BUMI TERBENTUK

2.2K 410 10
                                    

(*) Bumi terbentuk sekitar 4,54 miliar (4,54×109) tahun yang lalu melalui akresi dari nebula matahari. Pelepasan gas vulkanik diduga menciptakan atmosfer tua yang nyaris tidak beroksigen dan beracun bagi manusia dan sebagian besar makhluk hidup masa kini. Sebagian besar permukaan Bumi meleleh karena vulkanisme ekstrem dan sering bertabrakan dengan benda angkasa lain. Sebuah tabrakan besar diduga menyebabkan kemiringan sumbu Bumi dan menghasilkan Bulan. Seiring waktu, Bumi mendingin dan membentuk kerak padat dan memungkinkan cairan tercipta di permukaannya. Bentuk kehidupan pertama muncul antara 2,8 dan 2,5 miliar tahun yang lalu. Proses tektonik lempeng memainkan peran penting dalam pembentukan lautan dan benua di Bumi, termasuk kehidupan di dalamnya. Biosfer memiliki dampak besar terhadap atmosfer dan kondisi abiotik lainnya di planet ini, seperti pembentukan lapisan ozon, proliferasi oksigen, dan penciptaan tanah. Usia Bumi ditaksir sepertiganya usia alam semesta. Sejumlah perubahan biologis dan geologis besar telah terjadi sepanjang rentang waktu tersebut.

Semua teori awal mula kelahiran Bumi, bukan hanya tentang ilmu pengetahuan, tapi juga tentangNYA si pemegang roda kehidupan. Semua kejadian menakjubkan tak bisa lepas dariNYA yang memiliki kuasa atas segala ketidakmungkinan. Bagaimana manusia yang terbentuk dari tulang dibalut kulit dan daging, ditiupkan ruh serta akal pikiran, bisa memiliki kesewenangan terhadap bumi yang kelahirannya untuk memberi kesempatan kedua manusia dari teguran yang diberikan kepada Adam dan Hawa nenek moyang seluruh umat manusia.

Jalanan selalu padat dengan kendaraan, di siang yang terik ditambah polusi udara, debu melayang-layang membuat jalanan terlihat semerawut oleh kemacetan dan bising bunyi klakson yang dibunyikan.

"Kamu, mau membawaku ke mana?"

Asteroid bertanya, jenuh saja rasanya sudah beberapa jam, mereka hanya diam dengan pikirannya sendiri-sendiri.

"Nanti kamu akan tahu jika sudah sampai."

Asteroid memalingkan wajah ke kaca jendela mobil, memperhatikan sebagian aktivitas manusia untuk menyambung hidupnya. Jalanan berubah berkelok, sejuk sejauh mata memandang oleh hamparan kebun dan pepohonan. Mobil yang dilajukan Bumi berhenti di area luas tanah.

"Turunlah!."

Asteroid turun, melihat sebuah bukit berdiri gagah di hadapannya.

"Kamu ingin mendorongku ke jurang bukit ini?" tanya Aster kepada Bumi yang sedang membeli tiket masuk.

Bumi berjalan menaiki bukit ini dalam diam, Aster mengikutinya dari belakang. Hari sudah sore saat mereka beranjak naik, tidak begitu banyak pengunjung karena ini bukan hari libur. Aster mulai merasakan lelah karena jalanan menanjak. Bumi menggenggam satu tangan Aster menuntunnya berjalan.

"Sekarang aku sedang dalam keadaan lelah, bisa kamu mendorongku ke pinggir sana. Sepertinya lumayan dalam."

"Meniadakan dirimu sama saja membuatku sengsara."

"Ini melelahkan Bumi! sebenarnya untuk apa kamu membawaku ke sini!?

"Saya hanya ingin leluasa melihat Asteroid dalam jarak dekat tanpa sekat. Tanpa ketakutan yang begitu banyak."

"Maksudmu?"

"Bisa, tidak menjadi keras kepala terhadap Gautama, ini demi kebaikanmu."

"Kebaikanku? Kebaikanku yang mana?"

"Ini proyek pertama saat aku menanggalkan mimpi-mimpiku. Seluruh yang dirasa mampu, aku kerahkan untuk semua ini. Aku bukan hanya sedang mencari keuntungan, tapi memperlihatkan pemanfaatan alam untuk manusia bisa dilakukan, asal kita taat aturan."

Mereka kini sudah sampai di atas bukit, angin dingin membuat peluh mereka kering tanpa dibasuh. Mereka duduk di salah satu saung pedagang yang menghadap tepat ke arah pegunungan yang megah. Gemerisik suara dedaunan membuat pikiran mereka sedikit santai.

ASTEROIDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang