Tenn mengangguk, mengijinkan keduanya pergi. Tamaki segera menyeret Iori agar mengikutinya sementara Iori yang ditarik mengucapkan terimakasih pada Tenn.

Setelah keduanya pergi, Sakura segera keluar dari tempat persembunyiannya. "Aku masih punya waktu 2 jam..."

Tenn mengangguk mengerti, keduanya berjalan ke ruangan dimana Riku di rawat. Tenn membuka pintu pelan agar tidak menimbulkan bunyi, keduanya masuk dan melihat Riku yang terbaring dengan alat bantu pernafasan yang masih terpasang.

Tenn dan Sakura mendekati Riku, Sakura mendudukkan diri di kursi dan Tenn berdiri di sebelahnya.

"Riku-nii... Ia belum sadar?" tanyanya pada diri sendiri.

Tenn hanya diam menatap kembarannya yang terbaring, ia menyentuh tangan Riku pelan.

Perlahan tapi pasti kelopak mata milik Riku terbuka, menampakkan iris crimson menawannya. Ia menolehkan kepalanya ke arah dua orang itu. "Tenn-nii... Sakura... Kalian di sini?"

Kedua orang itu mengangguk bersamaan. Melihat Riku yang berusaha untuk mendudukkan diri, kedua orang itu membantu Riku duduk. "Maaf merepotkan kalian." Riku berkata lirih. Suaranya teredam alat bantu pernafasan.

Sakura menggeleng, ia mengelus kepala Riku pelan. "Tidak merepotkan, hanya saja jangan memaksakan diri. Kami khawatir."

Riku menunduk.

Tenn hanya diam menatap kembarannya. Memperhatikan Riku yang menunduk dan Sakura yang masih mengelus kepala Riku.

"Bagaimana keadaan Luciu, Sakura?" Ia membuka suara, bertanya pada Sakura yang tengah tersentak.

Sakura tersenyum kecil. Riku mengangkat kepalanya menatap Sakura. "Tidak banyak yang berubah, setidaknya itu info sementara yang ku dapat."

"Kapan?" Riku kali ini bertanya, alat bantu pernafasnnya sudah ia lepas.

"Ma-"

Shiroi tori wa takaku takaku tobi,
Itsu kara ka mienaku natte
Chiheisen no mukou gawa e to

Omongannya terhenti saat suara lagu up to the Nines milik Tenn terdengar. Asalnya dari arah Sakura.

Si kembar menatap Sakura yang mengambil ponsel dari tas kecil yang ia bawa. "Shun?"

Sakura menatap Tenn dan Riku bergantian meminta izin. Keduanya mengangguk.

Sakura mengangkat telefon itu. Ia diam mendengarkan Shun yang mulai mendongeng di seberang sana sesekali mengangguk pelan atau berdecak kesal.

Ia menutup panggilan itu dengan kasar. Menatap bersalah ke arah kembar non identik yang ada di depannya.

"Maaf aku harus pulang sekarang. Si Shun (baca:setan) itu membuat masalah , aku harus membereskannya." Sakura menunduk.

"Tidak apa. Aku sudah baikan 'kan." Riku tersenyum menenangkan dan Tenn mengangguk sambil tersenyum.

"Terima kasih! Aku pulang duluan! Aku harus memberi Shun pelajaran agar tau aturan! Jangan lupa rapat  minggu depan!"

Dalam sekejab Sakura sudah keluar dari ruangan itu, meninggalkan dua orang dengan rambut beda warna itu.

Tenn mendudukkan dirinya di kursi yang ada di sebelah ranjang pasien. "Kau yakin sudah baik-baik saja? Sudah bisa bernafas dengan normal?" Ia bertanya beruntun.

Riku mengangguk dengan semangat. "Tenn-nii sudah pulang? Aku kira baru pulang besok." Ia meletakkan alat bantu pernafasnnya di nakas  samping ranjang.

Tenn menatap Riku datar lalu memalingkan wajahnya. "Bagus. Dua adikku tidak tau kapan aku pulang. Aku pulang kemarin di kira besok." Ia bergumam sebal.

[Fanfiction] Futago no Ōji-sama Where stories live. Discover now