(20) Help Me

6.4K 191 83
                                    

Jangan lupa vote sama komennya ya I've been working hard to this one :)

***

Angel POV

"Hai, Zayn!" Ucapku ketika memasuki kamar Zayn.

"Hai, Angel!" Sahutnya, ia menoleh padaku dengan keadaan berbaring di tempat tidurnya, mukanya memerah. Zayn juga memakai mantel yang tebal dan selimut yang berlapis-lapis.

Zayn yang malang, ia terkena demam. Aku memegang dahinya untuk mengecek suhu tubuhnya. Panas. Melihat termometer di sampingnya, aku pun mengecek suhu badannya. 37°C. "Kau demam, Zayn. Apa kau sudah makan dan minum obat?"

Pria yang sedang meringkuk di kasurnya menggeleng pelan. Aku melihat obat-obatan di nakas tidak jauh dari kasur Zayn. "Aku akan membuatkanmu makanan, kau beristirahatlah!"

Ia menahan tanganku, "Tidak usah merepotkan dirimu. Aku bisa menyuruh seseorang un--"

"Tidak apa-apa, Zayn. Kau menyuapiku ketika kau di rumah sakit, ingat?"

Aku tersenyum padanya ketika ia melepaskan tangannya. Aku pun turun ke dapur untuk memasakkan cream soup untuk Zayn.

"Kenapa tidak ada pelayan yang merawatmu?" Tanyaku meletakan nampan yang berisi cream soup yang masih panas dan air mineral di meja.

"Aku hanya sakit biasa, akan sembuh setelah beristirahat." Jawabnya yang kini sedang memainkan ponsel pintarnya di atas kasur.

Sambil menunggu panas cream soup-nya menurun, aku menyiapkan air hangat dalam wadah dan handuk kecil untuk mengompresnya.

Duduk di sebelahnya dengan meletakkan wadah berisi air hangat di meja. Aku mengompresnya dengan handuk kecil yang sudah ku bawa membuat Zayn menatapku.

Aku beranjak mengambil cream soup dan kembali duduk di sampingnya. Tak lupa membantunya supaya terduduk. "Kau harus makan, Mr. Malik supaya cepat sembuh!" Ucapku mengarahkan sesendok cream soup ke mulutnya dan ia memakannya.

Zayn tak berhenti menatapku sampai suapan terakhir. "Kenapa kau begitu baik padaku padahal aku berperan dalam penderitaanmu?"

Aku mendengus pelan, sejujurnya aku sudah melupakan semuanya tapi ia malah mengungkitnya. "Aku sudah melupakan hal itu. Dan aku berhutang padamu dan keempat temanmu karena telah membebaskanku dari pekerjaan terkutuk itu," terangku seraya menyimpan mangkuk cream soup yang sudah habis.

"Hanya itu saja?"

Aku menyerjit, lantas apa lagi? Apa yang sebenarnya ada di benaknya?

"Kalian temanku sudah seharusnya aku melakukan yang terbaik untuk kalian."

Tanganku meraih gelas berisi air mineral dan memberikannya pada Zayn. Ia menerimanya dan meminumnya sampai habis. Aku mengambil gelas itu dan kembali meletakkan di atas meja. "Beristirahatlah, Zayn!"

"Temani aku, Angel!" Pintanya dengan suara yang melemah.

"Sure."

Aku bergabung dengan Zayn di tempat tidurnya. Zayn memelukku membuatku merasakan suhu badannya yang tinggi. Aku membalas pelukannya.

Kami berbincang sedikit mengenai keluarga Zayn yang ternyata pria itu mempunyai darah Pakistan dan Inggris. Menceritakan bagaimana masa kecilnya sebagai anak tertampan karena hanya Zayn lah anak lelaki dari keempat bersaudara.

Obat Zayn, aku hampir melupakannya. Aku beranjak secara tiba-tiba membuat Zayn sedikit terlonjak. "Kita hampir melupakan obatmu,"

Mengambil segelas air dan obat lalu memberikannya pada Zayn. Aku memperhatikan Zayn, ia begitu sempurna. Alisnya yang tebal, matanya berwarna coklat dihiasi bulu mata yang panjang dan melengkung ke atas tanpa harus repot-repot menggunakan penjepit bulu mata. Apakah aku baru menyadari bahwa Zayn sangat tampan? Hidungnya yang mancung, rahangnya yang di penuhi bulu-bulu halus yang tipis. Bibirnya yang berwarna merah muda membuatku ingin menciumnya. Sialan, aku ingin menampar pikiran liarku saat ini. Zayn sedang sakit. Astaga.

BADTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang