Bulan madu?🌻

51.5K 6.7K 2.2K
                                    

Aku hanya bisa berdoa dan bersujud.

🌻🌻🌻

"Bang pulang?"

Zahwa langsung berlari menghampiri Raka yang datang. Zahwa langsung mencium punggung tangan Raka.

"Makan malam di sini gak?" Tanya Zahwa tersenyum.

"Saya pulang cuma sebentar," ucap Raka dingin.

"Ada pekerjaan lagi?" Tanya Zahwa di depan pintu kamar.

"Saya mau bulan madu bersama Maira," ucap Raka sambil menarik koper.

Zahwa termenung menatap Raka. Bulan madu? Raka tak pernah mengajaknya jalan-jalan berdua.

"Abang gak pernah tuh ajak aku jalan-jalan," ucap Zahwa pelan sambil menunduk.

"Kamu seharusnya sadar diri Zahwa. Jika hari itu kamu menolak pernikahan ini, takdirmu tak akan seburuk ini," ucap Raka tajam. "Seharusnya kamu bersyukur, kamu masih bisa dinikahi lelaki seperti ku, yang mau menerima wanita mandul seperti kamu!" Lanjut Raka membuat air mata Zahwa lagi-lagi jatuh.

Raka melewati Zahwa yang masih menangis. Sakit rasanya, jika Zahwa menangis Raka tak pernah mengusap bahunya untuk meredakan tangisnya.

"Bang," panggil Zahwa membuat Raka menghentikan langkahnya.

"Apa lagi?" Tanya Raka menolehkan kepalanya.

"Abang selalu buat Awa menangis, Abang selalu buat Awa sakit, Abang gak pernah kasih aku perhatian. Tapi, kenapa Awa gak bisa benci Abang?" Tanya Zahwa membuat Raka diam.

Raka meletakan koper lalu berjalan menghampiri Zahwa.

Raka membungkukkan sedikit tubuhnya lalu berbisik tepat di telinga Zahwa.

"Tujuan saya memang membuat kamu membenci saya Zahwa," ucap Raka lalu pergi meninggalkan Zahwa.

Sesak, sakit, dan lelah itu yang dirasakan Zahwa. Matanya yang setiap hari basah menginginkan Raka. Hatinya yang setiap hari terluka mengharapkan sedikit cinta Raka untuknya.

Raka adalah seorang Jaksa yang bertugas memberi keadilan untuk negaranya. Tapi, Raka tak bisa memberikan keadilan untuk rumah tangganya.

Jadi lebih baik menjadi yang kedua namun diutamakan, atau menjadi yang pertama namun disia-siakan?

Zahwa berlari turun untuk menemui Raka.

Zahwa terlambat, Raka sudah meninggalkan pekarangan rumah dengan kecepatan tinggi.

"Kenapa Zahwa cinta banget sama Abang?" Tanya Zahwa pada dirinya sendiri.

Zahwa mengusap air matanya yang menetes, matanya nampak bengkak. Semalaman Zahwa menangis meratapi rumah tangganya yang jauh dari ekspektasi yang ia harapkan.

Jika bukan karena sabar, Zahwa tak mungkin mempertahankan rumah tangga yang tak pernah dianggap ini. Dan jika bukan karena cinta dirinya kepada Allah, tak mungkin Zahwa menerima rasa sakit yang bertubi-tubi.

Zahwa berjalan ke meja makan, rumahnya memang besar tapi Zahwa hanya tinggal berdua dengan Raka di sini. Ralat, mungkin sekarang Raka akan lebih sering pulang ke rumah istri barunya.

Untukmu, Syurgaku [END]✓Where stories live. Discover now