CHAPTER 1

101 56 29
                                    

Selalu meng korbankan tanpa tau rasa di korbankan.
-DEVINA.

*****

Hari minggu adalah hari yang paling di nantikan oleh kaum pelajar. Alasan nya kata nya mereka bisa bangun lebih siang dari biasa nya.

Namun berbeda dengan gadis satu ini. Sekarang ia sedang sibuk mencuci baju keluarga nya.

1Minggu ini bi ijah pulang kampung maka dari itu semua tugas rumah Devina yang menanggung nya.

"Akhirnya selesai juga" Ucap Devina sembari menyeka keringat nya yang membanjiri dahi nya.

Devina beranjak pergi keluar belakang rumah sambil membawa kerinjing cucian yang sudah di cuci bersih Untuk menjemur nya.

"Devina!!!!!" Teriak Ricard memanggil nya.

Tak mendengar suara jawaban dari anak nya,langsung saja Ricard mencari keberadaan putri nya itu.

"Di panggilin kok diam aja! Dasar gk sopan sama orang tua!"

"Ada apa pa?" Tanya Devina.

"Kenapa rumah belum di pel? Dari tadi ngapain aja kamu?!" Murka Ricard.

Devina hanya menghela nafas
Baru saja ia selesai membereskan cucian nya dan sekarang ia harus mengepel rumah nya?.

Lalu bagaimana dengan sabrina kembaran nya itu? Yang sedari tadi asik tidur.

Sabrina Suarez adalah nama kembaran nya itu.
Memiliki sifat bertolak belakang dengan Devina.

Membuat nya harus selalu mengalah.

Tak mau menunggu lama
Langsung saja Devina mengambil alat pel dan langsung mengepel nya.

Lantai bawah sudah ia pel dan sekarang giliran lantai 2.

"Huh" Devina menghela nafas nya. Badan nya terasa sangat pegal.

Saat ia sedang mengepel tiba tiba saja.

Bruk!!

"Aduh!! Hiks hiks" Sabrina terjatuh dan menangis.

Langsung saja Devina mendekati sabrina dan menenangkan nya.

"Lo kalo gk bisa ngepel gk ush ngepel deh!! Jadi nya gw kan yang jatuh! Hiks papa!!!" Omel Sabrina sambil meneriaki papa nya.

Tak perlu menunggu lama Ricard pun datang dan langsung menghampiri mereka.

"Ada apa ini? Kamu kenapa Sabrina?" Tanya Ricard panik sambil melangkah menghampiri Sabrina.

"Papa!!! Hiks sakit!!" Adu Sabrina.

Dan langsung saja Ricard memeluk Sabrina dan menenangkan nya.

Di lepasnya pelukan itu dan langsung saja Ricard mengomeli Devina.

"Kamu sengaja?! Mau buat Sabrina celaka?!" Tanya Ricard murka.

"Aku gk tau kalo dia bakal jatuh" Ucap Devina tenang.

"Awas aja kalo Sampai sabrina kenapa napa!" Ancam Ricard.

Sambil menggendong sabrina untuk ke dalam kamar nya
Lalu di panggilkan Dokter.

*****

Devina merebahkan tubuh nya di kasur milik nya. Badan nya sudah terasa ingin retak saja.

Tanpa sengaja Ia menatap bingkai foto yang tertera di dindingnya.

Devina bangun dari posisi sebelum nya lalu berdiri ke arah bingkai foto tersebut.
Diambil nya bingkai itu dan di tatap nya dengan penuh rindu.

"Mama gimana kabar nya? Baik kan?" Ucap Devina lirih sambil mengusap bingkai foto tersebut.

Ia sangat mengingat bagaimana Peduli nya sosok Diana ibu nya kepada Devina.

Dulu Diana selalu saja menemani nya saat SSB. Saat hari kemenangan pun Diana selalu menyempatkan datang untuk memberi rasa terimakasi atas apa yang telah Devina beri untuk nya.

"Jika kamu dewasa nanti kamu harus tumbuh menjadi seorang gadis yang kuat"

"Tak perlu menjadi orang lain untuk terlihat baik.
Cukup jadi diri kamu sendiri"

"Tunjukan semua yang kamu punya dengan tindakan bukan ucapan"

"Mama akan selalu mendoakan kamu sayang..semoga tuhan selalu memberkati"

"Umur kamu sekarang 14 tahun
Kamu sudah seharus nya
mengerti bagaimana siklus Hidup"

Memori kenangan bersama Diana sangat tersimpan jelas.
Tidak ada yang hilang atau pun lupa.

Ucapan Diana sangat terngiang ngiang di Otak Devina. Membuat Devina sulit melupakan nya dan membuat Rindu nya semakin kuat.

"Di sini aku baik kok ma" Ucap Devina sambil memeluk dan memejamkan mata nya.

*****

Devina tak merasa bahwa ia tertidur. Tidur nya sangat pulas
Tak ada yang membangunkan nya.

waktu menunjukan pukul 19.00
Dan sekarang ia belum Mandi dan makan malam.

Langsung saja Devina menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuh nya itu dengan cepat.

Setelah selesai membersihkan tubuh nya Devina langsung saja ke bawah menuju meja makan
Untuk makan malam.

Sedari tadi pagi perut nya sama sekali belum terisi.

Namun niat nya terurungkan ketika melihat Papa nya dan Sabrina sedang asyik makan berdua tanpa mau di ganggu.

Bahkan untuk mengajak Devina makan malam saja tidak pernah.
Sabrina lah yang di prioritaskan.

Dengan rasa lapar yang hebat
Devina menahan nya sekuat tenaga yang ia punya.
Devina langsung kembali ke kamar nya lalu meminum sisa air putih yang ada di nakas nya.

Semoga dengan meminum air putih,lapar nya sedikit berkurang
Itulah yang Vina harapkan
meski hasil nya berbanding terbalik.

Tanpa menghiraukan rasa lapar nya itu Devina duduk di meja belajar dan mulai mempelajari pelajaran yang telah di sampaikan oleh para guru di sekolah nya.

Meski merasa lelah dengan semua nya semoga ini bisa membuat papa nya sadar bahwa Bukan cuma Sabrina yang selalu ia pandang baik.

di sisi lain ada Devina yang sedang berusaha meyakinkan bahwa Devina bisa menjadi seorang Gadis yang di idamkan oleh papa nya yaitu Menjadi seorang gadis pintar dan cerdas.

Meski selalu di anggap bayang bayang. Percayalah bahwa Usaha tidak akan mengkhianati hasil.

*****

#ENJOY
#VOTMEN

INI CERITA PERTAMAKU MASIH BANYAK YANG HARUS DI PERBAIKI. SANGAT JAUH DARI KATA SEMPURNA.

MOHON MAAF JIKA ADA KESALAHAN DALAM PENULISAN🙏

KERITIK DAN SARAN DARI KALIAN SANGAT AKU BUTUHKAN🙏🙆

JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK!! BIAR AUTHOR MAKIN SEMANGAT BUAT LANJUT!!

02,07,20

ALONETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang