Kepingan hati🌻

70.6K 5.4K 357
                                    

Jika aku bukan pemilik hatimu, jadikan aku pemilik surgamu.

🌻🌻🌻

Ini flashback

Gadis yang memakai baju putih abu-abu masuk ke dalam rumahnya. Hari ini, adalah hari pelulusan.

"Bunda! Awa lulus dengan nilai yang memuaskan." Zahwa berteriak saat memasuki rumah.

Zahwa mencari-cari keberadaan ibunya untuk memberi tahu bahwa ia lulus dengan nilai tertinggi di kelas. Kaki yang masih dibalut kaus kaki itu berjalan menuju kamar ibunya.

Tangannya terulur untuk membuka kenop pintu. Zahwa membukanya dengan pelan....

"Tapi apa Zahwa mau menikah diumur yang masih muda?"

Zahwa mematung dengan ucapan sang ibu yang membawa namanya. Apa katanya? Menikah?

"Abi yakin, mereka akan hidup bahagia. Raka akan membimbing Zahwa, dan menjaga putri kita,"

Zahwa terdiam. Bibirnya menyinggungkan senyuman indah, Raka? Apa lelaki itu adalah ketua OSIS yang pernah menghukumnya dulu?

Saat dirinya pertama kali masuk SMA, dia sudah terpikat dengan lelaki yang selalu dingin dalam berbicara, dan menjaga pandangannya. Raka, si ketua OSIS.

Zahwa langsung menutup kembali pintu kamar ibunya dan berlari menuju kamarnya.

"Apa Raka Sanjaya? Kalo iya, Awa gak akan pernah nolak." ucap Zahwa sambil merebahkan diri dan menatap langit-langit kamarnya.

Zahwa menatap rapot miliknya. Tangannya terulur untuk mengambil benda kotak itu dan membacanya.

"Tapi, Awa mau kuliah. Eh, kan kalo udah menikah juga bisa kuliah kan?"

Zahwa bangun dari tidurnya, di otaknya terbayang wajah Raka saat meminta dirinya menatap tiang bendera karena telat saat pertama MOS dulu.

"Astagfirullah, Zahwa! Kamu gak boleh mikirin seseorang yang bukan makhram kamu." ucap Zahwa sambil memukul kepalanya pelan.

Tok tok tok.

Ketukan pintu membuat lamunan Zahwa buyar, dia langsung membuka pintu dan tersenyum melihat siapa yang berdiri di depan kamarnya.

"Assalamualaikum anak Abi,"

Zahwa tersenyum lalu membuka pintu dengan lebar agar ayahnya masuk.

"Waalaikumsalam abi," ucap Zahwa dengan senyuman manisnya.

Zahwa menarik tangan ayahnya untuk memberi tahu tentang rapotnya.

"Abi tahu, Awa lulus dengan nilai tertinggi di kelas," ucap Zahaa sambil menyodorkan rapot Kepada ayahnya.

"Coba abi lihat,"

Ayahnya membuka rapot itu dengan senyuman bahagia saat melihat angka yang berjejer rapih dan nyaris sama. Nilai Zahwa selalu sempurna, bahkan nilai paling kecil adalah 96.

"Subhanallah. Hebat ya anak abi," ucap Ayahnya sambil mengusap lembut kepalanya.

"Zahwa ingin kuliah," ucap Zahwa membuat raut wajah ayahnya menjadi murung.

Untukmu, Syurgaku [END]✓Where stories live. Discover now