya, untuk pertama kalinya dia tidak tahu harus berkata apa. Setelah apa yang terjadi tadi malam, keberaniannya tampaknya sedikit berkurang.

Anehnya, Davin tidak segera pergi dan keduanya saling memandang.

Nadine merasa sedikit malu dan membuka mulutnya, "Gue mau ke kelas. Gue pergi dulu."

Setelah mengatakan itu, Nadine berjalan meninggalkan Davin.

Ketika Nadine berjalan, tiba-tiba dia mendengar suara orang yang menyebut namanya. "Nadine."

Nadine terhuyung sesaat, badannya terasa kaku dan berbalik lagi ke Davin.

Davin tiba-tiba menurunkan tas sekolah hitam yang dibawanya di satu bahu, lalu membukanya dan mengeluarkan sekotak susu dari dalam.

Nadine membeku, matanya membulat sempurna.

Davin menyerahkan susunya, "Soal kemarin gue minta maaf."

Kejutan datang terlalu tiba-tiba, ketika Davin memberikan sekotak susu, Nadine merasa otaknya tiba-tiba tidak bisa berfungsi.

DAVIN {Slow Update}Where stories live. Discover now