Pahamilah

59 11 4
                                    

Cobalah untuk bisa memahami, karena setiap orang itu berbeda.

•••

"Memahami hati kala risau, bukanlah suatu hal yang mudah. Kadang perbuatan bisa saja berlaku salah di mata orang lain, di mana mereka hanya melihat apa yang mereka lihat dan tidak melihat pada sisi kenyataannya."

_Zyarika Putri Anandita_

_____🍁🍁🍁_____

"Adrian!" Teriakan yang mampu membuat tubuhnya bangun seketika, membuatnya kini mulai melihat pada keadaan sekitar, berharap dia dapat  menemukan seseorang yang dicarinya saat itu, seseorang yang ingin sekali dia peluk sekarang juga. Tanpa disadari keringat dingin membasahi seluruh wajahnya, seakan dia tengah merasa ketakutan dan sudah mimpi buruk.

"Zya, Zya alhamdulilah Nak. Kamu sudah bangun, Sayang," ucap wanita paruh baya yang tengah duduk di samping Zya, dengan raut wajah khawatirnya karena melihat putri semata wayangnya terbaring lemas tidak sadarkan diri.

"Bunda! Bunda. Mana Adrian? Di mana dia? Adrian kenapa nggak ada? Kenapa aku bisa ada di sini?" Layaknya orang frustasi, pertanyaan bertubi-tubi itu keluar begitu saja, sehingga membuat wanita paruh baya yang ada di sampingnya berkaca-kaca karena prihatin melihat kondisi putrinya. Hal itu membuat kedua gadis yang ada di hadapan Zya melangkah untuk mendekat dan menenangkan Zya.

"Zya, kamu tenang dulu ya, Adrian butuh waktu untuk sendiri dulu, nanti juga dia akan ke sini ko, dia akan ke sini melihat keadaan kamu," ucap Shanaya, dengan penuh pengertian Shanaya mengucapkannya sambil mengelus pundak Zya, dan Misya yang segera mungkin untuk menghapus air mata yang turun begitu saja di pipinya Zya.

"T--tapi, tapi aku harus segera menjelaskan semuanya pada Adrian. Aku memang telah melakukan kesalahan, tapi sungguh, aku lepas kendali saat itu. Aku ingin meminta maaf padanya, saat ini juga!" tegas Zya segera berusaha berdiri dengan membuka selimutnya dan menepis tangan Shanaya yang tengah mengelus pundaknya, dan segera menepiskan tangan Misya juga yang tengah menghapus air mata di pipinya. Dengan langkah berat karena rasa pening di kepalanya, Zya segera pergi dari kamarnya, dia tidak mendengarkan teriakan atau cegahan dari Bunda-nya, terlebih cegahan dari Misya dan Shanaya, hal tersebutlah yang membuat ketiganya khawatir akan kondisi Zya bila Zya memaksakan keadaannya.

"Zya tunggu, Zya," teriak Bundanya, Misya, dan Shanaya. Dengan segera mungkin Bunda dan Shanaya berusaha untuk menahan Zya agar tidak keluar dari kamarnya, dan Misya dengan segera mungkin juga dia berinisiatif mencari sesuatu barang yang sepertinya barang tersebut tengah ada di tas selempangnya. Dengan cepat dia mulai memainkan jarinya, dan segera menempelkan benda persegi panjang tersebut pada telinganya, berharap mendapatkan jawaban dari orang yang dia tuju. Melainkan hanya terdengar suara operator saja yang mengatakan bahwa, "maaf nomor yang anda tuju sedang tidak aktif atau di luar jangkauan, cobalah beberapa saat lagi."

"Arghh ... Adrian kenapa, sih? Kenapa dia nggak angkat telponnya."
Lalu dengan segera juga Misya berlari untuk menghentikan langkah Zya yang rupanya sedari tadi telah dikejar dan ditahan oleh Bunda dan Shanaya. Namun, hasilnya nihil Zya tetap pergi dengan keadaannya yang sangat lemah.

"Zya! Zya! STOP!" Tegas Bunda dengan segera mungkin memegang pundak Zya yang telah merapuh, dengan segera mungkin Bunda-nya mulai merengkuh dan memeluk putri kesayangannya itu.

"Sudah, Sayang ... sudah cukup kamu menangis. Air matamu itu sangat berharga Sayang, hapus sekarang juga. Sini, biar Bunda hapuskan. Bunda tau Sayang, kalo kamu ngerasa bersalah pada Adrian atas sikap kamu yang telah kamu tujukan pada Afka. Tapi Sayang, mengertilah. Sebenarnya tidak sepenuhnya semua ini kesalahanmu bukan? Kamu bertindak seperti itu hanya semata-mata refleks dan tidak tega, dan menunjukkan rasa kemanusiaanmu itu. Dan untuk saat ini, Adrian hanya butuh waktu untuk sendiri dulu Sayang, nanti kalo dia sudah tenang, Bunda yakin. Dia akan ke sini, untuk menjenguk dan melihat keadaanmu." Ucapan itu nyatanya berhasil membuat Zya mengerti dan tenang untuk sementara waktu ini, sehingga dia menuruti keinginan Bunda-nya yang mau kalau dia bisa kembali lagi ke kamarnya untuk beristirahat. Sementara itu, Misya dan Shanaya keluar dari kamar Zya dan pergi ke lantai satu untuk pulang dan berpamitan pada Bunda. Tapi, saat mereka pulang. Rupanya ayah Zya juga kini tengah pulang dari kantornya, membuat Shanaya dan Misya terkejut seketika.

Pergi Hilang Dan Lupakan [ ON GOING ]Where stories live. Discover now