Tentang Rasa.

4.1K 175 8
                                    

[ original BGM; January 5th - Smyang ]

Seoul, Mei 2020

Tetes hujan diluar sana saling berebut jatuh tanpa henti sejak pukul dua dini hari. Tak begitu menimbulkan efek dingin, hanya meninggalkan bau padu antar tanah dan air. Sesekali terdengar bunyi gemuruh namun tak membuat beberapa pemilik rumah terbangun karena terganggu. Pada saat yang bersamaan, aku terbangun untuk mengecek keadaan diluar melalui kaca besar di kamar ini.

Hujan, namun terang.

Sepi, namun tidak dengan isi kepalaku.

Mereka tetap riuh, saling berteriak, berebut memunculkan keping memori, hingga tanpa sadar aku terlalu lama terpaku dihadapan kaca besar ini. Lama, selama aku terlambat mencintai sosok yang belum sempat ku panggil namanya. Ah, tidak. Bahkan sampai saat ini, menyebut namanya serasa banyak kawat berduri di tenggorokan. Pun, yang bersangkutan telah memberikan segala bentuk maaf dan tetap memberikan rasa sayang, tanpa henti.

Berbalik menuju satu-satunya tempat tidur di kamar ini, langkah kaki ku terhenti menatap sosok indah yang masih dengan tenang berada dalam mimpi, tak terganggu. Ku berikan usapan dikepala sembari membenarkan selimut yang hampir jauh dari tubuhnya. Lihat, bahkan ia tak sedikit pun terganggu dengan hal yang ku lakukan. Dasar bayi besar, pikirku.

Memilih untuk duduk bersandar pada kepala tempat tidur, aku menggenggam ponsel pintar ditemani lagu dari aplikasi musik yang saat ini memutarkan satu lagu berjudul Seoul. Aku tak menyangka bahwa Namjoon bisa melakukan semuanya dengan terlampau baik, setidaknya itu yang ingin aku ucapkan. Lelaki dengan perawakan tinggi besar itu, yang lebih muda 2 tahun dariku, yang mendedikasikan hidupnya untuk menghasilkan lirik dengan irama yang indah, iya yang itu.

Lelaki yang selalu tersipu setiap kali menerima deret kalimat berisi pujian dari berbagai sisi, lesung pipi yang selalu menjadi incaran, iya, yang itu.

Kim Namjoon.

"Hyung, sudah hampir empat puluh hari semenjak kejadian itu. Apa hyung benar-benar tidak mau berbicara padaku?", ucapnya di koridor menuju ruang latihan beberapa pekan lalu. Namun aku terlampau egois, memilih acuh dan tak menggubris.

Berdiam pada 3 menit yang menyakitkan..

"Oke, hyung. Aku minta maaf. Aku tidak akan menanyakan hal itu lagi padamu. Mari latihan dengan baik".

Kenapa? Dia terlalu baik. Klasik. Aku hanya mampu tersenyum secara pahit.

Jam berlalu hingga pukul empat dini hari, hujan diluar semakin mereda. Seberapa banyak waktu yang kugunakan untuk meratapi rasa bersalah. Sampai aku tak menyadari, dia terbangun.

"Hei, kenapa bangun? Ini masih pukul empat pagi. Masih ada banyak waktu untuk kau bisa beristirahat" ucapku ketika sadar ada yang berpindah dari posisi tidurnya. Dia berguling memindahkan letak kepalanya diatas paha ku, sembari tangannya memeluk pinggul ku, lucu sekali.

"Tidur ku tak tenang, ternyata kekasihku terbangun. Pantas ada yang kurang" ucapnya dengan mata yang berusaha terbuka sedikit

"Suaramu saja separau itu, tidur lagi saja," balasku kemudian.

"Hm, tapi aku butuh pelukan ditengah sisa hujan. Atau aku tidak akan kembali tidur," balasnya dengan mata yang kini benar-benar terbuka.

"Ah, dasar. Kau ini umur berapa, ingat? Masih saja bersikap seperti ini"

Satu ciuman tepat di bibir ia curi dariku.

"Cerewet sekali, memangnya tidak boleh bersikap demikian pada kekasihku sendiri?"

YOUR(S) [ NAMJIN ] ✔Where stories live. Discover now